
Inspiratif! Coffee Shop ini Pekerjakan Pekerja Tunarungu
Pekerja berkebutuhan khusus berkomunikasi dengan bahasa SIBI saat bekerja di Serona Coffee Shop.

Pekerja berkebutuhan khusus berkomunikasi dengan bahasa SIBI saat bekerja di Serona Coffee Shop, Tangerang Selatan, Selasa (28/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Bisnis kedai kopi kian hari semakin menjamur bak cendawan di musim hujan. Berbagai macam konsep ditawarkan untuk menarik minat pecinta kopi untuk berkunjung, namun dari banyaknya kedai kopi yang ada diberbagai tempat sangat jarang yang mempekerjakan kaum berkebutuhan khusus. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Hal itulah yang menjadi keprihatinan bagi 3 orang mahasiswa untuk membangun bisnis kedai kopi dengan mempekerjakan kaum berkebutuhan khusus. "Banyak teman-teman tuna rungu ini kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal sebenernya mereka mampu layaknya orang normal," ujar Adri, orang tua salah satu pendiri Serona Coffee. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Saat ini, Serona Coffee mempekerjakan sebanyak 6 orang pegawai berkebutuhan khusus yang disebut "teman tuli" atau yang biasa dikenal tunarungu dari latar belakang yang berbeda dari total 10 pegawai. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sebelumnya para pegawai disabilitas ini mendapatkan pelatihan bagaimana cara meracik kopi, membuat makanan serta melayani pengunjung yang datang. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Adri menceritakan para pekerja berkebutuhan khusus ini diajarkan untuk dapat berkerja semua hal, seperti meracik kopi, melayani pengunjung hingga membuat makanan agar jika nantinya mereka 'keluar' dari kedai kopi ini, para teman tuli ini mempunyai bekal untuk bekerja di tempat lain. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kehadiran "teman tuli" ini menjadi pengalaman tersendiri bagi pengunjung, karena secara tidak langsung mereka juga mempelajari bahasa isyarat. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

"Respons pengunjung sangat baik terhadap pegawai disabilitas ini karena mereka akhirnya tertarik untuk mempelajari bahasa isyarat, itu sebabnya di depan kami taruh Abjad Bisindo," lanjut Adri. "Kami harap kehadiran ini bisa menghilangkan stigma diskriminatif terhadap kawan-kawan disabilitas dan adanya kesetaraan diantara "teman tuli" dan "teman dengar"," sambung Adri. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)