
Masih Mahasiswa? Begini Cara Kelola Uang & Investasimu

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun belum bekerja, bukan berarti seorang mahasiswa tidak bisa berinvestasi loh! Alangkah baiknya jika mengenal investasi sedini mungkin karena manfaatnya bisa kita rasakan, apalagi di masa mendatang saat inflasi menggerus dana di tabungan kita.
Dengan berinvestasi saat masih berstatus mahasiswa, kamu lebih percaya diri dan belajar pun lebih bersemangat, apalagi jika dana investasi tersebut bisa kamu alokasikan bukan dari duit orang tua, tapi dari kantong pribadimu sendiri, misalnya dari hasil bekerja paruh waktu. Tentu akan lebih terasa kebanggaannya.
Selain itu, investasi yang kamu punya bisa digunakan sebagai dana darurat jika sewaktu-waktu dibutuhkan, tanpa membebani orang tua.
Yuk, mari kita mulai pembahasannya.
50-30-20
Pernah mendengar sistem 50-30-20? Itu loh sistem mengelola uang dengan cara membagi pendapatan ke dalam beberapa pos penggunaan yang diperkenalkan seorang perencana keuangan asal AS, bernama Anthony Badillo.
Anthony menyarankan agar membagi 50% uang yang didapat untuk kebutuhan, 30% sisanya untuk tabungan atau membayar utang, dan 20% sisanya untuk keinginan pribadi. Nah, dari anjuran tersebut sebaiknya sisihkanlah maksimal 30% uangmu untuk berinvestasi.
Jika kebutuhan kamu memang besar, sebaiknya tetap sisihkan uang yang kamu dapat untuk investasi, sekecil apa pun nilainya manfaatnya akan kembali padamu. Ingat, hakikat investasi adalah menunda kebutuhan saat ini untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar di kemudian hari, jangan dibalik ya.
Instrumen investasi yang dihimpun CNBC Indonesia berikut dirasa pas bagi kamu yang mahasiswa, selain karena modalnya tidak besar, uang kamu juga akan bertambah, berikut instrumen investasinya:
Reksa Dana
Reksa dana atau mutual fund adalah produk investasi yang dikeluarkan dan dikelola oleh perusahaan manajemen investasi. Perusahaan tersebut menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek bisa dalam bentuk reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap (berisi obligasi) dan reksa dana pasar uang (berisi deposito).
Sudah banyak reksa dana yang dijual secara online, tetapi pastikan perusahaan tersebut sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kalau kamu mau lebih mudah lagi, kamu bisa membeli produk tersebut di bank, hanya saja ada biaya tambahan yang dikutip bank tersebut berkisar 1%-2%.
Nilai beli reksa dana yang dijual bebas (open end) mulai dari Rp 100.000 hingga lebih dari Rp 1 juta. Sebenarnya harga per unitnya lebih murah lagi yakni mulai dari Rp 1.000, hanya saja minimal pembelian ditetapkan 100 unit.
Obligasi Ritel
Obligasi ritel adalah produk investasi surat utang yang diterbitkan oleh negara yang diperuntukkan bagi individu masyarakat atau dijual secara ritel yang dapat dibeli melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Bareksa, perusahaan sekuritas, dan bank-bank besar melalui website yang mereka buat.
Sebagai contoh, pemerintah mengumumkan bahwa seri SBR007 yang sudah dirilis, ternyata lebih banyak diburu millennial (kelahiran 1980-2000) sebagai pembeli terbanyak, dengan porsi 50,85% dari total 9.956 investor. Artinya pemuda Indonesia sebenarnya sudah familiar dengan investasi jenis ini.
Dulu berinvestasi pada instrumen SBR minimal Rp 5 juta, tetapi saat ini sudah diturunkan menjadi Rp 1 juta. Adapun SBR seri berikutnya yakni 008 yang sudah ditawarkan pada 5 September hingga 19 September 2019 memberikan bunga sebesar 7,20% per tahun.
Ada juga Obligasi negara ritel Indonesia (ORI) seri 016 yang bunganya ditetapkan sebesar 6,8%. Selain jumlah penjualan menjadi yang tertinggi di antara penerbitan obligasi rupiah ritel online pemerintah lain yakni mencapai Rp 8,21 triliun, ORI-016 juga berhasil menarik minat investor millenial yang tercermin dari jumlahnya yang mencapai 33,82% dari total jumlah investor.
Ini menjadi bukti bahwa millennial juga meminati obligasi yang diterbitkan Pemerintah sebagai sarana investasi.
Emas
Secara tradisional emas dikenal sebagai aset pelindung harta dari inflasi, sehingga harga emas akan naik ketika terjadi kenaikan inflasi. Sampai saat ini, emas juga dipandang masih menjadi aset berharga yang dijadikan instrumen investasi.
Emas batangan sering dijadikan sarana investasi, khususnya yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang dapat kamu cek di website resminya yakni logammulia. Selain itu, kini hadir tabungan emas oleh PT Pegadaian (Persero) yang memudahkan investor karena tidak perlu disimpan fisik emasnya.
Kinerja emas Antam cukup lumayan, untuk ukuran 1 gram harganya telah naik Rp 75.000 atau melesat 11,24% sejak awal tahun hingga Senin kemarin (11/11/2019) pada harga Rp 742.000/gram, padahal akhir tahun lalu harganya masih berada di Rp 667.000/gram.
Tabungan Berbunga Tinggi
Boleh saja kamu kumpulkan uangmu di tabungan, tetapi sebaiknya kamu memilih tabungan yang memberikan bunga yang lebih tinggi dibandingkan bunga rata-rata tabungan biasa.
Sudah banyak bank-bank di Indonesia yang mengeluarkan produk tersebut guna meraih dana yang lebih banyak dari masyarakat, tentunya bunga yang kamu dapatkan mengikuti seberapa besar tabunganmu.
Sebagai contoh Bank BTPN mempunyai produk BTPN Taseto premiun yang memberikan bunga antara 1,5%-6%. Ada juga produk tabungan dari PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang bernama BTN Tabungan Prima yang memberikan bunga 3%-4,5% dalam setahun, dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang mengeluarkan produk Danamon SuperCombo dengan bunga 1,5%-4,5%.
Saham
Di zaman yang serba cepat saat ini, berinvestasi saham tidak sesulit dibayangkan. Untuk berinvestasi saham, kamu perlu menjadi nasabah perusahaan sekuritas layaknya menabung di bank. CNBC Indonesia pernah menulis tahapan berinvestasi saham dengan judul "Mau Tahu Cara Investasi Saham? Simak Tahapannya."
Cara memilih sahamnya pun terbilang tidak sulit, kamu bisa mengacu saham-saham yang ada di indeks LQ45, maupun saham-saham unggulan di setiap sektornya. Untuk lebih jelasnya bisa menyimak pada artikel "Mau Investasi Saham tapi Bingung? Ini Tips Memilih Sahamnya."
Ada dua analisa untuk mempelajari sebuah saham apakah layak dibeli atau tidak, yakni analisa secara fundamental dan analisa secara teknikal (chart), untuk lebih jelasnya kamu bisa mempelajarinya di artikel CNBC Indonesia berjudul "Lebih Akurat Mana, Analisis Fundamental atau Teknikal?."
Kinerja pada saham sangat bervariasi, sebagai contoh saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kinerjanya mencapai 52% dalam 2 tahun terakhir hingga Senin kemarin (11/11/2019). Kemudian ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 21,9% juga dalam 2 tahun terakhir. Atau PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang sahamnya melesat 85% year to date tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Banyak yang Nyungsep, Yuk Belajar Pilih Reksa Dana