Bisakah Kita Terinfeksi Ulang Covid-19? Begini Penjelasannya

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
03 February 2022 08:45
Warga mengunakan baju pelindung diri di bandara Australia. (via REUTERS/STRINGER)
Foto: Warga mengunakan baju pelindung diri di bandara Australia. (via REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisakah seseorang terinfeksi ulang Covid-19? Jawabannya mungkin saja bisa meskipun Anda sudah pernah terkena Covid-19.

Secara umum, penularan ulang atau reinfeksi merupakan kondisi di mana seseorang yang pernah terinfeksi penyakit satu kali, lalu sembuh, dan kemudian terinfeksi kembali. Menurut Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat, ada potensi seseorang mengalami reinfeksi virus Covid-19.

dr. Maria Van Kerkhove bersama tim WHO, mengatakan ada beberapa kasus orang yang terinfeksi ulang virus ini, meskipun ia sendiri tidak mengetahui seberapa sering hal ini dapat terjadi. Namun, beberapa negara di dunia telah melaporkan pasien yang mengalami infeksi ulang.

Studi mengenai penularan ulang ini masih terus dilakukan, khususnya untuk mengkaji bagaimana infeksi ulang dapat terjadi, seberapa sering hal ini terjadi, dan bagaimana kondisi pasien saat masing-masing infeksi terjadi.

Namun, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases pada Selasa (13/10/2020) mengatakan bahwa pasien COVID-19 bisa mengalami infeksi yang lebih parah saat terinfeksi kedua kalinya. Studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada jaminan kekebalan tubuh di masa depan untuk orang yang sudah pernah terpapar virus Corona. Penelitian ini mengambil sampel di Amerika Serikat (AS), yang saat ini menjadi negara dengan kasus Corona terbanyak di dunia.

Salah satunya terjadi pada pasien pria berusia 25 tahun asal Nevada. Ia terinfeksi dua varian SARS-CoV-2 yang berbeda dalam jangka waktu 48 hari. Ternyata infeksi kedua yang dialami pria tersebut lebih parah daripada yang pertama. Hal ini membuatnya harus dirawat di rumah sakit dengan alat bantu oksigen.

Para penulis mengatakan, pasien di AS bisa saja terpapar virus dan mengalami gejala yang sangat berat untuk kedua kalinya, dan memicu reaksi yang lebih akut. Atau mungkin jenis virus yang menginfeksi lebih ganas.

Meski begitu, para peneliti menunjukkan bahwa reinfeksi masih sangat jarang ditemukan. Tetapi karena banyak kasus yang tidak bergejala atau asimtomatik, jadi agak sulit mengetahui apakah kasus COVID-19 itu infeksi pertama atau kedua.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes Ungkap Rahasia Indonesia Kebal Covid Omicron XBB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular