Kekayaan Orang Terkaya di Eropa Meroket, Ini Dia Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat produk mewah Prancis LVMH Moet Hennessy mengatakan bahwa kuatnya pertumbuhan dalam bisnis terbesarnya menjadi penopang keuntungan pada kuartal ketiga. Hal tersebut karena tingginya permintaan untuk produk Louis Vuitton dan Dior yang membantu mengimbangi penurunan tajam di tempat lain yang disebabkan oleh Covid-19.
Pengumuman tak terduga minggu ini menunjukkan bahwa kekayaan bersih CEO LVMH, Bernard Arnault melonjak sebesar US$ 8,3 miliar atau sekitar Rp 122 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$). Ini menempatkan pria berusia 71 tahun itu menjadi miliuner kelima dunia setelah Jeff Bezos, Bill Gates, Elon Musk, dan Mark Zuckerberg di Bloomberg Billionaires Index.
Namun, beberapa bulan lalu adalah badai besar bagi taipan Prancis tersebut yang pada Maret 2019 mengambil alih posisi Warren Buffet menjadi orang terkaya ketiga di dunia. Saat ini bos Amazon Jeff Bezos menduduki puncak teratas orang terkaya di dunia.
Melansir Yahoo Finance, sebelum pandemi melanda kekayaan bersih Arnault melonjak karena LVMH membukukan pendapatan yang memecahkan rekor, tetapi penutupan paksa toko-toko retail dan meningkatnya jumlah karyawan yang kehilangan pekerjaan menggerus hampir 50% kekayaan pribadinya.
Hal tersebut menyebabkan Arnault hanya memiliki kekayaan bersih US$ 77 miliar atau turun dari US$ 109 miliar pada Januari 2020.
Pendapatan di LVMH meningkat 12% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, penjualan merek Hennessy Cognac tetap stabil, didorong oleh konsumsi yang kuat di AS.
"Kami kehilangan sebagian besar bisnis pariwisata. Kami tidak mendapat dorongan dari basis klien lokal, yang kurang berkembang dibandingkan di Louis Vuitton dan Dior," kata CFO konglomerat, Jean Jacques Guiony.
Pandemi virus corona menghantam industri barang mewah karena pembelanja kaya menunda pembelian dan dengan adanya kebijakan pembatasan perjalanan membatasi pelanggan China bebas berbelanja.
Merek jam tangan dan perhiasan LVMH, yang meliputi Bulgari dan Tag Heuer, menderita karena wisatawan China dan Asia lainnya terjebak di rumah, di mana mereka cenderung tidak berbelanja secara royal daripada saat bepergian ke luar negeri.
"Merek-merek tersebut tidak sekuat di antara klien Barat seperti merek fashion besar LVMH," kata Guiony.
[Gambas:Video CNBC]
Belum Ada 2 Tahun, LVMH & Rihanna Tutup Merek Mewah Fenty
(wia)