Uang China di Sepakbola Eropa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2018 16:02
Sejak 2016, lebih dari 70% pengambilalihan saham klub-klub Eropa melibatkan investor China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia – China merupakan negara dengan kemampuan finansial luar biasa. Negeri Tirai Bambu kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, dan banyak mengirimkan perwakilan ke daftar orang-orang terkaya.

Di daftar Forbes, ada Wang Jianlin yang merupakan orang terkaya ke-18 di bumi dengan harta ditaksir US$ 31,3 miliar (Rp 416,29 triliun). Lalu ada Jack Ma si bos Alibaba di rangking 23 dengan kekayaan US$ 28,3 miliar (Rp 376,39 triliun). Kemudian Ma Huateng alias Pony Ma di peringkat 31 dengan kekayaan US$ 24,9 miliar (Rp 331,17 triliun).

Oleh karena itu, kini investor China menyebar ke seluruh dunia untuk menanamkan modalnya. Sepakbola tidak menjadi pengecualian.

Badan Sepakbola Eropa (UEFA) melaporkan, geliat investor China menguasai akusisi klub sepakbola Benua Biru terlihat sejak 2015. Namun baru pada 2016 lebih dari 70% pengambilalihan saham klub-klub Eropa melibatkan investor China.

Pada 2015, investor China baru memiliki 1 klub yaitu RCD Espanyol (Spanyol). Rastar Group membeli 56% saham klub tetangga FC Barcelona tersebut senilai 60 juta euro (Rp 990 miliar). Espanyol tak kuasa untuk tidak menerima suntikan dana seiring tumpukan utang yang mencapai 190 juta euro (Rp 3,13 triliun).

Selepas Espanyol, investor China terus merangsek masuk ke Eropa. Tercatat Aston Villa (Inggris), Inter Milan (Italia), Wolverhampton Wandeders (Inggris), West Bromwich Albion (Inggris), dan Birmingham City (Inggris), jatuh ke tangan pengusaha China pada 2016.

Pada 2017, investor China belum mau mengerem aksinya. AC Milan (Italia), Reading (Inggris), dan teranyar Southampton juga berhasil dikuasai.

“Dengan memiliki Aston Villa, Wolverhapton, West Bromwich, dan Birmingham City, maka seluruh klub di kota Birmingham yang berlaga di dua divisi teratas Inggris sudah dimiliki oleh investor China,” sebut laporan The European Club Footballing Landscape yang dirilis UEFA seperti dikutip Minggu (28/1/2018).

Tidak hanya di Birmingham, dua klub di kota Milan juga sudah dimiliki investor China. Pemegang saham mayoritas di Inter Milan kini adalah Suning Group, sementara AC Milan dimiliki oleh investor China bernama Li Yonghong.

Uang China di Sepakbola EropaUEFA


Namun, masuknya investor China bukan tanpa masalah. Ini menjadi sorotan kala Li membeli Milan dari tangan eks Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

Jalan perpindahan kepemilikan Milan cukup berliku. Pada Agustus 2016, Fininvest (perusahaan induk Milan) menandatangani perjanjian awal pengambilalihan saham dengan Sino-Europe Sport Investment Management Changxing yang disinyalir pimpinan Li senilai 740 juta euro atau sekitar Rp 12,2 triliun. Dari jumlah tersebut, 100 juta euro (Rp 1,65 triliun) dibayar di muka sementara sisanya dijanjikan lunas pada Desember 2016.

Sino-Europe Sport gagal memenuhi komitmennya, dan perjanjian diperpanjang hingga Maret 2017. Namun Sino-Europe Sport membayar lagi uang panjar sebesar 100 juta euro sehingga total uang yang sudah disetor menjadi 200 juta euro.

Sino-Europe Sport kembali gagal memenuhi janjinya untuk melunasi sisa pembayaran. Kemudian Li memperoleh pinjaman dari perusahaan private equity Elliot Management Corporation. Elliott dikenal sebagai perusahaan keuangan yang menggugat pailit pemerintah Argentina.

Mengutip Reuters, Elliott menyediakan pinjaman sebesar 300 juta euro (Rp 4,95 triliun). Akhirnya pada April 2017, Li resmi menjadi pemilik Milan dengan bendera Rossoneri Sport Investment Luxembourg.

Dengan limpahan uang tersebut, Milan pun agresif di bursa transfer musim panas 2017/2018. Rossoneri menghabiskan dana 230 juta euro (Rp 3,8 triliun) di bursa transfer, hanya kalah dari Paris Saint Germain dan Manchester City.

Namun gelontoran dana itu tidak berbanding lurus dengan performa Milan di lapangan. Milan masih tampil angin-anginan dan jauh dari meyakinkan. Sepertinya lolos ke kompetisi antar klub Eropa musim depan juga belum aman, karena Milan duduk di peringkat 8.

Tidak lolos ke kompetisi Eropa berarti pemasukan Milan bakal mengkerut. Hak siar dan bonus akan dinikmati, sehingga laba pun sulit tumbuh.

Padahal Milan sangat butuh pemasukan mengingat pinjaman dari Elliott syaratnya lumayan berat. Li harus mengembalikan utang 300 juta euro dengan bunga 11,5% pada Oktober 2018. Bila gagal bayar, maka Milan akan jatuh ke tangan Elliott.

Oleh karena itu, Li dikabarkan tengah menjadi investor lagi buat Milan. Selain mencari investor baru, Milan juga disebut-sebut punya opsi kedua dalam mendatangkan dana yaitu menjual saham (listing) di bursa China.

Sementara investor China lainnya cenderung adem-ayem. Tidak ada pergerakan sensasional seperti kala investor Timur Tengah menguasai Manchester City atau Paris Saint Germain.

Geliat uang China di sepakbola Eropa memang mencuri perhatian. Namun memang baru sekedar mencuri perhatian, karena belum berbanding lurus dengan prestasi klub.

(aji/aji) Next Article Teteskan Air Mata, Sergio Aguero Pensiun dari Sepakbola

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular