
RI Resmi Resesi, Ini 10 Langkah Biar Keuangan Tetap Survive!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah membuat puluhan negara masuk ke jurang resesi. Indonesia pun tak luput dari pelemahan ekonomi ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PDB Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY.
Untuk mencegahnya 'ambyarnya' keuangan, Anda perlu mempersiapkan diri dalam menghadapinya situasi . Berikut adalah sejumlah hal yang perlu dihindari dan dilakukan saat resesi mulai melanda.
1. Jangan mengambil utang baru
Jika Anda mempertimbangkan untuk menambah utang di tengah pandemi, ada baiknya untuk tidak melakukannya. Apa lagi jika kondisi keuangan ke depannya sangat tidak pasti dan ada ancaman PHK di depan mata atau penghasilan dipotong karena suatu alasan.
Mengambil utang baru saat resesi merupakan hal yang berisiko dan harus dicermati dengan hati-hati. Dalam skenario terburuk, hal itu bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan.
2. Jangan coba-coba jadi penjamin pinjaman
Jadi penjamin pinjaman harus dihindari. Istilah kerennya jangan menjadi "cosigner". Cosigner adalah seseorang yang mengajukan pinjaman dengan individu lain dan yang secara kontrak setuju untuk melunasi utang jika peminjam lain tidak melakukan pembayaran.
Cosigner menandatangani aplikasi pinjaman dengan peminjam dan secara efektif menjamin pinjaman tersebut.
Hal ini sangat berisiko di masa resesi, mengingat orang yang anda "jamin" mungkin tidak akan dapat mengganti uang Anda karena mereka kehilangan pekerjaan.
3.Jangan meremehkan pekerjaan
Selama masa resesi, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan di perusahaan besar sekalipun. Dalam hal ini, sebagai pekerja, seseorang perlu untuk meningkatkan kualitasnya. Sehingga saat perusahaan berpikir untuk melakukan PHK, Anda tidak akan masuk dalam daftarnya.
Dari perspektif pemberi kerja, lebih masuk akal untuk mengurangi pekerja marjinal daripada mengurangi jam kerja atau upah untuk karyawan mereka yang lebih produktif. Pastikan Anda bukan pekerja marjinal.
4.Jangan mengambil risiko dengan investasi
Tip ini berlaku untuk pemilik bisnis. Meskipun Anda harus selalu memikirkan masa depan dan berinvestasi dalam menumbuhkan bisnis Anda, pelambatan ekonomi mungkin bukan waktu terbaik untuk membuat taruhan berisiko. Di awal resesi bukanlah waktu yang tepat.
Namun, begitu ekonomi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berkelanjutan, inilah saatnya untuk mulai berpikir besar ketika harga pembelian modal dan biaya tenaga kerja untuk perekrutan baru rendah.
5.Jangan boros
Tidak perlu benar-benar tidak membelanjakan apapun saat perlambatan ekonomi terjadi. Tapi, sangat penting untuk memberi perhatian ekstra pada pengeluaran dan berhati-hati dalam mengambil risiko yang tidak perlu.
Bahkan di tengah kemerosotan ekonomi yang signifikan, ada banyak langkah positif yang dapat di ambil untuk memperbaiki situasi dan menyelamatkan kehidupan dari resesi. Ini termasuk menerapkan anggaran yang realistis, membentuk dana darurat, dan menghasilkan sumber pendapatan tambahan.
Next ke halaman 2>>>>