Internasional

Alasan Mengapa 'Resesi Seks' Kini Hantui Korsel

Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
07 December 2019 20:36
Resesi seks di Korsel dan alasannya
Foto: Warga Korea Selatan memberi tiga sorakan kepada negara itu saat mereka berbaris dalam rapat umum untuk memperingati seratus tahun Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret melawan pemerintah kolonial Jepang (1910-45), di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 1 Maret 2019. (AP / Ahn Young-joon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika isu 'resesi' seks sedang melanda di Amerika Serikat dan Jepang, kini muncul kelompok feminis radikal di Korea Selatan yang mendukung hal tersebut. Kelompok itu bernama bernama '4B' atau 'Four Nos.

Menurut laporan AFP, Four Nos sendiri merupakan kepanjangan dari 'no dating, no sex, no marriage, and no child-rearing', yang artinya adalah tidak berkencan, tidak melakukan seks, tidak menikah, dan tidak mengasuh anak.


Kelompok tersebut berisikan kumpulan wanita yang menolak norma patriarkal yang kaku dan bersumpah untuk tidak menikah, punya anak atau bahkan berkencan dan berhubungan seks.

Salah satu wanita yang bergabung dalam kelompok itu adalah Bonnie Lee, seorang profesional berusia 40-an yang hanya tinggal bersama anjingnya di dekat Seoul.

"Aku wanita normal (straight) yang tidak lagi tertarik menjalin hubungan dengan pria," kata Lee, sebagaimana dilaporkan AFP.

"Saya selalu merasa bahwa sebagai seorang wanita ada lebih banyak kerugian daripada keuntungan dari menikah,".


Lee yang memiliki dua gelar master juga mengatakan bahwa menikah bisa membuat gelar pendidikan dan karir menjadi tidak ada artinya. Sebab, yang diharapkan dalam pernikahan adalah seorang wanita harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah, membesarkan anak-anak, dan merawat mertua yang menua.

"Di pasar pernikahan, kehidupan dan pengalaman kerja Anda sebelumnya tidak penting," kata Lee.

"Untuk alasan yang konyol, menjadi wanita berpendidikan tinggi juga menjadi poin minus. Yang paling penting sebagai calon istri adalah apakah Anda mampu merawat suami dan mertua Anda."

Resesi seks di kalangan milenial bisa dinilai bisa membawa dampak besar pada ekonomi suatu negara, seperti yang diungkapkan analis politik dan ekonomi Jake Novak dalam penelitiannya yang dimuat CNBC International.

Dalam analisisnya, Jake mengatakan resesi seks dan menurunnya pernikahan mengindikasikan bahwa kaum milenial juga akan menunda aspek-aspek kedewasaan lainnya seperti membeli rumah atau mobil, yang mana akan menyumbang perlambatan ekonomi.

Dalam ekonomi, resesi berarti kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal beruntun.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Resesi Seks Melanda Korsel, Populasi Seoul Hilang 1,27 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular