Pendalaman Pasar Keuangan, SUN Ritel Bisa Jadi Andalan

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
06 September 2019 12:30
Jika porsi investor lokal meningkat porsi asing bisa turun, sehingga risikonya turun dan tidak sevolatil saat ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia- Pendalaman investor lokal di pasar keuangan terutama di Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) diperlukan untuk mengurangi goncangan dari faktor global seperti nilai tukar dan capital outflow.

Hal tersebut diungkapkan oleh Chief Economist PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Winang Budoyo kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.

Winang mengatakan selama ini yang masuk SBN masih itu-itu saja. Padahal jika porsi investor lokal meningkat porsi asing bisa turun, sehingga risikonya turun dan tidak sevolatil saat ini.

Dengan tren penurunan suku bunga pun bisa menjadi salah satu jalan meningkatkan peran investor lokal di pasar surat berharga.

"Kalau bunga trennya turun, investasi di obligasi lebih menguntungkan. Ini saatnya mengubah masyarakat untuk masuk ke SBN," kata Winang.



Winang menegaskan dibutuhkan edukasi keuangan bagi masyarakat untuk mengangkat pamor SBN dan SBSN. Selama ini masyarakat menurut dia masih memilih produk bank seperti deposito, dibandingkan masuk langsung ke pasar SBN. Harus ada edukasi mengenai bunga, dan horizon yang lebih panjang.

"Kita harus melihat institusi keuangan secara keseluruhan. Kalau kita bicara keuangan yang kepikiran pasti cuma bank. Kalau di luar negeri ada alternatif lain, jadi mindsetnya memperbanyak jumlah aset," kata Winang.

Selain edukasi, pemerintah juga tengah aktif menerbitkan surat utang negara ritel, salah satunya yang baru diluncurkan hari ini, Kamis (05/09/2019) yakni SUN Ritel secara online (e-SBN), dengan target Rp 2 triliun.

Adapun tingkat kupon yang ditawarkan minimal mengambang sebesar 7,2%. Tingkat kupon ini lebih rendah dari ST005 sebesar 7,4% yang diterbitkan bulan lalu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman meyakini SBR008 bakal tetap laris dan diserbu oleh masyarakat.

"Kita lihat bagusnya bond kita ini adalah ada marketnya. Kita lihat di secondary market. Kita juga kerja sama dengan mitra distribusi, melihat komitmen dari mereka. Kita lihat trend seperti apa, ada formulanya," ujar Luky di Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Menurutnya, penerbitan kupon sebesar 7,20% untuk SBR008 ini melalui mekanisme penghitungan. Ini sejalan dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis poin (bps) di Agustus lalu.


Tahun ini pemerintah berencana menerbitkan SBN ritel sebanyak 10 kali dengan target pembiayaan mencapai Rp 60 triliun - Rp 80 triliun. Penerbitan SBN ini akan dilakukan dalam bentuk konvensional maupun sukuk.

Dari data, DJPPR, hingga Agustus 2019, total penjualan SBN telah mencapai Rp 38,3 triliun. Adapun rincian pencapaian penjualan SBN ritel sampai Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
SBR005 (Januari) : Rp 4,01 triliun
ST-003 (Februari) : Rp 3,13 triliun
SR-011 (Maret) : Rp 21 triliun
SBR006 (April) : Rp 2,26 triliun
ST-004 (Mei) : Rp 2,49 triliun
SBR007 (Juli) : Rp 3,22 triliun
ST-005 (Agustus) : Rp 1,96 triliun

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article Demi Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Target Rp 5 T dari ORI018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular