
Oalah, Ternyata Gegara Ini Orang Enggak Mau Investasi Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Walau investasi di pasar modal menjanjikan dengan tingkat keuntungan tinggi, tapi bagi sebagian orang masih takut untuk berinvestasi. Salah satu alasannya adalah stigma bahwa investasi saham adalah aktivitas perdagangan haram, tak sesuai syariah Islam.
"Mungkin sebagian orang kita masih memandang pasar modal itu haram, judi," kata Ketua Dewan Pelaksana Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSPPM), Haryajid Ramelan, dalam program InvesTime CNBC Indonesia, Senin malam (18/1/2021).
[Padahal] sudah ada MUI [Majelis Ulama Indonesia] yang mengeluarkan fatwa investasi [saham] itu halal. Stigma itu masih ada," kata pengamat pasar modal ini.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), sampai dengan saat ini, terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah.
Sementara itu, tiga fatwa DSN-MUI yang menjadi dasar pengembangan pasar modal syariah adalah Fatwa DSN-MUI No: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa dana Syariah dan Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Satu lagi yakni Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Haryajid menjelaskan, selain stigma itu, ada juga pandangan bahwa membeli saham harus dimulai dengan nilai besar. Menurutnya stigma itu tidak benar, sebab bermodal Rp 100.000 saja sudah bisa melakukan investasi saham.
Haryajid menambahkan bahwa sebetulnya membeli saham bisa dilakukan semua orang, dengan jumlah yang sesuai dengan saham yang dibeli, tak harus besar.
"Siapa saja bisa investasi saham. Kita turut membangun industri Indonesia. Sayangnya stigma-stigma kurang bagus masih ada di pasaran," ungkapnya.
Dia juga menuturkan adapula pandangan soal berinvestasi itu sulit makanya perlu waktu dan belajar. Padahal dibandingkan dengan membeli deposito di bank yang memang mudah, investasi sebetulnya memiliki return yang sangat tinggi dibanding deposito.
"Teman-teman kaum milenial masuk [investasi saham] selama Covid, dari Maret lalu sampai detik ini, mereka sudah memberikan kontribusi keuntungan lebih dari 20%. Ternyata saat Covid, investasi di pasar modal masih menggiurkan," ujar Haryajid.
Selain alasan-alasan tadi, ketersediaan pasar modal dan edukasi di pendidikan formal juga masih dirasa masih kurang. Misalnya pasar modal saat ini masih terkonsentrasi di Jakarta dan sebagian besar lainnya di kota besar Indonesia.
Untuk edukasi baru sekian banyak kampus, Haryajid menuturkan hanya sekitar 500 kampus di Indonesia yang memperkenalkan soal investasi di pasar modal dalam kurikulumnya. Padahal menurutnya pendidikan itu harus dimulai sedini mungkin sejak SMP.
"Harusnya kurikulum bagaiamana menabung dan berinvestasi kalau bisa di SMP. Di SMA bukan hanya dikenakan pasar modal tapi bagaimana mulai untuk investasi," ujar Haryajid.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Sampai FOMO, Mesti Tau Jurus Pilih Saham!