Kisah 7 Desainer Busana Muslim: Muda, Cantik, & Berprestasi
                    Lynda Hasibuan, 
                CNBC Indonesia
    
    19 May 2019 12:15
    
    
        
    
                
                    
                    
                    
                    
                                        
                    
                                        
                                                                                                
                            Restu Anggaraini
Berawal dari kebutuhan mencari baju yang sesuai dengan karakternya, Restu tertarik terjun sebagai desainer dan pebisnis fesyen. Restu semakin mencintai dan mantap untuk menjalankan bisnis fesyen.
Sekitar tahun 2009 Restu Anggraini menjalankan bisnis pakaian online dengan modal awal Rp 3 juta bersama dua temannya. Meski awalnya hanya coba-coba, Restu saat itu tak mau main-main dalam membuat produknya.
 Etu sapaan akrabnya dan temannya memproduksi produk hijab dengan jahitan yang kualitas terbaik. Hasilnya pasar merespon produknya dengan cukup baik.  “Awal karir aku itu pada tahun 2009 modalnya hanya Rp 3 juta dan itu bersama dua teman saya. Dan kita menghasilkan produk hijab dulu,” kata Restu.   Kendati belajar secara otodidak, namun keseriusan restu menapaki bisnis fesyen tidak boleh dipandang sebelah mata. Dia pun memilih menuntut ilmu fesyen di Esmod hingga hasilnya  label RA by Restu Anggraini dan ETU ini pun berhasil dia hadirkan.
Bak gayung bersambut, produknya pun mulai digandrungi oleh wanita muslimah bergaya formil dan kekinian. Dari sini Restu pun semakin yakin dan percaya diri untuk terus melangkah meski kemudian kedua temannya tidak lagi bisa meneruskan kerja sama karena harus pindah ke luar kota.
Vivi Zubedi
Berawal dari kebutuhan berbusana muslim, membuat Vivi Zubedi memutuskan berkarir sebagai seorang desainer pada 2011 silam. Dibalik kepiawaiannya merancang abaya, desainer dua anak ini adalah seorang akuntan.
Saat itu terjun ke industri fesyen, Vivi mengaku belum banyak yang mengetahui karyanya. Namun ia tidak patah semangat dan terus berusaha mengenalkan abaya pada wanita muslimah Indonesia.
Vivi mengkhususkan diri untuk merancang busana abaya, gamis panjang yang didominasi oleh warna hitam dan dihiasi berbagai corak. Vivi pun mengaku bahwa setiap tahunnya dia langsung menciptakan tren baru untuk memanjakkan para penggemar. “Sudah dari 2011 saya sebagai desainer, ini passion juga sebenarnya kebutuhan berbusana (muslim) saya.
  
  
  
  
Sebab saat itu fesyen belum berkembang dan saya mencoba ciptakan tren baru,” ujar Vivi Zubedi.  Wanita yang satu-satunya  memamerkan busana muslim di panggung The Shows New York Fashion Week 2018 ini juga potensi pasar yang besar, khususnya bagi abaya. Tidak hanya Indonesia, para pelanggan Vivi  pun sudah tersebar di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
Vivi pun memiliki rencana yang akan dijalankannya dalam waktu dekat. Dia ingin ekspansi dengan hadir di pusat perbelanjaan bergengsi di luar negeri. “Saya pikir ingin ekspansi karena branding sudah sukses. Brand Vivi Zubedi sudah mendapatkan banyak lamaran dari department store luar,” kata dia. (gus)
        
    
         
                        
                    
                
            Berawal dari kebutuhan mencari baju yang sesuai dengan karakternya, Restu tertarik terjun sebagai desainer dan pebisnis fesyen. Restu semakin mencintai dan mantap untuk menjalankan bisnis fesyen.
 Foto: Restu Anggraini (CNBC Indonesia/Arina Yulistara) | 
Sekitar tahun 2009 Restu Anggraini menjalankan bisnis pakaian online dengan modal awal Rp 3 juta bersama dua temannya. Meski awalnya hanya coba-coba, Restu saat itu tak mau main-main dalam membuat produknya.
Bak gayung bersambut, produknya pun mulai digandrungi oleh wanita muslimah bergaya formil dan kekinian. Dari sini Restu pun semakin yakin dan percaya diri untuk terus melangkah meski kemudian kedua temannya tidak lagi bisa meneruskan kerja sama karena harus pindah ke luar kota.
Vivi Zubedi
Berawal dari kebutuhan berbusana muslim, membuat Vivi Zubedi memutuskan berkarir sebagai seorang desainer pada 2011 silam. Dibalik kepiawaiannya merancang abaya, desainer dua anak ini adalah seorang akuntan.
 Foto: Arina Yulistara | 
Vivi mengkhususkan diri untuk merancang busana abaya, gamis panjang yang didominasi oleh warna hitam dan dihiasi berbagai corak. Vivi pun mengaku bahwa setiap tahunnya dia langsung menciptakan tren baru untuk memanjakkan para penggemar. “Sudah dari 2011 saya sebagai desainer, ini passion juga sebenarnya kebutuhan berbusana (muslim) saya.
Vivi pun memiliki rencana yang akan dijalankannya dalam waktu dekat. Dia ingin ekspansi dengan hadir di pusat perbelanjaan bergengsi di luar negeri. “Saya pikir ingin ekspansi karena branding sudah sukses. Brand Vivi Zubedi sudah mendapatkan banyak lamaran dari department store luar,” kata dia. (gus)
Next Page
        
            Jenahara, Rani Hatta, dan Si.Se.Sa        
    Pages
        
    
        Tags  
    
    
		Related Articles	
    
        Recommendation
        
    
    
    Most Popular
Foto: Restu Anggraini (CNBC Indonesia/Arina Yulistara)
Foto: Arina Yulistara