Pelecehan Seksual 'Hantui' Industri Film India Bollywood

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 November 2019 15:54
Pelecehan Seksual 'Hantui' Industri Film India Bollywood
Foto: Aktor Bollywood Ranveer Singh dan istrinya aktris Deepika Padukone pergi setelah menghadiri upacara pernikahan Isha Ambani, putri dari Ketua Industri Reliance Mukesh Ambani, di Mumbai, India, 12 Desember 2018. REUTERS / Francis Mascarenhas
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerakan #MeToo dengan beragam nama alternatif lokal dan internasional, adalah gerakan melawan pelecehan seksual dan kekerasan seksual, khususnya kepada kaum perempuan.

Tagar hadir karena kasus pelecehan seksual yang dilakukan mantan produser Hollywood Harvey Weinstein kepada para pekerja di industrinya.


Gerakan ini sukses menyebar secara viral pada bulan Oktober 2017 sebagai tagar di media sosial dalam upaya untuk menunjukkan prevalensi yang luas dari kekerasan dan pelecehan seksual, khususnya di tempat kerja.

Bollywood tidak terkecuali. Sayangnya, setelah setahun Bollywood mengikuti jejak #MeToo oleh Hollywood, para perempuan di India malah mendapatkan serangan balasan dari kaum laki-laki yang tidak terima disebut predator yang senang melakukan pelecehan seksual.

Salah satu pemantiknya adalah ketika salah satu penyanyi India, Sona Mohapatra menuduh komposer Anu Malik melakukan pelanggaran seksual. Alhasil Sona diminta untuk mengosongkan kursi juri di acara bakat televisi berjudul 'Sa Re Ga Ma Pa'.

"Saya ditandai sebagai pembuat onar dan diminta untuk pergi semalam," kata Mohapatra bulan lalu, dikutip dari AFP.

Produser program tersebut membantah klaim Sona, mengatakan kepada AFP bahwa kepergiannya tidak ada hubungannya dengan gerakan #MeToo.

Beberapa waktu kemudian ditemukan fakta bahwa Anu Malik memiliki kasus penganiayaan yang diajukan terhadapnya pada 1990-an, dan diminta untuk mundur tahun lalu sebagai juri di acara 'Indian Idol'.

Setelahnya Malik sempat dipekerjakan kembali sebagai juri, membuat para aktivis melawan. Malik tentu menolak tuduhan yang menurutnya 'palsu dan tidak diverifikasi', namun ia tetap harus angkat kaki dari acara tersebut.


Kasus Malik merupakan kemenangan langka bagi gerakan #MeToo di Bollywood, di mana banyak selebritis terkenal yang disinyalir melakukan pelecehan dan bahkan pemerkosaan namun tetap bisa berkarir setelah beberapa bulan.

Contoh kasus lainnya adalah sutradara Vikas Bahl, yang namanya dihapus dari kredit film hit 'Super 30' setelah dilaporkan melakukan pelanggaran seksual, kini malah dipulihkan kembali setelah dibersihkan oleh komite internal.

Pembuat film Subhash Kapoor, yang diadili karena penganiayaan, awalnya dikeluarkan dari film yang diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor paling terkenal di Bollywood.

Tetapi pernyataan yang keluar malah mengatakan hanya pengadilan yang bisa menentukan apakah pembuat film tersebuit bersalah atau tidak. Ini merupakan sebuah proses yang mungkin memakan waktu bertahun-tahun dalam sistem hukum India yang terlalu terbebani.

[Gambas:Video CNBC]



"Saya membayangkan saran yang diterima banyak pria adalah 'pergilah ke bawah tanah selama satu tahun dan orang-orang akan lupa'," kata penyanyi Shweta Pandit, yang berusia 15 tahun ketika komposer Malik, yang saat itu berusia 40 tahun, diduga memintanya untuk menciumnya sebagai pembayaran.

Sebagai vokalis klasik, Pandit mengatakan kepada AFP bahwa insiden tahun 2001 membuatnya dirinya tertutup dan menjadi pertapa. "Aku berhenti mempercayai orang," katanya, "Bernyanyi adalah satu-satunya cara aku bisa mengekspresikan diri".

Dia tidak pernah membahas insiden itu kembali sampai kampanye tagar #MeToo viral, dan membuatnya bercerita mengenai hal tersebut. Sejak itu, Pandit malah menghadapi perundungan online dan serangan balasan.

"Banyak simpatisan yang memperingatkan saya agar tidak mengatakan apa-apa, tetapi saya harus tetap teguh," ungkapnya.

Anusha Khan, seorang konsultan yang melakukan lokakarya menentang pelecehan seksual di industri hiburan, mengatakan kepada AFP, "Bollywood masih bergulat dengan fakta bahwa masalah ini ada. Sistem perlindungan untuk predator sangat kuat. Ini rehab tanpa penyesalan".

Akibatnya, banyak pria hidung belang yang bermasalah namun tetap bisa kembali berkarir lebih mudah dibandingkan korban yang rata-rata merupakan perempuan.

Senada dengan kasus di atas, Aktris Tanushree Dutta pernah melaporkan Nana Patekar menyentuhnya dengan bagian privasi saat merekam lagu pada tahun 2008, ketika dia berusia 24 dan dia berusia 57 tahun.

Setidaknya dua orang, seorang jurnalis dan asisten sutradara secara terbuka menguatkan versinya tentang peristiwa tersebut. Namun nahas, insiden itu secara cepat mengakhiri karirnya. Polisi bahkan menolak untuk mendaftarkan pengaduan pelecehannya.

"Saya kehilangan teman, saya kehilangan pekerjaan, saya mengalami periode depresi. Ketika pekerjaanmu diambil darimu, kamu merasa seperti tidak memiliki alasan untuk bangun," ungkapnya.

Satu dekade kemudian, karena adanya wawancara di salah satu media, polisi di India setuju untuk menerima pengaduannya tahun 2008 tetapi menutup kasus tersebut pada bulan Juni, dengan alasan tidak cukup bukti.

Dutta menuduh mereka sengaja merusak investigasi. Bagi Dutta, yang berencana untuk naik banding ke keputusan polisi, #MeToo hanyalah permulaan. "Saya tidak pernah ingin menjadi seorang revolusioner," tukasnya.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular