Yuk! Kenali 'Happy Hypoxia' pada Penderita Covid-19

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
16 September 2020 14:02
INFOGRAFIS, 10 negara dengan kasus covid-19 terbanyak
Foto: Ilustrasi masker untuk mencegah Covid-19 (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Happy Hypoxia menjadi salah satu hal yang harus diwaspadai, terutama bagi orang yang terinfeksi Covid-19. Utamanya bagi mereka yang memiliki gejala seperti batuk.


"Hypoxia adalah kurangnya oksigen dalam darah, pada orang normal akan sesak, namun ini tidak terjadi pada pasien yang terinfeksi Covid-19," ujar Dokter Spesialis Paru, Dr. Erlina Burhan M.Sc, Sp.P saat keterangan pers dari Graha BNPB, Jakarta, Rabu (16/9/2020).

Hal tersebut karena terjadi kerusakan pada saraf yang mengantar sensor. Apabila ada kekurangan oksigen maka akan terjadi sesak napas. Pada orang normal biasanya akan ada sinyal mengatakan tubuh kurang oksigen. Sehingga otak akan memberi perintah ke tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tapi pada beberapa pasien Covid-19 ini tak terjadi, karena ada kerusakan pengiriman sinyal ke otak," katanya lagi.

Erlina memberi contoh, ada sebuah kasus yang dialami laki-laki usia 60 tahun yang terpapar Covid-19 dengan gejala batuk dan kondisi badan semakin lemah. Namun, pasien tidak merasa sesak napas dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Saat diperiksa kadar oksigen 60%. Orang normal berkisar 95%-100%. Pasien ini hanya 60%-70% tapi tak bergejala sesak, langsung masuk ventilator," katanya lagi.



"Biasanya kalau sudah Happy Hypoxia dalam waktu lama, akan mengalami penurunan kesadaran dan biasanya akan fatal akibatnya," imbuhnya.


Meski happy hypoxia terkesan menyeramkan, namun menurutnya jangan lantas panik. Sebab, happy hypoxia biasanya tak terjadi pada Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19.


"Ini di orang bergejala yang bisa kemungkinan happy hypoxia. Ini tak terjadi ke semua orang," ujar Erlina.

Dia berpesan bagi masyarakat agar terhindar dari Covid-19. Caranya sederhana yaitu hanya dengan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Selain itu, meningkatkan imunitas tubuh juga penting dilakukan.

"Makan yang bergizi, istirahat cukup, jangan merokok, konsumsi suplemen, istirahat ringan rutin dan jangan stres. Karena kalau stres berkepanjangan akan memungkinkan penurunan imunitas. Kalau imun turun, apapun penyakit bisa terjadi," kata Erlina.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid di Singapura Melonjak, Menkes Warning Warga RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular