Jangan Sampai Punya Anak Stunting, Begini 4 Cara Mencegahnya

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
03 March 2023 16:15
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)
Foto: (Dok: Humas Brimob)

Jakarta, CNBC Indonesia - Stunting adalah salah satu jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia. Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang dapat dikaitkan dengan kemiskinan, kesehatan, dan gizi ibu yang buruk.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendefinisikan stunting sebagai bentuk kegagalan pertumbuhan akibat tidak cukupnya nutrisi yang diterima sejak kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan stunting dapat semakin parah bila tidak terimbanginya kejar tumbuh anak.

Kondisi yang dapat terjadi mulai janin masih di dalam kandungan dan baru terlihat saat berusia dua tahun ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak. Menurut Kemenkes, anak yang mengalami stunting memiliki rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan skor IQ anak normal.

Lantas, apa saja penyebab dan cara mencegah stunting pada anak?

1. Pernikahan dan Kehamilan Muda

Sekretaris Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting (PAKIAS) di Perhimpunan Obstetri Ginekolog Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti mengatakan bahwa kehamilan remaja, terutama di bawah usia 18 tahun merupakan penyebab utama prematuritas dan risiko prematur. Ia mengatakan, prematur adalah salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak.

"Prematur penyumbang 2,5 kali lipat kejadian stunting. Selain itu, remaja juga lebih dari 20 persen mengalami anemia. Anemia penyumbang terjadinya IUGR (pertumbuhan janin terhambat) ditambah persalinan prematur," ujar Prof. Ocviyanti, di Kantor Sekretariat Pengurus Besar Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Kamis (2/3/2023).

"Jadi, dalam penelitian 7,5 kali lipat jadi stunting dan jadi kecil juga," lanjutnya.

Dengan demikian, kehamilan pada remaja menjadi salah satu hal yang perlu dihindari oleh perempuan guna mencegah risiko stunting pada anak.

2. Ibu Mengalami Anemia

Prof. Ocviyanti mengatakan bahwa anemia tidak hanya berperan sebagai penyumbang stunting pada anak, tetapi juga mempersulit proses kelahiran, sulit kontraksi, dan pendarahan saat persalinan.

"Lebih dari 20 persen anemia tidak bisa ditangani dengan obat tablet tambah darah. Mereka anemia bisa karena TB (Tuberkulosis), penyakit kronis, malaria, hingga cacingan," jelas Prof. Ocviyanti.

Maka dari itu, guna menghindari terjadinya anemia, remaja perempuan diwajibkan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah seminggu sekali dan satu tablet tambah darah setiap hari dengan minimal 90 tablet selama kehamilan bagi ibu hamil.

3. Ibu dan Anak Kurang Nutrisi

Anak yang mengalami masalah terhadap nutrisi maka tidak hanya tinggi badannya saja yang akan dipengaruhi, tetapi juga faktor perkembangan yang berpengaruh pada berkurangnya indeks kecerdasan atau IQ.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa gizi perempuan sejak remaja harus menjadi perhatian khusus. Sebab, masalah stunting pada anak sudah dimulai sejak pra kehamilan, bahkan sebelum menikah.

"Masalah stunting juga sudah dijelaskan bahwa dimulai dari pra-hamil. Sebelum dia menikah bahkan kualitas gizinya remaja bermasalah. Semasa dia hamil janin, 1000 hari kehidupan dan 2 tahun sesudah lahir merupakan periode emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak," papar dr. Piprim, di Kantor Sekretariat Pengurus Besar Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Selain itu, anak yang mengalami kekurangan nutrisi juga merupakan penyebab utama terjadinya stunting. Maka dari itu, dr. Piprim mengimbau agar protein hewani dijadikan prioritas dalam asupan anak. Telur, hati, ikan, dan ayam dapat dijadikan pilihan untuk mendorong pertumbuhan tulang rawan dan tulang panjang anak.

Disebutkan, bayi di atas enam bulan harus memperoleh asupan protein hewani yang cukup guna mencegah terjadinya stunting. Protein hewani tersebut dapat disertakan dalam Makanan Pendamping ASI (MPASI).

"Di saat sudah dibutuhkan MPASI maka dibutuhkan juga protein hewani yang penting. Protein hewani penting sebagai pencegahan stunting," tegas dr. Piprim.

4. Pemberian ASI dan MPASI yang Kurang Berkualitas

Piprim mengungkapkan bahwa salah satu kunci utama untuk mencegah stunting adalah ASI yang berkualitas dari ibu yang sehat. Sebab, ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Dalam mencegah stunting, anak harus memperoleh eksklusif ASI selama enam bulan yang kemudian dilanjutkan hingga usia dua tahun. Selain itu, ibu menyusui juga harus memperhatikan asupan gizi bagi diri sendiri agar mampu menghasilkan ASI yang berkualitas.

Berikut gejala terjadinya stunting pada anak yang dapat dilihat dari seribu hari awal kehidupan anak, dilansir dari laman resmi Kemenkes.

  1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

  2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya

  3. Berat badan rendah untuk anak seusianya

  4. Pertumbuhan tulang tertunda

 


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Ultimatum Keras Gubernur Soal Ini: Cek Tiap Tahun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular