Pasien Covid Alami Kabut Otak, Gejalanya Bertahan Selama Ini

hsy, CNBC Indonesia
03 August 2022 13:25
Ilustrasi (Photo by David Garrison from Pexel)
Foto: Ilustrasi (Photo by David Garrison from Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Brain fog alias kabut otak adalah salah satu efek jangka panjang yang biasanya dilaporkan oleh penyintas COVID-19. 

Mengutip Healthline, kabut otak sebenarnya bukanlah diagnosis medis. Sebaliknya, kabut otak adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang merasa menjadi lambat secara mental atau istilah lainnya "lemot."

Menurut associate professor neurologi dari Harvard Medical School, Tamara Fong, kabut otak dapat memengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Kognisi mengacu pada proses di otak yang kita gunakan untuk berpikir, membaca, belajar, mengingat, menganalisa, dan memperhatikan. Gangguan kognitif adalah penurunan kemampuan untuk melakukan satu atau lebih keterampilan berpikir.

Bahkan, pasien Covid yang hanya mengalami gejala ringan tetap dapat terkena efek jangka panjang kabut otak.

Berapa lama kabut otak bertahan?

Kabut otak dapat sembuh dengan sendirinya. Namun dalam beberapa kasus, kabut otak dapat berlangsung hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan setelah penyakit berlalu.

The National Institutes of Health (NIH) belum lama ini mengumumkan temuan baru yang diyakini memiliki relevansi dengan efek COVID jangka panjang. Studi baru mereka menyatakan respons kekebalan tubuh terhadap infeksi dari COVID-19 merusak pembuluh darah di otak. Inilah yang menyebabkan gejala neurologis seperti kabut otak.

Gejala kabut otak dapat meliputi:

  • masalah memori
  • sulit konsentrasi
  • sakit kepala
  • kebingungan
  • lesu secara mental

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasien Covid Banyak Alami Gejala Kabut Otak, Apa Itu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular