Simak Milenial, Timang Cuan Investasi Deposito atau Emas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
27 August 2019 09:57
Gaya hidup seperti inilah yang melekat dengan para milenial.
Foto: Berhitung Cuan Investasi Emas VS Deposito (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Milenial acap kali dianggap sebagai generasi yang senang menghambur-hamburkan uang. Pepatah You only live once alias YOLO banyak dijadikan pembenaran untuk menghambur-hamburkan uang, sehingga banyak dari milenial yang hidup bulan ke bulan tanpa aset.

Dari sana, banyak milenial yang merasa lebih baik 'berinvestasi' dengan jalan-jalan ke luar negeri atau berbelanja. Gaya hidup seperti inilah yang melekat dengan para milenial.

Padahal kini, untuk berinvestasi tidaklah sulit dan malah sama mudahnya dengan menabung secara konvensional. Untuk pembelajaran, milenial dapat mencoba investasi lewat deposito dan emas.


Perencana Keuangan Oneshieldt Agustina Fitria dalam tayangan Investime di CNBC Indonesia mengatakan bahwa, milenial harus dibekali dengan pengetahuan terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia investasi.

"Artinya sebelum berinvestasi, mereka harus belajar dulu mengenai jenis-jenis investasi yang memberikan hasil yang tinggi. Tetapi jangan lupa bahwa akan ada resiko yang tinggi juga," ujar Fitria.

"Jadi untuk milenial, mereka harus ada 5-10% (dana) likuid. Untuk apa sih likuid ini? Likuid ini memang tujuannya adalah untuk mengcover kalau misalnya tiba-tiba ada kebutuhan mendadak atau darurat dan memang untuk tujuan yang kurang dari 1 tahun. Dia harus sudah siap," lanjut Fitria.

Fitria juga menjelaskan jika punya karakter yang argresif dalam berinvestasi, bisa mulai dari saham. "Kalau misalnya yang agresif tidak hanya saham, mereka mungkin mau belajar jenis yang lain, derivatif dan lain-lainnya. Tapi tetap mereka harus belajar dahulu. Memang ada potensi loss, oleh karena itu tidak semua portofolionya masuk ke yang beresiko tinggi," imbuh Fitria.


Jika baru belajar investasi, emas atau deposito bisa jadi pilihan pertama. Untuk menjatuhkan pilihan dari dua instrumen tersebut, Fitria menjelaskan, harud dipertimbangkan tujuan terlebih dahulu.

"Kita punya tujuan-tujuan keuangan yang jangka pendek dibawah 1 tahun, maka kita perlu tetap punya dalam bentuk deposito. Karena itu yang bisa kita atur waktunya untuk cair," papar Fitria.

"Tetapi emas juga bisa, tapi pada saat kita menjual, belum tentu harga emas itu akan lebih tinggi daripada waktu kita beli. Maka dari itu memang kita bisa mixing, jadi persiapan dengan jangka pendek dengan deposito, lalu atur untuk menjaga inflasi tadi dengan emas. Jadi boleh dua-duanya saling mengkombinasikan," tambahnya.

Lebih lanjut Fitria memparkan, jika milenial sudah masuk instrumen emas dan deposito, mereka bisa belajar melihat kelebihan dan kekurangan hal tersebut dari sisi likuiditas. Menurut Fitria, emas lebih likuid daripada deposito namun potensi harganya bisa lebih rendah dari saat dibeli.

"Sedangkan deposito, kalau kita butuh cair sewaktu-waktu itu ada jatuh temponya. Kalau kita ambil sebelum jatuh tempo, akan ada pinalti atau bunga berjalan tidak dibayar," jelas Fitra lebih lanjut.

Menakar Cuan Deposito vs Emas
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Corona Menakutkan Dunia, Cuan Emas jadi Melimpah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular