Harga Sepeda Terjun Bebas, Produsen Mau Ekspor ke China

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
05 June 2021 20:20
Calon pembeli melihat sepeda yang dijual di toko sepeda di kawasan Tangerang Selatan, Senin (15/2/2021).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Calon pembeli melihat sepeda yang dijual di toko sepeda di kawasan Tangerang Selatan, Senin (15/2/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Booming sepeda sudah mencapai puncaknya dan berimbas pada turunnya permintaan memasuki paruh 2021.

Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) mengatakan telah terjadi penurunan harga, khususnya pada sepeda lipat 20%-30% karena kondisi tersebut.

"Range (harga) turun 20%-30%, itu realita yang harus diterima. Barang yang lama sampai di grosir akhirnya jual barang saja, yang penting ngejar cashflow. Harga modal saja dilempar supaya terjadi perputaran. Pasar menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi demand tetap ada," kata Ketua Apsindo, Eko Wibowo Utomo, seperti dikutip Sabtu (5/6/2021).

Sebagai jalan keluar, produsen mulai mencari kesempatan untuk mengekspor hasil produksinya misalnya ke China. Upaya lainnya adalah menurunkan harga jual.

"Rp 2 jutaan dari harga Rp 3 juta - Rp 4 juta di sebelumnya. Contoh sepeda dengan frame, sama dia downgrade sparepart untuk kejar harga Rp 2 juta. Dulu harga Rp 3 juta - 4 juta bisa beli. Sekarang sensitif sama harga," terangnya.

Pantauan CNBC Indonesia di beberapa situs jual beli sepeda online, terlihat beberapa sepeda mengalami penurunan harga. Namun, harga ini adalah contoh dari perkiraan sehingga di lapangan bisa ada perbedaan tergantung toko dan lokasi.

Kepada detik.com, Eko Wibowo Utomo juga mengatakan permintaan akan sepeda kini tidak sebanyak tahun 2020 lalu yang ekspektasinya bisa mencapai 7-8 juta unit per tahun, tahun ini paling mentok di 5 juta unit. .

"Kalau kita lihat di pasar, kan gini, ada upnormal price karena harga digoreng (di 2020), karena permintaan tinggi harga dinaikin. Tapi dari harga di importir maupun produsen plus minus itu antara 20-30%, kalau ada yang lebih dari itu, tadinya harganya tidak normal," ujar Eko.

Selain karena permintaan yang merosot, masyarakat juga semakin melek harga dan cenderung lebih memilih sepeda dengan harga terjangkau ketimbang yang di atasnya.

"Mulai daya beli masyarakat di bawah itu sudah mencari harga yang, ya udah price sensitive lah, lebih cari yang (murah). Contoh beberapa sepeda lipat yang tadinya harga Rp 4 juta lebih sekarang sudah menyesuaikan di Rp 2 juta malah ada yang Rp 2 juta ke bawah," terangnya.

Faktor lainnya yang membuat harga sepeda merosot adalah terjadinya oversupply unit sepeda. Tingginya permintaan akan sepeda pada 2020 lalu mendorong produsen memproduksi lebih banyak sepeda, namun belum semua terjual, akhirnya terjadi oversupply di produsen.

Ditambah, ada serbuan sepeda impor yang pada akhir 2020 lalu sempat tertahan tak bisa masuk ke Indonesia dan baru bisa masuk awal 2021 ini.

"Jadi masuk 2021 itu kan ada masa di mana stok barang yang tadinya tertahan di 2020 itu mulai masuk lagi di 2021 awal dan itu menyebabkan terjadinya oversupply di pasar," terangnya.

Berikut perkiraan perbandingannya:

Turanza 2503

Beberapa bulan lalu : Rp. 1,7 juta
Saat ini : Rp. 1,1 juta

Pacific Revolt 3.0 21 Speed

  • Beberapa bulan lalu: Rp 1,8 juta
  • Saat ini : Rp. 1,56 juta

Polygon tipe Path 18 G

  • Beberapa bulan lalu: Rp 9,050 juta
  • Saat ini: Rp. 8,7 juta

Folding Bike Foldx xlite Edisi Damn I Love Indonesia

  • Beberapa bulan lalu : Rp10,6 juta
  • Harga saat ini : Rp 9 juta

Marin Sepeda Bobcat Trail 3

  • Beberapa bulan lalu : Rp. 8 juta
  • Saat ini : Rp. 6,2 juta.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deretan Merek Sepeda Gunung (MTB) Favorit di Bawah Rp 2 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular