
WHO Warning Dunia: Pandemi Masih Jauh dari Selesai

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dunia bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir. Ini kenyataan meskipun tingkat vaksinasi yang tinggi di beberapa negara.
"Ada gap yang besar yang tumbuh di mana di beberapa negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi, tampaknya telah berpikir bahwa pandemi telah berakhir, sementara yang lain mengalami gelombang infeksi yang sangat besar," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip Selasa (18/5/2021).
"Pandemi masih jauh dari selesai. Ini tidak akan berakhir di mana-mana sampai semuanya berakhir."
Pernyataan ini keluar setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengubah aturan penggunaan masker di dalam atau di luar ruangan. Untuk pertama kalinya, pemerintah federal AS, mendorong orang untuk berhenti memakai masker.
Mereka yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap boleh tak mengenakan masker. Ini menimbulkan kontroversi dan kritikan dari sejumlah tenaga medis.
Meski demikian, di AS, kasus Covid-19 memang menurun karena semakin banyak orang yang divaksinasi. Pada Minggu, AS melaporkan sekitar 33.200 infeksi baru setiap hari, berdasarkan data rata-rata tujuh hari, atau turun 19% dari seminggu sebelumnya.
"Sekitar 123 juta orang Amerika telah divaksinasi penuh," tulis data CDC.
Sementara negara lain sedang mengalami wabah besar. India, misalnya, melaporkan rata-rata tujuh hari dari sekitar 328.900 kasus per hari pada Minggu.
Meski turun 15% dari minggu lalu, tetapi masih merupakan jumlah kasus yang sangat besar. Negara ini juga mencapai rekor baru kematian, melaporkan rata-rata tujuh hari 4.039 kematian.
Tedros mengatakan badan tersebut telah menanggapi lonjakan di India dan titik panas lainnya di seluruh dunia. Dia mengatakan WHO membutuhkan dana segera untuk mempertahankan dukungan teknis dan operasionalnya ke semua negara, terutama yang paling terkena dampak pandemi.
"Rencana tanggapan saat ini kekurangan dana dan sebagian besar dari itu dipagari oleh donor untuk negara atau kegiatan tertentu," katanya.
Dia juga meminta produsen vaksin Covid, termasuk Pfizer dan Moderna, untuk menyediakan lebih banyak suntikan untuk COVAX, yang memasok dosis ke negara-negara miskin. Selama ini COVAX dipenuhi vaksin Inggris, AstraZeneca.
"Kami membutuhkan dosis sekarang dan meminta mereka untuk mempercepat pengiriman secepat mungkin," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes Bakal Lobi WHO, Minta Cabut Status Pandemi COVID