
Sst.. Ciuman Ternyata Lebih Penting dari Seks Bagi Pasangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjadi salah satu praktik budaya kuno, peran ciuman rupanya sering diremehkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal menurut Wolfgang Krueger, psikolog dari Berlin, Jerman, kegiatan ciuman rupanya jauh lebih penting dibandingkan hubungan seks.
"Berciuman secara populer dipandang sebagai adik perempuan seksualitas, tapi sebenarnya tidak. Sebaliknya, bagi pasangan, berciuman jauh lebih penting," ujar Krueger, yang menyebut aktivitas tersebut sebagai barometer hubungan, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post (SCMP).
Kehidupan seks pasangan yang mulai lesu bahkan menjadi tanda pertama dari penurunan intensitas berciuman. "Ini mungkin terdengar aneh, tapi berciuman jauh lebih intim daripada seks. Seksualitas terkadang bisa sangat impersonal seolah-olah Anda terhuyung-huyung," lanjut Krueger.
Sebaliknya, dengan berciuman, pasangan akan benar-benar menyatukan persneling, merasakan tempo mereka, serta memahami bau dan rasanya. Ciuman juga akan membuat jantung seseorang berdetak lebih cepat, tekanan darah naik sehingga pipi akan bersemi merah.
Campuran hormon bahagia juga akan membanjiri tumbuh seseorang yang melakukan ciuman, termasuk oksitosin, serotonin, dan dopamin. Sebanyak 34 otot wajah juga akan bergerak, dengan jutaan bakteri berpindah dari mulut ke mulut.
"Saat berciuman, Anda melihat apakah orang lain itu reseptif dan memiliki antena sosial. Ciuman yang baik juga bersemangat dan intensitasnya bisa meningkat," papar Krueger.
Para peneliti menghitung bahwa orang Jerman rata-rata berciuman sekitar dua hingga tiga kali sehari, baik itu ciuman selamat malam di pipi atau ciuman penuh perasaan saat berkencan. Pada usia 70, mereka setidaknya telah menghabiskan 76 hari penuh untuk berciuman, dan jumlah itu terus meningkat.
Namun, ciuman tidak dapat berlaku di seluruh dunia, sebab beberapa negara menerapkan norma-norma tertentu yang membuat kegiatan ciuman dan seksual adalah tabu.
Sebuah studi tahun 2015 di jurnal American Anthropologist menemukan bahwa 46% dari 168 budaya yang disurvei terlibat dalam ciuman romantis atau seksual, yang didefinisikan sebagai kontak bibir ke bibir.
Ini paling umum di Timur Tengah, diikuti oleh Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Namun tidak ada bukti yang ditemukan di Amerika Tengah, Afrika sub-Sahara, New Guinea, atau wilayah Amazon.
Studi ini hanyalah satu dari sekian banyak studi tentang ciuman, yang mendedikasikan seluruh cabang ilmu pengetahuan, yakni filematologi.
Pada tahun 1960-an, sebuah penelitian di Jerman menemukan bahwa suami yang mencium istrinya sebelum berangkat kerja di pagi hari rata-rata hidup lima tahun lebih lama daripada mereka yang tidak.
Studi yang lebih baru menemukan, misalnya, kebanyakan orang menoleh ke kanan saat memberi atau menerima ciuman, dan bahwa berciuman dapat meredakan demam dan dermatitis.
Namun hingga kini belum ditentukan secara pasti mengapa orang-orang mulai berciuman. Etnolog Austria Irenaus Eibl-Eibesfeldt menduga hal itu berasal dari praktik manusia purba mengunyah makanan untuk anak-anak dan kemudian meludahkannya ke mulut mereka.
Peneliti lain mengira nenek moyang kita, seperti banyak hewan, saling mengendus alat kelamin untuk mengumpulkan informasi tentang calon pasangan, tetapi mengalihkan penyelidikan mereka ke atas saat mereka mulai berjalan tegak.
Bahkan beberapa binatang berciuman. Simpanse dan sejumlah spesies ikan diketahui menutup mulut mereka, meskipun hal ini hampir tidak sebanding dengan berciuman oleh manusia, yang menganggap ritual berciuman pada waktu tidur atau berpamitan sama pentingnya dengan ciuman romantis.
(sef/sef) Next Article 9 Tanda Hubungan Anda dan Pasangan Berada di Ujung Jurang