Resesi Seks Mengancam, Jepang Bikin Acara Perjodohan Akbar

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
03 March 2023 08:40
People wearing protective masks to help curb the spread of the coronavirus walk at shopping arcade at Asakusa district Tuesday, Sept. 29, 2020, in Tokyo. The Japanese capital confirmed more than 200 coronavirus cases on Tuesday. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Ilustrasi Tokyo (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekitar 400 masyarakat Jepang yang lajang akan berkumpul di Nagakute, Jepang Tengah untuk berpartisipasi dalam acara perjodohan terbesar di Negeri Sakura tersebut.

Dilansir dari Mainichi, Pemerintah Prefektur Aichi mengatakan lewat acara perjodohan ini, mereka berusaha memfasilitasi masyarakat yang ingin menikah di tengah keterbatasan akibat pandemi Covid-19.

Sejak 2011, Prefektur Aichi telah mengelola situs portal tempat orang-orang yang ingin menikah untuk menemukan informasi acara perjodohan. Namun, jumlah acara perjodohan yang diadakan oleh swasta menurun drastis akibat pandemi Covid-19. Selain itu, jumlah pengguna juga semakin berkurang.

FILE PHOTO: Girls wearing the yukata, or casual summer kimono, run as they cross the road at a shopping district in Tokyo, Japan, July 20, 2018. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File PhotoFoto: Ilustrasi Jepang (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
FILE PHOTO: Girls wearing the yukata, or casual summer kimono, run as they cross the road at a shopping district in Tokyo, Japan, July 20, 2018. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo

Menurut survei yang yang dilakukan oleh prefektur pada 2018, sekitar 80 persen masyarakat Jepang berniat untuk menikah, tetapi sekitar 40 persen lainnya memilih untuk tetap melajang karena mereka belum bertemu dengan pasangan yang berpikiran sama.

Melihat hasil survei tersebut, pemerintah daerah pun memutuskan untuk bertindak dengan menyelenggarakan acara perjodohan.

Menurut laporan yang sama, acara yang juga ditujukan untuk para lajang berusia 20 hingga 30-an yang tinggal di Aichi ini akan diadakan pada Oktober mendatang di Taman Peringatan Aichi Expo 2005 Nagakute.

Dalam acara tersebut, peserta akan diminta menyaksikan video untuk mempelajari percakapan dan tata krama yang bermanfaat sebelum dipisah menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mencari calon pasangannya.

Disebutkan, Prefektur Aichi mengeluarkan anggaran sebesar 9,77 juta Yen atau sekitar Rp1 miliar (asumsi kurs Rp111.75/Yen) untuk acara yang juga bertujuan mencegah resesi seks ini. Seorang pejabat prefektur menyatakan, pihaknya ingin membantu masyarakat Jepang berpikir positif terkait pernikahan. Hal itu seiring dengan semakin menurunnya angka kelahiran di negaranya.

Nihon Konkatsu Shien Kyokai atau asosiasi pendukung perjodohan Jepang telah bekerja sama dengan badan publik untuk menyelenggarakan sejumlah acara semacam itu. Perwakilan Nihon Konkatsu Shien Kyokai, Koki Goto mengatakan bahwa acara perjodohan tersebut didanai publik.

"Penting untuk menjadi kreatif agar orang-orang yang serius ingin menikah merasa diterima untuk bergabung, bukan mereka yang hanya mencari pasangan atau pacar," sebut Goto, dikutip Selasa (28/2/2023).

Sebelumnya, dilansir dari Japan Times, Pemerintah Jepang mencatat total tingkat kesuburan di Jepang terus menurun selama bertahun-tahun. Pada 2005, statistik sempat pulih dari tingkat terendah melalui angka 1,26 pada 2005. Lalu, pada 2021 tingkat tersebut meningkat di angka 1,30. Namun, pada 2021 juga jumlah kelahiran bayi di Jepang mencapai titik terendah, yaitu 811.622.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah turunnya angka kelahiran di negaranya, mulai dari sosialisasi mengenai pentingnya membangun keluarga, menambah layanan penitipan anak, hingga mendorong work-life balance. Namun, yang paling tak biasa, pemerintah juga menyediakan layanan perjodohan untuk warganya.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Jepang Mau Jodohkan Warganya yang Pada Ogah Nikah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular