Waspadai Sindrom Inflamasi Langka pada Anak Terinfeksi Covid

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
24 August 2021 12:10
Aktivitas Anak-anak melakukan kegiatan belajar di luar sekolah di Kampung Belajar New Normal di Pinang Indah, Tangerang Kota, Banten, Jumat 19/6. Kampung Belajar New Normal ini didirikan untuk anak - anak yang ingin kembali bersekolah. Kurang lebih selama tiga bulan ini, anak-anak tinggal di rumah, belajar di rumah, karena pandemi virus corona atau Covid-19. Lamanya belajar di rumah, anak-anak pun mengalami kejenuhan dan ingin segera kembali ke sekolah bersama teman-teman. Kampung Belajar New Normal pun dianggap sebagai solusi mengusir kebosanan anak-anak belajar di rumah. kampung ini baru dibuat pada 15 Juni 2020 dan diresmikan oleh lurah setempat. Penggagas Kampung Belajar New Normal, Agung Agustianto menjelaskan mengenai metode belajar yang diterapkannya.
Foto: Kampung Belajar New Normal di Pinang Indah, Tangerang Kota, Banten (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya long Covid-19, ternyata ada hal lain yang perlu diwaspadai setelah terinfeksi virus Corona. Salah satu gangguan kesehatan atau penyakit baru yang memengaruhi anak disebut sindrom inflamasi multisistem pediatrik atau pediatric multisystem inflammatory syndrome (MIS-C), sebagaimana dimuat dalam penelitian The Lancet.

MIS-C diperkirakan sebagai hasil dari respons sistem kekebalan tubuh terkait virus. Ini terjadi setidaknya dua hingga tiga minggu setelah puncak infeksi Covid-19. Sebagian besar anak yang terinfeksi virus corona tampak tidak menunjukkan gejala atau gejalanya sangat ringan.

Lantas apa itu MIS-C?

Mengutip Mediial News Today, MIS-C, juga dikenal sebagai sindrom multisistem inflamasi pediatrik (PIMS), awalnya bernama penyakit seperti Kawasaki. Ini adalah kondisi yang berbahaya tetapi jarang terjadi, mempengaruhi sekitar 11,4 per 100.000 orang yang lebih muda dari 20 tahun.

Pada Juni 2021, ada 4.404 kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat (AS). Ilmuwan menilai sindrom tersebut kemungkinan merupakan kondisi autoimun, namun mereka tidak memahami mekanisme yang pasti.

Beberapa anak yang mengalami sindrom ini menunjukkan gejala toxic shock syndrome (keracunan darah akibat bakteri) dan sepsis (peradangan di seluruh tubuh karena infeksi), sakit perut, demam, tekanan darah rendah. Mereka juga menunjukkan peradangan di berbagai bagian tubuh, termasuk jantung, paru-paru, otak, mata, kulit, dan organ pencernaan.

Sindrom ini tetap merupakan fenomena langka dan belum ada pengobatan standar yang ditetapkan. Namun layanan penyedia kesehatan bekerja keras dan berkolaborasi dalam riset dan data.

Danelle Fisher, FAAP, seorang dokter anak dan ketua pediatri di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica menjelaskan bahwa penelitian di masa depan akan diperlukan untuk mengkarakterisasi respons sistem kekebalan. Serta bagaimana meningkatkan sel untuk memberi anak-anak respons yang lebih kuat terhadap infeksi [SARS-CoV-2] dan mencegah terjadinya MIS-C.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular