Internasional

Geger Rentetan Kasus Bunuh Diri Pekerja Migran di Singapura

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 August 2020 15:05
Singapura. AP/Yong Teck Lim
Foto: Singapura. AP/Yong Teck Lim

Jakarta, CNBC Indonesia - Hadirnya pandemi virus corona (Covid-19) tidak hanya merugikan ekonomi dunia, tetapi juga mentalitas para individu. Belum lama ini, terjadi rentetan kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri yang melibatkan para pekerja migran di Singapura.

Kasus yang kini dipantau oleh otoritas Singapura telah meningkatkan kekhawatiran atas kesehatan mental ribuan pekerja migran bergaji rendah yang terpaksa terkurung di asrama mereka di negara kota itu akibat Covid-19.



Kementerian Tenaga Kerja Singapura pada Rabu (5/8/2020) malam mengatakan pihaknya memantau percobaan bunuh diri yang melibatkan pekerja migran di asrama, serta bekerja dengan mitranya untuk meningkatkan program dukungan kesehatan mental bagi mereka.

Kementerian tersebut mengatakan tidak mengamati lonjakan kasus bunuh diri di antara para pekerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut mereka, insiden tersebut cenderung berasal dari masalah keluarga yang mungkin diperburuk oleh kesusahan karena tidak dapat kembali ke rumah karena pembatasan Covid-19.

Pada April lalu, Singapura menutup blok asrama yang luas dengan populasinya besar sebagai upaya membatasi lonjakan kasus virus corona di antara para pekerja. Diketahui para pekerja migran dari Asia Selatan tinggal di kamar-kamar bertingkat yang padat di kawasan tersebut.

Empat bulan kemudian, beberapa asrama tetap berada di bawah karantina, meskipun para pekerja migran telah dinyatakan bebas virus. Pergerakan mereka juga masih dibatasi dan menghadapi ketidakpastian pekerjaan yang menjadi sandaran keluarga mereka di kampung halaman.



Kelompok hak asasi manusia mengatakan peristiwa ini mengambil banyak korban, terutama para pekerja imigran setelah muncul video viral mereka berusaha bunuh diri di atap rumah dan ambang jendela yang posisinya berada di atas.

Pada Minggu (2/8/2020), dilaporkan dalam berita lokal jika seorang pekerja migran berusia 36 tahun berlumuran darah setelah mencoba melukai diri sendiri.

Pihak berwenang mengatakan mereka berharap untuk mencabut karantina di semua asrama minggu ini, dengan pengecualian beberapa blok yang berfungsi sebagai zona karantina.

Tetapi kekuasaan majikan untuk membatasi pergerakan pekerja di luar asrama, bahkan jika dinyatakan bebas virus, dan ketakutan akan pembayaran hutang yang berlebihan untuk mendapatkan pekerjaan di Singapura juga menambah depresi para pekerja migran.

"Banyak pekerja sekarang mengatakan bahwa penderitaan mental adalah masalah yang lebih serius daripada virus," kata Deborah Fordyce, presiden kelompok hak asasi migran, Transient Workers Count Too, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Gasper Tan, kepala eksekutif orang Samaria Singapura, mengatakan akses terbatas migran terhadap dukungan dari teman dan keluarga, terutama selama penguncian, dapat mengakibatkan "perasaan negatif yang luar biasa".

"Mereka merasa terjebak, tidak dapat mengontrol atau mengubah keadaan mereka, dan mungkin merasa bahwa bunuh diri adalah satu-satunya pilihan yang tersisa untuk bebas dari pergumulan dan rasa sakit mereka," ujar Tan.

Singapura telah mencatat 54.254 kasus Covid-19, terutama dari asrama yang menampung sekitar 300.000 pekerja dari Bangladesh, India, dan China. Berdasarkan data Worldometers per Kamis (6/8/2020), hanya 27 kasus kematian dan 47.768 pasien berhasil sembuh di Singapura.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Singapura Jadi Negara Paling Lelah di Dunia, Apa Alasannya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular