Gokil! Cuma Dagang Maklor, Setiaci Cuan Rp 9,6 Juta/Bulan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 December 2019 11:56
Keuntungan yang Diputar
Foto: Setiaci (24), Penjual makaroni telur (maklor) dan mie telur (milor) di salah satu sekolah dasar di dekat Stasiun Depok Lama. (CNBC Indonesia/Thea)
Bapak satu anak ini mengatakan, sebagian keuntungan yang didapatkan dari berjualan maklor dan milor ia putar dan simpan untuk membangun kembali jualan rujak ulek dan serut kembali. Setiaci memaparkan jika modal awal berjualan rujak cukup besar.


"Gede, Mbak. Harganya hampir 1 unit motor. Yang bikin mahal itu gerobak dan perabotannya. Itu kemarin teman saya pesan gerobak dan perabotan full set habis Rp 10 juta lebih, dan ini belum sama belanja buah dan bumbu itu," ujarnya.

Ia memaparkan, gerobak berjualan rujak harus terbuat dari stainless steel agar awet. Gerobak juga tidak boleh terbuat dari kayu, karena menurutnya akan lebih cepat rusak.

"Itu yang mahal karena kita pesan gerobak dari bahan stainless steel yang bagus. Kalau yang stainless steel jelek, kena getah buah aja udah cepet rusak, hancur. Malah boros entar kita," ungkapnya.

Untuk belanja awal bahan-bahan rujak sendiri, Setiaci memperkirakan akan habis Rp 500 ribu. Sedangkan untuk berjualan hari-hari berikutnya, ia hanya butuh modal Rp 300-400 ribu per hari untuk membeli bahan-bahan rujak.


"Nah, soal keuntungan ini bisa 3 kali lipat. Katakanlah modal per hari Rp 500 ribu, sehari jualan bersih bisa dapat Rp 1,5 juta. Kalau dihitung total per bulan jualan tiap hari, bisa dapet kurang lebih Rp 45 juta per bulan lah," papar Setiaci.


Apalagi jika tak habis, bahan-bahan buah rujak dapat dijajakan kembali esok. "Bisa juga buat 2 hari kalau buahnya muda semua, jadi masih bisa buat dibesokin. Kalau buahnya matang, ya kita makan sendiri lah sama keluarga. Paling yang cepat matang buah mangga sama pepaya doang," tukasnya. (sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular