Adopt or Die: Hollywood Kini Makin Tak Orisinal!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 June 2019 18:22
Adopt or Die, mungkin ini frasa yang paling cocok untuk menggambarkan industri perfilman AS.
Foto: Stan Lee berpose pada acara pemutaran perdana "Iron Man 3" di teater El Capitan di Hollywood, California, AS, 24 April 2013. REUTERS / Mario Anzuoni / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Jika ada satu hal yang bisa menggambarkan tren film produksi AS (Hollywood) saat ini adalah bahwa Hollywood makin tak orisinal. Ya, alih-alih menulis alur cerita yang baru, para sutradara Hollywood lebih senang mengadopsi bahan yang sudah ada sebelumnya untuk diangkat ke layar lebar.

Guna membuktikannya, seperti kami lansir dari halaman digg, seorang pengguna Reddit bernama 'rewindturtle' membuat sebuah grafik yang menjelaskan asal cerita dari 25 film dengan penjualan kotor tertinggi di AS dan Kanada dalam periode 1980-2018.

Ada tiga kategori yang digunakan di sini: film orisinal (berdasarkan cerita yang belum pernah ditulis sama sekali sebelumnya), berdasarkan karya fiksi yang sudah ada sebelumnya (baik itu film [remake, sekuel, prekuel, spinoff], film pendek, komik, novel, serial TV, video game), dan berdasarkan kisah nyata (baik tokoh maupun peristiwa).

Adopt or Die: Hollywood Kini Makin Tak Orisinal!Foto: Persentase Penjualan Kotor dari 25 Film Terlaris di AS & Kanada (digg)

Hasilnya, grafik tersebut membuktikan bahwa Hollywood makin tak orisinal. Pada periode pertama observasi yakni 1980, nyaris 50% dari total penjualan kotor 25 film terlaris di AS dan Kanada disumbang oleh film yang didasarkan oleh cerita yang orisinal, cerita yang sebelumnya belum pernah dituliskan.

Maju ke tahun 2018, sumbangsih film orisinal jatuh ke titik terendahnya sejak 1980. Bahkan jika diamati, sejak tahun 2010, film orisinal sudah kesulitan menembus angka 25%.

Bukan tanpa alasan jika Hollywood makin tak orisinal dari waktu ke waktu. Perlu diingat bahwa industri perfilman adalah sama dengan industri lainnya, di mana profitabilitas menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan.

Berbicara mengenai penulisan cerita, film yang didasarkan pada karya fiksi yang sudah ada sebelumnya ataupun berdasarkan kisah nyata akan memerlukan biaya penulisan yang lebih murah.

Selain itu, pangsa pasar yang sudah terlihat jelas juga menjadi faktor yang membuat Hollywood kini lebih senang membuat film dari cerita yang sudah pernah dituliskan sebelumnya.

Tokoh dari komik superhero buatan Marvel Comics misalnya, sudah mendapatkan tempat di hati puluhan juta penggemarnya di seluruh dunia. Pun begitu dengan Batman dan Superman yang merupakan tokoh dari komik superhero buatan DC Comics.

Kombinasikan dengan aktor atau aktris yang sedang naik daun, maka popularitas film tersebut hampir bisa dipastikan akan melejit. Tengok saja Wonder Woman. Diperankan oleh Gal Gadot, tokoh komik ciptaan DC Comics tersebut diangkat ke layar lebar pada tahun 2017 dan berhasil meraup total penjualan kotor senilai US$ 821,8 juta di seluruh dunia, menjadikannya film terlaris kesepuluh pada tahun itu.

Masih pada tahun 2017, ada juga Despicable Me 3 yang merupakan sekuel kedua dari Despicable Me yang dirilis pada tahun 2010. Kegemasan para minions yang sudah melekat di hati para anak-anak sekaligus orang dewasa terbukti menjadi mesin pencetak uang yang begitu efektif.

Diproduksi dengan anggaran senilai US$ 80 juta, para minions berhasil meraup penjualan kotor senilai US$ 1,03 miliar di seluruh dunia sekaligus menempati urutan keempat di tangga box office untuk tahun 2017. Saking suksesnya, Despicable Me sampai dibuatkan dua prekuel yakni Minions (2015) dan Minions: The Rise of Gru yang akan dirilis pada tahun depan.

Pada tahun ini, salah satu film terpopuler di dunia adalah Pokemon Detective Pikachu. Kombinasi antara kegemasan Pikachu dengan ketenaran Ryan Reynolds sebagai pengisi suaranya sukses mendatangkan US$ 425,5 juta dalam penjualan kotor. Jumlah tersebut jauh berada di atas anggaran film tersebut yang hanya senilai US$ 150 juta.

Walau makin tak orisinal, tapi langkah yang diambil oleh Hollywood bisa dipahami. Sama seperti perusahaan-perusahaan lainnya di industri yang berbeda, Hollywood hanya berusaha mendongkrak profitabilitas dengan menekan biaya sekaligus mengikuti keinginan para pelanggan.

Adopt or Die, mungkin ini frasa yang paling cocok untuk menggambarkan industri perfilman AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hoi) Next Article Film Remake Makin Tak Populer, Benarkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular