
Internasional
Bukan RI, Negara Ini Miliki Pekerja Paling Terampil Di Dunia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 October 2019 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki tenaga kerja terampil merupakan salah satu faktor penting dalam membangun ekonomi. Sebab, tenaga kerja terampil bisa membuktikan bahwa suatu negara memiliki daya saing global.
Tapi, tahukah Anda negara mana yang paling banyak memiliki tenaga terampil global? Menurut Laporan Daya Saing Global (Global Competitiveness Report) Forum Ekonomi Dunia (WEF) terbaru, jawabannya adalah Swiss.
Negara Eropa tengah ini menduduki peringkat teratas untuk kepemilikan tenaga kerja terampil.
"Kinerja Swiss luar biasa di bidang yang terkait dengan sumber daya manusia," kata laporan itu.
Jadi, apa yang dilakukan pemerintah Swiss untuk melahirkan sumber daya manusia dengan daya saing terbaik itu?
Menurut laporan WEF, negara ini menyediakan sistem pelatihan pendidikan kejuruan (vocational education training system/VET) 'gold-standard'. Berdasarkan laporan tahun 2015 dari Pusat Penilaian Pendidikan Internasional (CIEB), terdapat hampir 70% siswa sekolah menengah yang mengikuti pelatihan VET.
Kebanyakan anak muda negara itu juga meninggalkan pendidikan penuh waktu pada usia 16 tahun. Mereka lebih memilih menghabiskan pendidikan dengan pembagian waktu antara sekolah, kursus dan terjun langsung dalam lingkungan kerja selama tiga hingga empat tahun. Hal ini memungkinkan mereka menerima upah dan pengalaman penting bagi dunia kerja.
Selain dari pemerintah, tenaga kerja di Swiss juga mendapat dukungan penuh dari perusahaan-perusahaan di sana.
Menurut laporan CIEB, sebanyak 30% perusahaan Swiss ikut serta dalam menggelar pelatihan VET. Pelatihan ini bisa memberi wawasan luas tentang karir dalam berbagai pekerjaan dan berbagai sektor bagi para siswa.
"Pelatihan ini mendapat dukungan yang sangat kuat dari para pengusaha Swiss, yang menganggapnya sebagai kontributor utama bagi vitalitas dan kekuatan ekonomi Swiss yang berkelanjutan." katanya.
Dari hasil pelatihan, negara bisa mendapatkan talent muda-profesional, jumlah pengangguran kaum muda yang rendah yang mencapai satu digit dan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa berkualitas tinggi.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan pelatihan kejuruan yang membuat pelajarnya bisa mendapatkan gelar.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), hanya kurang dari sepertiga orang muda Swiss yang berusia di bawah 25 tahun, yang masuk ke pendidikan tersier pada 2012.
Matthias Ammann, seorang rekan di lembaga pemikir ekonomi Avenir Suisse, bahkan mengakui positifnya sistem pelatihan ini. Namun ia mengkhawatirkan hal ini bisa semakin mengurangi jumlah orang yang mendaftar ke universitas.
"Banyak suara mengatakan kita harus menjaga (pendaftaran universitas) pada level ini karena pelatihan pendidikan kejuruan adalah alasan mengapa Swiss memiliki kinerja yang baik pada saat ini." Katanya kepada Times Higher Education.
Berdasarkan fakta, peserta magang yang menempuh jalur pelatihan kejuruan memang memiliki kesempatan kerja yang lebih baik dibandingkan lulusan kampus. Salah satu contohnya adalah Sergio Ermotti, kepala eksekutif bank Swiss UBS. Ermotti memulai karirnya dengan magang di bank lokal.
Dalam Global Competitiveness Report, Swiss juga dinilai sebagai yang terbaik dalam hal pelatihan staf, di mana banyak perusahaan mengakui manfaat dari sistem pengembangan profesionalnya.
Finlandia, yang menempati urutan teratas dalam kategori keterampilan dalam Laporan Daya Saing Global tahun lalu, turun ke posisi kedua tahun ini. Namun begitu, Finlandia masih dinilai sebagai negara terbaik dalam hal mengajarkan pemikiran kritis dan keterampilan digital.
