Pola Hubungan Begini Bisa Berujung Jadi Perselingkuhan Lho...

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
12 December 2022 16:00
Jakarta, 7 November 2019 - Sebagai salah satu kelompok teater paling produktif di Indonesia, Teater Koma kembali dengan produksi terbarunya berjudul J.J Sampah-Sampah Kota yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. Lakon yang menjadi produksi ke-159 ini akan dipentaskan pada 8 - 17 November 2019 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

 

Lakon J.J Sampah-Sampah Kota ini berkisah tentang sepasang suami istri bernama Jian dan Juhro yang hidup di sebuah gubuk di kolong jembatan. Jian bekerja sebagai kuli pengangkut sampah. Ia digaji harian dan tidak punya jaminan masa depan. Meski begitu dia tetap bekerja dengan jujur, rajin, giat dan gembira. Bersama Juhro, yang tengah hamil tua, dia hidup bahagia.

 

Semua ini tak lepas dari pengawasan Mandor Kepala dan tiga mandor bawahannya, Tiga Pemutus. Mereka ingin melihat sampai sejauh mana kejujuran Jian bisa dipertahankan. Suatu hari, Para Pemutus menjatuhkan tas berisi uang yang amat banyak di sekitar tempat Jian bekerja. Jian panik. Apa yang sebaiknya dia lakukan?

 

Lakon ini ditulis oleh N. Riantiarno dan telah dipentaskan oleh Teater Koma pada 1979. Setelah 40 tahun berlalu, Teater Koma kembali mementaskan lakon ini dengan arahan Rangga Riantiarno yang berperan sebagai sutradara. Ini merupakan kali kedua penyutradaraannya di Teater Koma setelah Antigoneo pada 2011 yang lalu.

 

Pementasan J.J Sampah-Sampah Kota kali ini didukung oleh aktor-aktor kawakan seperti Idries Pulungan, Budi Ros, Daisy Lantang, Ratna Ully, Ohan Adiputra, Tuti Hartati, Ade Firman Hakim, Raheli Dharmawan, Toni Tokim, Hengky Gunawan, Angga Yasti, Suntea Sisca, Bayu Dharmawan, Andhini Puteri Lestari, Sekar Dewantari, Febri Siregar, Dana Hassan, Radhen Darwin, Palka Kojansow, Pandu Pangestu, Zulfi Ramdoni, dan masih banyak lagi. Tata busana Alex Fatahillah bersama tata rias karya Subarkah Hadisarjana dan tata rambut garapan Sena Sukarya dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan tata artistik garapan Idries Pulungan, tata cahaya besutan Deray Setyadi, latar animasi dan multimedia olahan Deden Bulqini.

(CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi suami dan istri (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam menjalin hubungan ternyata tidak selalu mulus. Sebuah penelitian dari Universitas Tilburg, Belanda, menemukan bahwa adanya penurunan hubungan yang secara bertahap di mana hal tersebut bisa berujung perselingkuhan pada salah satu pihak.



Menurut penelitian tersebut, level well-being sangat jelas dirasakan sebelum perselingkuhan tersebut terjadi. Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being sendiri adalah keadaan individu yang digambarkan dengan adanya rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, serta kualitas hidup yang baik.

"Perselingkuhan sebagian besar diyakini memiliki konsekuensi yang merusak bagi well-being pribadi dan hubungan," tulis para peneliti, seperti dikutip IFL Science.

"Namun literatur empiris tidak cukup untuk menjelaskan apakah perselingkuhan membuat hubungan bermasalah, merupakan gejala dari hubungan yang bermasalah, atau keduanya," tambah peneliti.

Para peneliti menganalisis kelompok besar sekitar 1.000 orang dewasa dan mengamati hubungan mereka selama rata-rata 8 tahun. Sebanyak 947 orang (609 pelaku perselingkuhan dan 338 korban) diikutsertakan, dan mayoritas dari mereka menyelesaikan studi hingga tamat.

Setiap orang berada dalam hubungan yang berkomitmen dan pernah mengalami perselingkuhan. Sementara itu, kelompok lain yang tidak pernah mengalami perselingkuhan dicocokkan dengan mereka.

Well-being setiap orang dilacak menggunakan sistem pelaporan diri, termasuk keadaan psikologis secara keseluruhan serta kepuasan hubungan.

Studi yang telah dipublikasikan di jurnal Psychological Science itu menunjukkan bahwa setelah perselingkuhan terjadi, orang yang berselingkuh merasakan harga diri yang lebih rendah, kepuasan hubungan yang lebih rendah, dan keintiman yang lebih rendah.

Menariknya, para korban perselingkuhan hanya melaporkan harga diri yang lebih rendah dan lebih banyak konflik, tetapi level well-being lainnya tidak berkurang.

Namun, sebelum terjadi perselingkuhan, peneliti menemukan adanya perubahan dramatis dalam hubungan.

Hampir semua indikator well-being berangsur-angsur menurun menjelang perselingkuhan. Ada lebih banyak konflik dan lebih sedikit kepuasan yang dilaporkan oleh kedua belah pihak menjelang peristiwa tersebut.

Setelah perselingkuhan terjadi, sebagian besar hubungan tidak dapat diselamatkan.

Sayangnya, efek dari perselingkuhan ternyata bertahan selama bertahun-tahun setelah kejadian tersebut. Saat kebanyakan orang memulihkan keadaan setelah mengalami peristiwa serius, orang yang terlibat dalam perselingkuhan sulit untuk pulih.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Studi: Pria Lebih Menderita usai Selingkuh Dibanding Wanita

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular