Bunda... 62% Anak Alami Kekerasan Verbal Selama PSBB

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
20 July 2020 12:58
Aktivitas Anak-anak melakukan kegiatan belajar di luar sekolah di Kampung Belajar New Normal di Pinang Indah, Tangerang Kota, Banten, Jumat 19/6. Kampung Belajar New Normal ini didirikan untuk anak - anak yang ingin kembali bersekolah. Kurang lebih selama tiga bulan ini, anak-anak tinggal di rumah, belajar di rumah, karena pandemi virus corona atau Covid-19. Lamanya belajar di rumah, anak-anak pun mengalami kejenuhan dan ingin segera kembali ke sekolah bersama teman-teman. Kampung Belajar New Normal pun dianggap sebagai solusi mengusir kebosanan anak-anak belajar di rumah. kampung ini baru dibuat pada 15 Juni 2020 dan diresmikan oleh lurah setempat. Penggagas Kampung Belajar New Normal, Agung Agustianto menjelaskan mengenai metode belajar yang diterapkannya.
Foto: Ilustrasi Anak (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan RI mengungkap bagaimana kesehatan jiwa anak di Indonesia menghadapi Covid-19, di mana saat ini populasi anak mencapai 79 juta atau 30% dari total penduduk Indonesia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan RI, Dr.dr. Fidiansjah, SpKJ., MPH mengatakan berdasarkan data 19 Juli 2020, sebanyak 8,1% anak positif Covid-19, 8,6% di antaranya dirawat, 8,3% sembuh dan 1,6% meninggal.

"Lantas, fenomena kesehatan jiwa, menggambarkan selama proses belajar pada masa PSBB ini, hanya 68% punya akses (belajar jarak jauh). 32% tak mendapatkan, dampaknya apa, dia harus mengalami proses belajar sendiri," ujarnya saat video conference di Graha BNPB, Jakarta, Senin (20/7/2020).

Adapun dampak lain yang ditimbulkan selama pandemi antara lain, 37% tak mengetahui waktu belajar, 30% kesulitan memahami pelajaran, 21% tak memahami instruksi guru. Selanjutnya sebanyak 47% merasa bosan, 35% khawatir ketinggalan pelajaran, 15% anak merasa tidak aman, 11% anak mengalami kekerasan fisik dan 62% anak mengalami kekerasan verbal.

"Tercatat juga 34% takut kena covid-19, 20% rindu teman-temannya, 10% khawatir tentang penghasilan orang tua dan 62% anak mengalami kekerasan verbal," tuturnya.

Dia mengatakan, ada dua kelompok besar, pertama disebut anak usia dini di bawah 6 tahun dan anak usia sekolah yaitu 7-18 tahun. Kompleksitas ketika anak usia dini juga harus memperhatikan banyak aspek, salah satunya bagaimana pola asuh. Selanjutnya anak usia sekolah juga tidak terlepas dari stres.

"Kemendikbud sudah mencoba untuk mengeluarkan aturan Bagaimana aturan sekolah dengan yang kemudian harus dibedakan antara yang normal dengan yang berbasis masyarakat," tegasnya.

Menurutnya, regulasi terkait hal ini penting agar masyarakat betul-betul peduli tidak hanya konteksnya terkait bagaimana bahayanya, khususnya dari aspek fisik. Tapi lebih dari itu yang bisa mempengaruhi imunitas, yang harus dijaga selama pandemi.

"Jangan sampai tadi kesehatan jiwa dia turun akhirnya kemudian mengganggu imunitas yang dibutuhkan di dalam Covid-19 ini," tegasnya.

Dia menambahkan ada empat hal yang harus diketahui, yaitu dimana mencari pertolongan dalam kondisi saat ini.Pertama, patuhi protokol kesehatan. Kedua, jaga jarak. Ketiga bila sakit pemerintah sudah membuat struktur, mulai puskesmas, dan fasilitas kesehatan lain.

"Keempat, bila butuh dukungan fisik dan jiwa, hubungi layanan kesehatan call center atau faskes terdekat," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Intip Geliat Industri Biji Kopi Bertahan Saat Pandemi Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular