Ngeyel Tak Pakai Masker, Bisa Diusir dari Tempat Wisata

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
28 November 2020 19:29
Suasana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota berdampak pada aktivitas di pasar Jaya salah satunya, di kawasan Pasar Cijantung, Jakarta Timur. 16/6/20, CNBC Indonesia/Tri Susilo

Pantauan CNBC Indonesia dilapangan pada Selasa (16/6/20) mencoba menelusuri seluruh isi pasar, tampak sepi  pembeli.  Salah satu pasar di kawasan Jakarta Timur itu sangat berbeda dibanding hari-hari biasanya yang padat dan ramai. Kali ini tampak sepi. Bahkan kendaraan yang terparkir sangat minim.  

Salah satu pedagang pakaian anak mengatakan, kondisi pasar mulai sepi saat terjadi virus corona. “Ini sangat berimbas pada pendapatan kami. Repot kalau begini terus,”ujarnya.

Menurutnya,  setelah lewat pukul 11.00 WIB, siang hari, sudah sangat kurang orang yang berbelanja di pasar. Dagangan pun tentu aja banyak yang tak laku. Karena itu ia berharap wabah COVID-19  ini bisa cepat selesai.

Yanto, pedagang daging ayam juga merasakan demikian. “ Jam 10 masih numpuk dagangan ini. kami sangat khawatir pak kalau begini terus.,”ujarnya sambal geleng geleng kepala.

Pedagang sayur pun demikian. Munawar seorang  tukang sayur mengatakan, untuk mendapatkan sayur juga sulit. “Kita dapat juga sulit. Jualnya juga sudah sepi pembeli. Aturan jaga jarak dan tidak berpergian ke pasar sangat berdampak. “Jadi kalau enggak laku ya udah jadi risiko,” ungkapnya.  

Penjagaan juga diperketat oleh anggota TNI dan securty pasar untuk, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pasar akan dicek suhu dan cuci tangan. 

Untuk kepasar basah (pasar ikan) dipastikan pengunjung memakai masker, peraturan tersebut sudah pasang sebelum masuk pasar basar.

Sebelumnya Seorang pedagang di Pasar Obor Cijantung dinyatakan positif Covid-19 usai jalani rapid test dan swab test Covid-19 pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Informasi itu berdasarkan data dari Perumda Pasar Jaya pada Kamis (11/6/2020).

Adapun rapid test dan swab test di Pasar Obor Cijantung pada 29 Mei 2020 lalu diikuti 75 peserta yang terdiri dari pengunjung dan pedagang pasar.

Hasilnya, empat orang reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Kemudian, dari empat orang itu, seorang pedagang dinyatakan positif Covid-19.

 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menegaskan bahwa wisatawan yang menolak atau tidak mau menggunakan masker bisa dikeluarkan dari tempat wisata.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Seksi Usaha Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Raymond Stefanus dalam Sharing Session Penanggulangan Covid-19, seperti dikutip dari detikcom, Sabtu (28/11/2020).

Raymon mengatakan pelaku usaha yang sudah mulai dibuka harus membentuk satuan tugas Covid-19 masing-masing untuk memastikan diterapkannya protokol kesehatan. Pelaku usaha pun harus bertanggung jawab apabila ada pelanggaran yang dilakukan pengunjung.

"Salah satu ketentuan pelaku usaha wajib membentuk satgas COVID-19. Satgas COVID-19 ini adalah unsur internal yang bertugas mengawasi dan melihat secara langsung penerapan dari protokol kesehatan," kata Kepala Seksi Usaha Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Raymond Stefanus dalam Sharing Session Penanggulangan COVID-19.

Jika ditemukan pelanggaran, satuan tugas harus melakukan teguran atau imbauan. Lalu ketika ada kasus COVID-19, maka petugas setempat yang akan berkoordinasi dengan satgas COVID-19 wilayah, puskesmas atau dinas instansi terkait.

"Internal pun mereka harus memiliki pengawasan. Dari eksternal pun kami ada pengawasan, dinas pariwisata, Satpol PP, dinas kesehatan yang turun juga," kata Raymond.

Raymond menuturkan, pelaku usaha wajib memberikan imbauan dan teguran bagi pengunjung misalnya untuk mengenakan masker, bahkan sanksi kerasnya tidak diizinkan untuk masuk. Komitmen itu harus konsisten mereka terapkan.

"Karena kalau ketahuan nanti yang disanksi justru ownernya," ungkap Raymond.

Penerapan protokol kesehatan dan teguran ini pun dilakukan oleh Taman Impian Jaya Ancol. Jika dahulu, salah satu destinasinya, Dunia Fantasi memiliki pengunjung yang berdesakan, maka sekarang ada jarak yang diterapkan.

"3M itu sudah pasti ada, masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dan itu misalnya di Dufan, wahana nggak 100 persen jadi ada jarak dari kursi ke kursi lain," kata Direktur pemasaran PT Pembangunan Jaya Ancol, Febrina Intan.

Selain menjaga area outdoor, kawasan Dufan juga menjaga kapasitas indoor agar tidak sampai 50%. Ada juga patroli yang bertugas untuk keliling dan mengingatkan wisatawan.

"Banyak sih yang ngeyel, kayak once keliling Dufan untuk during the patrol, terutama anak-anak muda ya kadang mereka ngeyel dikasih tahu, kadang kita galak-galakkan aja," kata Febrina.

"Sampai aku pernah bilang, #pakaimasker atau kamu keluar. Ya sudah, we have to do that," tambahnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Intip Geliat Industri Biji Kopi Bertahan Saat Pandemi Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular