Ada Kabar Buruk Soal Omicron BA.2.75, Nggak Kelar-kelar Nih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Seolah tidak usai, virus Corona subvarian Omicron baru kembali menghantui banyak negara. Kali ini adalah subvarian BA.2.75.
Subvarian itu muncul di beberapa negara seperti India dan Amerika Serikat. Subvarian BA.2.75 merupakan galur subvarian BA.2 yang sebelumnya memicu gelombang baru Covid-19 di banyak negara.
Melihat hal ini, para ilmuwan khawatir BA.2.75 ini mungkin bisa menyebar dengan cepat dan menghindari antibodi, baik dari vaksin maupun infeksi sebelumnya. Tetapi, masih belum diketahui apakan subvarian itu bisa menyebabkan penyakit yang lebih serius, dibandingkan Omicron lainnya.
"Masih terlalu dini bagi kami untuk menarik terlalu banyak kesimpulan," kata Matthew Binnicker, direktur virologi klinis di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, dikutip dari laman Time, Rabu (13/7/2022).
"Tapi sepertinya, terutama di India, tingkat penularannya menunjukkan peningkatan eksponensial. Apakah akan mengungguli BA.5? Masih belum ditentukan," lanjutnya.
Namun, faktanya subvarian itu telah terdeteksi di banyak bagian dunia merupakan indikasi awal penyebaran. Bahkan, ilmuwan di Council of Scientific and Industrial Research-Institute of Genomics and Integrative Biology di New Delhi, Lipi Thukral, mengatakan subvarian ini tampaknya menyebar lebih cepat daripada varian lain.
Sampai saat ini, Omicron BA.2.75 ini telah terdeteksi di 10 negara, termasuk Australia, Jerman, Inggris, dan Kanada.
"Kekhawatiran para ahli yang memicu adalah sejumlah besar mutasi yang memisahkan varian baru ini dari pendahulunya Omicron. Beberapa dari mutasi tersebut berada di area yang berhubungan dengan spike protein dan memungkinkan virus untuk mengikat sel secara lebih efisien," kata Binnicker.
Lebih Mudah Lolos dari Antibodi?
Kekhawatiran lainnya, perubahan genetik yang terjadi pada subvarian ini dapat membuat virus lebih mudah melewati antibodi, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Tetapi, para ahli mengatakan vaksin Corona masih menjadi pertahanan terbaik untuk melawan Covid-19 yang parah.
"Beberapa orang mungkin berkata, 'Yah, vaksinasi dan booster tidak mencegah orang terinfeksi.' Dan, ya, itu benar," beber Binnicker. "Tetapi apa yang telah kita lihat adalah bahwa tingkat orang yang berakhir di rumah sakit dan meninggal telah menurun secara signifikan."
Karena semakin banyak orang yang telah divaksinasi, dikuatkan, atau terinfeksi secara alami, kami mulai melihat tingkat latar belakang kekebalan di seluruh dunia meningkat," jelasnya.
Kepala Bidang Penyakit Menular di Lembaga Helix, Shishi Luo, mengatakan BA.2.75 menjadi pengingat virus Corona terus berkembang dan menyebar.
"Kami ingin kembali ke kehidupan pra-pandemi, tetapi kami tetap harus berhati-hati," tuturnya. "Kita harus menerima bahwa kita sekarang hidup dengan tingkat risiko yang lebih tinggi daripada dulu," pungkas Luo.
(miq/miq)