Internasional

Heboh Fenomena "Great Resignation" di AS, Apa Itu?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 June 2022 20:25
Pengunduran diri
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyanyi superstar Beyonce baru saja meliris lagu baru berjudul 'Break My Soul', awal pekan ini. Namun lagunya menjadi sorotan para ekonom.

Pasalnya, lagu pertama dari album Renaissance, yang akan dirilis pada 29 Juli mendatang, membahas fenomena "The Great Resignation". Ini adalah tren pengunduran diri besar-besaran yang tengah terjadi di Paman Sam.

'Break My Soul' dianggap sebagai ode dari Beyonce di tengah tren pengunduran diri para tenaga kerja AS, yang dimulai pada musim semi 2021. Padahal ekonomi negara itu, tengah dibuka kembali secara lebih luas setelah jeda karena pandemi Covid-19.

Data Biro Statistik Tenaga Kerja pada 2021 memang mencatat lebih dari 47 juta orang Amerika berhenti dari pekerjaan mereka. Ini menjadi pengunduran diri terbanyak dalam catatan sejarah.

Tingkat pengunduran diri juga terus mencatat rekor pada awal 2022. Di mana lebih dari 4,5 juta orang berhenti bekerja.

Apa yang terjadi?

Pandemi secara radikal mengubah cara orang Amerika bekerja. Banyak yang "mengubah rumah menjadi kantor" dan beberapa "pekerja garis depan" mulai mempertaruhkan hidup mereka demi gaji.

Direktur Pemasaran Masa Depan Pekerjaan di Microsoft, Desmond Dickerson, mengatakan bahwa pekerjaan jarak jauh akibat pandemi hanyalah "awal" untuk The Great Resignation.

"Jika Anda meninggalkan pekerjaan sebelumnya (sebelum pandemi), itu berarti memang hendak diganti ... Tapi sekarang yang terjadi adalah Anda 'membuang satu laptop ke samping dan kemudian membawa yang baru'," katanya dimuat ABC News.

Sementara beberapa pekerja bisa mengerjakan tugas dari rumah, pekerja garis depan terus bekerja secara langsung selama pandemi. Termasuk untuk menjaga toko kelontong, restoran, dan rumah sakit tetap berjalan.

Secara keseluruhan pekerjaan garis depan dibayar lebih sedikit daripada pekerjaan jarak jauh dari rumah. Hal ini membuat banyak pekerja garis depan menjadi muak karena mereka merasa diperlakukan tidak adil.

"Ini sangat menarik bagi individu yang memiliki pekerjaan langsung yang tidak dapat beralih ke pekerjaan jarak jauh," kata Profesor Bisnis Texas A&M, Anthony Klotz.

"Saya pikir orang-orang itu merasa diperlakukan tidak adil oleh pandemi karena mereka tidak hanya harus bekerja secara langsung, tetapi mereka juga melihat separuh populasi lainnya bekerja dari jarak jauh," tambahnya.

Menurut Economic Policy Institute, dari tahun 1980 hingga 2019, telah terjadi peningkatan terus-menerus dalam tingkat gaji bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, lulusan, dan profesional. Tetapi statistik mereka yang berpenghasilan rendah tetap datar.

Menurut Indeks Tren Kerja Microsoft, 53% orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan mental mereka sendiri. Pekerjaan jarak jauh memungkinkan orang untuk melakukannya.

"Organisasi dan pemimpin harus sangat berhati-hati tentang bagaimana mereka membangun masa depan pekerjaan yang baru ini," kata Dickerson lagi.

Ketika orang mulai menyesuaikan diri dengan hal-hal seperti jadwal hybrid, perpaduan antara kerja langsung dan jarak jauh, pandemi telah membuka pintu bagi perubahan besar dalam cara perusahaan bekerja dengan orang-orang mereka sebagai individu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Victoria's Secret Kena Imbas Perang Rusia - Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular