Mobil Bawa Duit Natal Rp166 M Dirampok, 170 Ribu Polisi Turun Tangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Periode akhir tahun selalu menjadi momen tersibuk bagi industri perbankan. Permintaan uang tunai melonjak drastis untuk memenuhi kebutuhan transaksi masyarakat dan pembayaran bonus natal dan akhir tahun perusahaan. Tak jarang, bank harus memobilisasi uang tunai dalam jumlah fantastis ke berbagai nasabah perusahaan.
Kesibukan dan tingginya perputaran uang inilah yang menjadi celah bagi salah satu aksi kriminal paling legendaris di Jepang. Peristiwa itu terjadi tepat pada tanggal 10 Desember 1968, tepat hari ini 57 tahun lalu.
Hari itu, Bank Nihon Shintaku tengah berpacu dengan waktu. Semua pegawai sibuk menghitung dan mempersiapkan pengiriman uang tunai ke beberapa nasabah, termasuk pabrik Toshiba di Fuchu, pinggiran kota Tokyo.
Uang tersebut adalah bonus akhir tahun dan natal bagi para karyawan pabrik yang tak bisa ditunda pembayarannya. Jumlahnya tidak main-main, yakni 300 juta yen. Jika dikonversi ke nilai masa kini, angka tersebut diperkirakan setara dengan US$ 10 juta atau sekitar Rp166 miliar.
Dikutip dari South China Morning Post, pada dini hari, uang pun dimuat ke dalam mobil pengangkut dengan pengawalan petugas. Mobil melaju membelah jalanan Tokyo. Namun, baru beberapa kilometer berjalan, sepeda motor polisi memepet kendaraan mereka. Sang pengendara yang mengenakan seragam polisi lengkap memberikan isyarat agar mobil berhenti.
Tanpa curiga, petugas bank menepikan kendaraan. Polisi tersebut lantas mendekat dengan wajah panik. Dia menyampaikan kabar mengejutkan. Rumah manajer cabang bank mereka baru saja diledakkan. Diduga kuat, pelaku memasang bom di mobil tersebut. Kepanikan seketika melanda. Seluruh petugas bank dan sopir langsung berhamburan keluar menjauhi mobil.
Si polisi kemudian merangkak ke kolong mobil, berpura-pura mencari bom. Tiba-tiba, asap dan api menyembur dari bawah kendaraan. Melihat itu, para petugas bank yang sudah ketakutan semakin berlari menjauh mencari tempat perlindungan. Mereka mengira mobil akan meledak sewaktu-waktu.
Namun, ledakan yang ditunggu tak kunjung terjadi. Saat asap mulai menipis, para petugas bank menengok kembali ke jalan. Betapa terkejutnya mereka, mobil berisi uang ratusan miliar rupiah itu telah lenyap. Sang polisi ternyata bukan menyelamatkan mobil dari ledakan, melainkan membawanya kabur dengan tenang.
Pada saat itulah para pegawai sadar baru saja menjadi korban pencurian. Saat matahari terbit, polisi mulai menyelidiki. Kebingungan langsung terjadi. Dalam laporan Japan Times, Di lokasi kejadian, bertebaran berbagai barang yang tampaknya sengaja ditinggalkan pelaku untuk mengacaukan investigasi. Sebuah motor juga ditemukan, tetapi seluruh identitasnya sudah dicopot.
Identitas pelaku pun tak kalah samar. Polisi kesulitan menentukan apakah sosok yang terlihat adalah polisi sungguhan atau penyamar. Wajahnya tertutup helm, hanya menyisakan bagian mata dan hidung, dan tubuhnya tertutup jaket. Para korban hanya bisa menggambarkan bentuk badan yang sialnya mirip dengan postur orang Jepang pada umumnya, sehingga tak membantu sama sekali.
Jejak sidik jari yang ditemukan di motor pun minim. Polisi mencocokkannya dengan enam juta data sidik jari, tetapi tidak ada satu pun yang cocok. Sketsa wajah pelaku juga sudah disebar hingga 780 ribu lembar ke seluruh Jepang. Sebanyak 170 ribu polisi dikerahkan.
Namun bertahun-tahun berlalu tanpa hasil. Polisi sempat menginterogasi dan menahan beberapa orang, tapi semuanya memiliki alibi kuat. Begitu juga para polisi di sekitar lokasi yang sama-sama punya alibi pada waktu kejadian. Begitu juga terkait penyimpanan uang. Tak ada lonjakan transaksi oleh warga Jepang senilai uang hilang selama beberapa minggu.
Akhirnya, hingga hari ini atau 57 tahun berlalu, kasus perampokan itu tetap menjadi misteri tanpa titik terang.
(mfa/șef)