
Usai European Super League, Fans Liverpool Serukan #FSGOut

Drama ESL membuat komunitas sepakbola membara. ESL dituding tidak membawa semangat sportivitas, karena tidak ada ganjaran bagi mereka yang kalah. Klub pendiri bisa selalu ikut ESL dan menikmati uang berlimpah, meskipun (ekstremnya) kalah terus selama semusim. Apakah yang seperti ini layak disebut kompetisi?
Sementara untuk ikut Liga Champions, klub minimal harus menempati posisi empat di klasemen akhir musim sebelumnya. Ada perjuangan agar layak berlaga di Liga Champions. By merit, bukan given. Inilah kompetisi yang sehat.
Kemudian, ada pandangan bahwa ESL akan mengalienasi suporter. Klub-klub besar yang bakal sering bertemu di ESL tentu menjanjikan tontonan seru, dan ini sangat bisa dimonetisasi. Suporter hanya dianggap sebagai pelanggan yang rela membayar untuk menonton, bukan mereka yang memberikan dukungan tulus dengan mengorbankan jiwa, raga, waktu, dan harta.
Suara penolakan yang demikian masif dalam dua hari terakhir membuat klub-klub peserta ESL gentar. Hari ini, enam klub pendiri ESL dari Inggris resmi mundur dari ESL. Termasuk Liverpool di bawah kendali FSG.
"Liverpool FC bisa memberi konfirmasi bahwa keterlibatan kami dalam rencana pembentukan ESL tidak berlanjut. Dalam beberapa hari terakhir, kami telah menerima perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, dan kami ingin mengucapkan terima kasih atas kontribusi mereka yang berharga," demikian bunyi pernyataan resmi di situs klub.
![]() |
Liverpool sudah mundur dari ESL. Masalah selesai bukan?
It isn't over, mate.
Banyak yang memandang pernyataan itu hanya formalitas belaka. Tidak ada ketulusan, apalagi permintaan maaf.
Suporter membandingkan dengan pernyataan yang dibuat oleh manajemen Arsenal. Ada kesan para petinggi di Stadion Emirates benar-benar menyesal karena mereka telah salah langkah. Tidak lupa, ada permintaan maaf di sana.
![]() |
Oleh karena itu, fans Liverpool sepertinya belum bisa memaafkan FSG. Ada kesan bahwa FSG ingin 'menjual' Liverpool demi uang dengan mengorbankan nilai-nilai sepakbola dan sportivitas. Dan mereka tidak menyesal telah melakukan itu, situasi yang tidak mendukung adalah satu-satunya alasan menarik diri dari ESL.
Jamie Carraggher, mantan wakil kapten Liverpool, ikut sumbang suara. Carra menegaskan hubungan FSG dengan fans dan komunitas sepakbola sudah rusak tanpa bisa diperbaiki. Oleh karena itu, #FSGOUT.
"Saya tidak melihat kepemimpinan FSG di Liverpool punya masa depan, saya sungguh-sungguh. Semakin lama mereka bertahan, situasi akan semakin buruk," tegas Carragher, seperti dikutip dari Sky Sports.
Gerakan untuk menggulingkan kepemimpinan yang sah juga terjadi di klub lain. Di Manchester United, tagar #GlazersOut menggema. Sementara di Arsenal, tagar #KroenkeOut pun bergelora. Kebetulan FSG, keluarga Glazer, dan keluarga Kroenke seluruhnya berasal dari AS.
Apakah upaya kudeta itu bakal sukses? Kalau sukses, siapa yang bakal menggantikan? Hanya waktu yang menjawab itu...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)