
Indeks Dolar AS Jeblok, Harga Emas Antam Hari Ini Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. turun lagi pada perdagangan Selasa (6/4/2021), tetapi tipis-tipis saja. Harga emas dunia yang memberikan pengaruh besar terhadap harga emas Antam kemarin berakhir stagnan. Meski demikian, para analis di Wall Street masih optimistis harga emas akan menguat di pekan ini.
Melansir data dari situs resmi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. emas ukuran/satuan 1 gram hari ini turun 0,11% ke Rp 920.000/batang. Persentase penurunan tersebut sama dengan awal pekan kemarin.
Sementara itu satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan turun 0,12%, juga sama dengan kemarin, ke Rp 86.212.000/batang atau Rp 862.120/gram.
Emas Batangan | Harga per Batang | Harga per Gram |
0,5 Gram | Rp 51.000 | Rp 102.000 |
1 Gram | Rp 920.000 | Rp 920.000 |
2 Gram | Rp 1.780.000 | Rp 890.000 |
3 Gram | Rp 2.645.000 | Rp 881.667 |
5 Gram | Rp 4.375.000 | Rp 875.000 |
10 Gram | Rp 8.695.000 | Rp 869.500 |
25 Gram | Rp 21.612.000 | Rp 864.480 |
50 Gram | Rp 43.145.000 | Rp 862.900 |
100 Gram | Rp 86.212.000 | Rp 862.120 |
250 Gram | Rp 215.265.000 | Rp 861.060 |
500 Gram | Rp 430.320.000 | Rp 860.640 |
1000 Gram | Rp 860.600.000 | Rp 860.600 |
Harga emas dunia kemarin stagnan di kisaran US$ 1.728/troy ons, tetapi pagi ini sudah menguat 0,26%.
Kitco melakukan survei terhadap 15 analis di Wall Street, sebanyak 11 orang memberikan proyeksi bullish (tren naik) untuk emas di pekan ini, sementara 2 orang memberikan outlook bearish (tren turun) dan 2 orang lagi netral.
Mayoritas analis di Wall Street memprediksi harga emas akan menguat di pekan ini, dan prediksi tersebut didukung merosotnya indeks dolar AS awal pekan kemarin.
Dolar AS dan emas cenderung memiliki korelasi negatif, kala indeks dolar AS turun maka harga emas akan naik, begitu juga sebaliknya.
Indeks dolar AS kemarin merosot 0,46%, dan jika masih berlanjut pada hari ini tentunya bisa mendorong kenaikan emas. Dolar AS mengalami tekanan pasca rilis data tenaga kerja pekan lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021) melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret memang turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%, kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) tercatat sebanyak 916.000 orang, terbanyak sejak Agustus 2020 lalu.
Tetapi ada satu yang mengganjal, rata-rata upah per jam turun 0,1% pada bulan lalu, setelah naik 0,3% di bulan sebelumnya. Padahal, upah merupakan komponen penting dalam pemulihan ekonomi AS, serta kenaikan inflasi.
Dengan penurunan rata-rata upah per jam tersebut, laju kenaikan inflasi kemungkinan akan terhambat. Apalagi pada bulan Februari lalu, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) tumbuh di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.
Inflasi PCE merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk merubah kebijakan moneternya, ketika inflasi masih lemah, maka kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan.
Kebijakan moneter ultra longgar tersebut merupakan salah satu bahan bakar utama emas untuk menguat.
Artinya, emas di pekan ini bisa mendapat dorongan menguat dari pelemahan dolar AS, serta ekspektasi kebijakan moneter ultra longgar masih ditahan dalam waktu yang lama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Anjlok, Stok Emas Antam Menipis