(sef/sef) Next Article Mohon Maaf, Tak ada kata Pensiun Bagi Seorang Roger Federer!
Tapi, tahukah Anda negara mana yang paling banyak memiliki tenaga terampil global? Menurut Laporan Daya Saing Global (Global Competitiveness Report) Forum Ekonomi Dunia (WEF) terbaru, jawabannya adalah Swiss.
Negara Eropa tengah ini menduduki peringkat teratas untuk kepemilikan tenaga kerja terampil.
"Kinerja Swiss luar biasa di bidang yang terkait dengan sumber daya manusia," kata laporan itu.
Menurut laporan WEF, negara ini menyediakan sistem pelatihan pendidikan kejuruan (vocational education training system/VET) 'gold-standard'. Berdasarkan laporan tahun 2015 dari Pusat Penilaian Pendidikan Internasional (CIEB), terdapat hampir 70% siswa sekolah menengah yang mengikuti pelatihan VET.
Kebanyakan anak muda negara itu juga meninggalkan pendidikan penuh waktu pada usia 16 tahun. Mereka lebih memilih menghabiskan pendidikan dengan pembagian waktu antara sekolah, kursus dan terjun langsung dalam lingkungan kerja selama tiga hingga empat tahun. Hal ini memungkinkan mereka menerima upah dan pengalaman penting bagi dunia kerja.
Selain dari pemerintah, tenaga kerja di Swiss juga mendapat dukungan penuh dari perusahaan-perusahaan di sana.
Menurut laporan CIEB, sebanyak 30% perusahaan Swiss ikut serta dalam menggelar pelatihan VET. Pelatihan ini bisa memberi wawasan luas tentang karir dalam berbagai pekerjaan dan berbagai sektor bagi para siswa.
"Pelatihan ini mendapat dukungan yang sangat kuat dari para pengusaha Swiss, yang menganggapnya sebagai kontributor utama bagi vitalitas dan kekuatan ekonomi Swiss yang berkelanjutan." katanya.
Dari hasil pelatihan, negara bisa mendapatkan talent muda-profesional, jumlah pengangguran kaum muda yang rendah yang mencapai satu digit dan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa berkualitas tinggi.
Selain itu, pemerintah juga menyediakan pelatihan kejuruan yang membuat pelajarnya bisa mendapatkan gelar.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), hanya kurang dari sepertiga orang muda Swiss yang berusia di bawah 25 tahun, yang masuk ke pendidikan tersier pada 2012.
Matthias Ammann, seorang rekan di lembaga pemikir ekonomi Avenir Suisse, bahkan mengakui positifnya sistem pelatihan ini. Namun ia mengkhawatirkan hal ini bisa semakin mengurangi jumlah orang yang mendaftar ke universitas.
"Banyak suara mengatakan kita harus menjaga (pendaftaran universitas) pada level ini karena pelatihan pendidikan kejuruan adalah alasan mengapa Swiss memiliki kinerja yang baik pada saat ini." Katanya kepada Times Higher Education.
Berdasarkan fakta, peserta magang yang menempuh jalur pelatihan kejuruan memang memiliki kesempatan kerja yang lebih baik dibandingkan lulusan kampus. Salah satu contohnya adalah Sergio Ermotti, kepala eksekutif bank Swiss UBS. Ermotti memulai karirnya dengan magang di bank lokal.
Dalam Global Competitiveness Report, Swiss juga dinilai sebagai yang terbaik dalam hal pelatihan staf, di mana banyak perusahaan mengakui manfaat dari sistem pengembangan profesionalnya.
Finlandia, yang menempati urutan teratas dalam kategori keterampilan dalam Laporan Daya Saing Global tahun lalu, turun ke posisi kedua tahun ini. Namun begitu, Finlandia masih dinilai sebagai negara terbaik dalam hal mengajarkan pemikiran kritis dan keterampilan digital.
(sef/sef) Next Article Mohon Maaf, Tak ada kata Pensiun Bagi Seorang Roger Federer!
Most Popular