
Video Game Dijadikan Film, Sukseskah?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 June 2019 19:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Dari tahun ke tahun, industri perfilman AS (Hollywood) terbukti makin tak orisinal. Seiring berjalannya waktu, para sutradara Hollywood lebih senang mengadopsi bahan yang sudah ada sebelumnya untuk diangkat ke layar lebar.
Pada tahun 1980, nyaris 50% dari total penjualan kotor 25 film terlaris di AS dan Kanada disumbang oleh film yang didasarkan oleh cerita yang orisinal, cerita yang sebelumnya belum pernah dituliskan.
Maju ke tahun 2018, sumbangsih film orisinal jatuh ke titik terendahnya sejak 1980. Bahkan jika diamati, sejak tahun 2010, film orisinal sudah kesulitan menembus angka 25%.
Ada banyak sumber yang bisa digunakan oleh Hollywood untuk kemudian diangkat ke layar lebar, contohnya adalah kisah nyata (baik tokoh maupun peristiwa). Untuk cerita fiksi, tersedia film, film pendek, komik, novel, serial TV, serta video game.
Di sini, kita akan membahas sumber yang terakhir disebutkan yakni video game. Bagi para gamers, rasanya pasti sadar jika video games kesayangannya diangkat ke layar lebar. Sebut saja Tomb Raider, Assasin's Creed, dan Prince of Persia, semuanya sudah diboyong Hollywood ke bioskop-bioskop di seluruh penjuru dunia. Bahkan, video game yang banyak digemari anak kecil yakni Angry Birds saja bisa merambah layar lebar.
Dilansir dari halaman Stephen Follows, dalam periode 1993-2018 ada sebanyak 46 film yang diangkat dari video game. 2016 menjadi puncaknya, dengan enam film merambah layar lebar. Keenam film tersebut adalah Kingsglaive: Final Fantasy XV, Ratchet & Clank, Assassin's Creed, Resident Evil: The Final Chapter, The Angry Birds Movie, dan Warcraft: The Beginning.
Tapi pertanyaannya, sukseskah film yang didasarkan pada video game?
Jawabannya: tidak. Mau dinilai oleh kritikus maupun oleh masyarakat luas sekalipun, film yang didasarkan pada video game secara umum bisa dibilang tidak sukses.
Sebagai gambaran, dari seluruh film yang dirilis di AS dalam periode 1993-2018, rata-rata nilai Metascore-nya adalah 55 (maksimal 100) dan rata-rata rating di IMDb adalah 6,4 (maksimal 10).
Sebagai informasi, nilai Metascore merupakan nilai yang diberikan oleh para kritikus terhadap sebuah film, sementara rating IMDb merupakan nilai yang diberikan oleh penonton atau masyarakat luas.
Dari sebanyak 46 film yang diangkat dari video game dalam periode 1993-2018, hanya satu yang mampu mengalahkan rata-rata nilai Metascore yakni Mortal Kombat (58) dan hanya enam yang mampu mengalahkan rata-rata rating IMDb, dengan posisi puncak dipegang oleh Warcraft: The Beginning (6,9).
Jika dibandingkan dengan sumber-sumber naskah lainnya, film yang diangkat dari video game memiliki rata-rata nilai Metascore yang paling rendah, yakni sebesar 32 saja.
Jika dilihat dari kacamata masyarakat luas pun, hasilnya tetap sama. Rata-rata rating IMDb untuk film yang diangkat dari video game hanyalah sebesar 5,3, lagi-lagi menjadikannya sumber inspirasi terburuk bagi produser di AS.
Dengan melihat paparan di atas, mungkin ke depannya kita akan lebih jarang melihat film yang diangkat dari video game meramaikan panggung layar lebar dunia. Sebabnya jelas, penerimaan para kritikus dan masyarakat luas terhadap film yang diangkat dari video game tidaklah baik, yang pada akhirnya akan membuat pendapatannya tak maksimal.
Sejauh ini, kritikus dan masyarakat luas masih lebih suka menonton film-film yang ceritanya diangkat dari sumber lain seperti komik, novel, dan kisah nyata.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Film Remake Makin Tak Populer, Benarkah?
Pada tahun 1980, nyaris 50% dari total penjualan kotor 25 film terlaris di AS dan Kanada disumbang oleh film yang didasarkan oleh cerita yang orisinal, cerita yang sebelumnya belum pernah dituliskan.
Maju ke tahun 2018, sumbangsih film orisinal jatuh ke titik terendahnya sejak 1980. Bahkan jika diamati, sejak tahun 2010, film orisinal sudah kesulitan menembus angka 25%.
Di sini, kita akan membahas sumber yang terakhir disebutkan yakni video game. Bagi para gamers, rasanya pasti sadar jika video games kesayangannya diangkat ke layar lebar. Sebut saja Tomb Raider, Assasin's Creed, dan Prince of Persia, semuanya sudah diboyong Hollywood ke bioskop-bioskop di seluruh penjuru dunia. Bahkan, video game yang banyak digemari anak kecil yakni Angry Birds saja bisa merambah layar lebar.
Dilansir dari halaman Stephen Follows, dalam periode 1993-2018 ada sebanyak 46 film yang diangkat dari video game. 2016 menjadi puncaknya, dengan enam film merambah layar lebar. Keenam film tersebut adalah Kingsglaive: Final Fantasy XV, Ratchet & Clank, Assassin's Creed, Resident Evil: The Final Chapter, The Angry Birds Movie, dan Warcraft: The Beginning.
Tapi pertanyaannya, sukseskah film yang didasarkan pada video game?
Jawabannya: tidak. Mau dinilai oleh kritikus maupun oleh masyarakat luas sekalipun, film yang didasarkan pada video game secara umum bisa dibilang tidak sukses.
Sebagai gambaran, dari seluruh film yang dirilis di AS dalam periode 1993-2018, rata-rata nilai Metascore-nya adalah 55 (maksimal 100) dan rata-rata rating di IMDb adalah 6,4 (maksimal 10).
Sebagai informasi, nilai Metascore merupakan nilai yang diberikan oleh para kritikus terhadap sebuah film, sementara rating IMDb merupakan nilai yang diberikan oleh penonton atau masyarakat luas.
Dari sebanyak 46 film yang diangkat dari video game dalam periode 1993-2018, hanya satu yang mampu mengalahkan rata-rata nilai Metascore yakni Mortal Kombat (58) dan hanya enam yang mampu mengalahkan rata-rata rating IMDb, dengan posisi puncak dipegang oleh Warcraft: The Beginning (6,9).
![]() |
Jika dibandingkan dengan sumber-sumber naskah lainnya, film yang diangkat dari video game memiliki rata-rata nilai Metascore yang paling rendah, yakni sebesar 32 saja.
![]() |
Jika dilihat dari kacamata masyarakat luas pun, hasilnya tetap sama. Rata-rata rating IMDb untuk film yang diangkat dari video game hanyalah sebesar 5,3, lagi-lagi menjadikannya sumber inspirasi terburuk bagi produser di AS.
![]() |
Dengan melihat paparan di atas, mungkin ke depannya kita akan lebih jarang melihat film yang diangkat dari video game meramaikan panggung layar lebar dunia. Sebabnya jelas, penerimaan para kritikus dan masyarakat luas terhadap film yang diangkat dari video game tidaklah baik, yang pada akhirnya akan membuat pendapatannya tak maksimal.
Sejauh ini, kritikus dan masyarakat luas masih lebih suka menonton film-film yang ceritanya diangkat dari sumber lain seperti komik, novel, dan kisah nyata.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Film Remake Makin Tak Populer, Benarkah?
Most Popular