Pelecehan Seksual 'Hantui' Industri Film India Bollywood

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 November 2019 15:54
Rehab Tapi tak Menyesal
Foto: Ilustrasi Bollywood (Designed by jemastock/Freepik)
"Saya membayangkan saran yang diterima banyak pria adalah 'pergilah ke bawah tanah selama satu tahun dan orang-orang akan lupa'," kata penyanyi Shweta Pandit, yang berusia 15 tahun ketika komposer Malik, yang saat itu berusia 40 tahun, diduga memintanya untuk menciumnya sebagai pembayaran.

Sebagai vokalis klasik, Pandit mengatakan kepada AFP bahwa insiden tahun 2001 membuatnya dirinya tertutup dan menjadi pertapa. "Aku berhenti mempercayai orang," katanya, "Bernyanyi adalah satu-satunya cara aku bisa mengekspresikan diri".

Dia tidak pernah membahas insiden itu kembali sampai kampanye tagar #MeToo viral, dan membuatnya bercerita mengenai hal tersebut. Sejak itu, Pandit malah menghadapi perundungan online dan serangan balasan.

"Banyak simpatisan yang memperingatkan saya agar tidak mengatakan apa-apa, tetapi saya harus tetap teguh," ungkapnya.

Anusha Khan, seorang konsultan yang melakukan lokakarya menentang pelecehan seksual di industri hiburan, mengatakan kepada AFP, "Bollywood masih bergulat dengan fakta bahwa masalah ini ada. Sistem perlindungan untuk predator sangat kuat. Ini rehab tanpa penyesalan".

Akibatnya, banyak pria hidung belang yang bermasalah namun tetap bisa kembali berkarir lebih mudah dibandingkan korban yang rata-rata merupakan perempuan.

Senada dengan kasus di atas, Aktris Tanushree Dutta pernah melaporkan Nana Patekar menyentuhnya dengan bagian privasi saat merekam lagu pada tahun 2008, ketika dia berusia 24 dan dia berusia 57 tahun.

Setidaknya dua orang, seorang jurnalis dan asisten sutradara secara terbuka menguatkan versinya tentang peristiwa tersebut. Namun nahas, insiden itu secara cepat mengakhiri karirnya. Polisi bahkan menolak untuk mendaftarkan pengaduan pelecehannya.

"Saya kehilangan teman, saya kehilangan pekerjaan, saya mengalami periode depresi. Ketika pekerjaanmu diambil darimu, kamu merasa seperti tidak memiliki alasan untuk bangun," ungkapnya.

Satu dekade kemudian, karena adanya wawancara di salah satu media, polisi di India setuju untuk menerima pengaduannya tahun 2008 tetapi menutup kasus tersebut pada bulan Juni, dengan alasan tidak cukup bukti.

Dutta menuduh mereka sengaja merusak investigasi. Bagi Dutta, yang berencana untuk naik banding ke keputusan polisi, #MeToo hanyalah permulaan. "Saya tidak pernah ingin menjadi seorang revolusioner," tukasnya. (sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular