Banyak Negara Menuju Endemi, Covid di China Kok Malah Ngegas?

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
27 April 2022 11:15
Pekerja dengan pakaian pelindung bersiap untuk mendisinfeksi kompleks perumahan di distrik Huangpu, setelah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Shanghai, Cina. (VIA REUTERS/CHINA DAILY)
Foto: Pekerja dengan pakaian pelindung bersiap untuk mendisinfeksi kompleks perumahan di distrik Huangpu, setelah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Shanghai, Cina. (VIA REUTERS/CHINA DAILY)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah lebih dari dua tahun dunia diserang pandemi, sejumlah negara mulai bergerak menuju fase endemi. Namun, kondisi berbeda justru terjadi di China, negara yang diyakini sebagai awal mula virus Covid ditemukan. Di sana, jumlah pasein Covid justru kembali mengalami lonjakan kasus harian tertinggi, setelah sempat landai selama berbulan-bulan. 

Shanghai, kota berpenduduk sekitar 25 juta orang tersebut tengah berada di bawah aturan karantina ketat, tetapi angka kematian COVID-19 dan pasien bergejala hingga kini masih meningkat.

Selain itu, subvarian Omicron BA.1.1 ditemukan di Suzhou, wilayah tetangga Shanghai yang kini memasuki fase lockdown kedua.

Biang Kerok Lonjakan Kasus

Para ahli khawatir peningkatan kematian COVID-19 ini berkaitan dengan angka vaksinasi lansia yang rendah. Hingga Jumat pekan lalu, pejabat pemerintah Shanghai melaporkan hanya 52 persen dari 3,6 juta lansia 60 tahun ke atas yang sudah menerima vaksinasi lengkap.

Sementara cakupan populasi lansia di atas 80 tahun jauh lebih rendah, hanya 15 persen yang divaksinasi dua dosis. Begitu juga dengan angka vaksinasi booster, hanya 38 persen lansia yang sudah disuntik dosis ketiga.

"Kematian yang dilaporkan dalam dua hari terakhir di Shanghai menyoroti bahaya yang mengintai, mengingat tingkat vaksinasi penduduk senior kota yang rendah," tutur Zhuang, ahli epidemiologi di China, dikutip dari Global Times.

Zhuang menyarankan pemerintah dapat menggelar kampanye untuk meredakan ketakutan akan vaksin dan menawarkan insentif untuk mendapatkan suntikan. Senada, epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia juga khawatir perkembangan COVID-19 di Shanghai bakal terus memburuk.

Pusat ekonomi di China tersebut dinilai Dicky masih dalam kondisi rawan karena banyak populasi lansia. Terlebih, ia menyoroti sejumlah penduduk yang sulit mendapatkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA seperti Pfizer dan Moderna.

Dicky meyakini, ada kaitan antara jenis vaksin COVID-19 yang banyak digunakan dengan lonjakan kasus. Apa maksudnya?

Berita selengkapnya >>> di sini


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kacau! China Laporkan Kasus Subvarian Baru Covid-19 Omicron

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular