Sudah Bebas ke Luar Negeri, Pengajuan Visa Melonjak Tinggi
Jakarta, CNBC Indonesia - Revenge travel tengah melanda dunia. Banyak turis yang seolah ingin balas dendam untuk pergi liburan lebih jauh dan lebih lama setelah terkurung lockdown selama lebih dari dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Istilah 'revenge travel' sendiri muncul ketika banyak negara mulai kembali membuka pintunya untuk turis asing. Mereka tak lagi diwajibkan menjalani karantina atau tes PCR.
Salah satu pemain utama di bisnis pembuatan visa, VFS Global, mengatakan bahwa pihaknya melihat lonjakan jumlah pengajuan aplikasi visa yang signifikan dalam 8-9 bulan terakhir.
Jiten Vyas, Chief Commercial Officer VFS Global, mengungkap bahwa jumlah pengajuan visa melalui VFS Global telah meningkat 100% dibanding 2021 lalu, atau sekitar 70% dibanding level sebelum pandemi. Menurutnya, sebagian besar permintaan pengajuan visa adalah untuk liburan. Selain itu, banyak juga pengajuan visa pelajar dari mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri, terutama untuk negara tujuan Inggris Raya (United Kingdom), Australia, Kanada, hingga Amerika Serikat.
Karena melonjaknya pengajuan aplikasi visa, Jiten menyebut VFS Global bahkan sampai harus memperpanjang jam operasional mereka.
"Di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia, kami tidak hanya memperpanjang jam operasional menjadi lebih lama, bahkan kadang-kadang juga di akhir pekan, tetapi kami juga menawarkan layanan yang disebut 'visa at your doorstep', di mana petugas VFS bisa datang ke rumah atau kantor Anda untuk membuat aplikasi dan juga melakukan pendaftaran biometrik," ujarnya, saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (26/9/2022).
Sementara itu di Indonesia, melonjaknya jumlah turis yang ingin liburan ke luar negeri membuat banyak perusahaan travel harus mengatur ulang strategi. Ini karena mereka sekarang harus meluangkan waktu yang lebih lama untuk mendapat visa, khususnya ke negara-negara Eropa.
"Untuk sekarang disarankan mengajukan visa selambat-lambatnya 1-1,5 bulan," jelas Nana Ebbo dari JBE Trip ketika dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Nana sendiri mengaku sempat kewalahan dalam mengakomodir keinginan kliennya yang ingin berangkat ke Eropa untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Namun, mengingat antrean yang panjang untuk pengajuan visa sejak beberapa waktu terakhir, ia terpaksa menolak sejumlah permintaan private tour dari klien karena tak mau ambil risiko.
"Sekarang kami berusaha untuk maket it clear di awal soal visa ke klien, karena memang tidak bisa keluar cepat seperti dulu," ujarnya.
(hsy/hsy)