Gempa Dahsyat Guncang Bandung, Jalan Terbelah-KA Nyaris Masuk Jurang
Jakarta, CNBC Indonesia - Bandung dikenal sebagai salah satu kawasan paling rawan gempa di Indonesia. Kota ini berada di atas cekungan besar hasil aktivitas geologi purba dan berdekatan dengan patahan aktif yang terus bergerak. Kondisi ini membuat Bandung kerap merasakan getaran gempa, baik dari aktivitas tektonik maupun vulkanik.
Catatan sejarah menunjukkan hal ini dan salah satu yang paling dahsyat terjadi pada 4 Januari 1911. Pagi itu, pukul 06.20 waktu setempat, guncangan besar melanda Bandung dan terasa cukup kuat kawasan barat seperti Padalarang, Cimahi, dan Cipatat. Besaran gempa 1911 tidak diketahui pasti, tetapi melihat dampaknya yang merusak, dipastikan magnitudonya cukup besar.
Menurut laporan Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië (5 Januari 1911), guncangan membuat infrastruktur kereta api rusak parah.
"Tanggul rel amblas, tanah longsor, dan bantalan rel menggantung puluhan meter tanpa pijakan. Batu-batu penyangga, kerikil, serta lapisan tanah bagian atas melorot ke jurang."
Kerusakan paling parah di jalur Cipatat-Tagugapu. Jalur sepanjang 6 kilometer itu putus total karena longsor. Bahkan, satu rangkaian kereta nyaris mengalami kecelakaan fatal. Kereta tersebut sedang melaju kencang ketika terjadi gempa. Masinis tidak mengetahui beberapa ratus meter kemudian ada longsor.
Beruntung, ada seorang warga lokal yang memberi isyarat bahaya. Warga lokal itu memanjat reruntuhan bangunan dan melambaikan celana warna merah untuk dikibarkan. Warga merah sendiri merupakan tanda bahaya dalam sinyal kereta api.
Melihat ini masinis langsung menghentikan laju keretanya. Puluhan warga pun bisa selamat dan tak jatuh ke jurang longsor.
"Sang warga disebut 'sangat layak mendapat uang tip' karena menyelamatkan nyawa para penumpang," tulis koran zaman kolonial itu.
Di luar jalur kereta, kerusakan parah juga terlihat di bangunan dan jalanan. Jalan beraspal terbelah, tiang telepon tumbang, dan rumah-rumah kehilangan genteng akibat guncangan. Menurut Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië (14 Januari 1911), gempa juga merusak sejumlah benteng di wilayah Bandung. Banyak dinding retak, sementara gudang mesiu dan rumah penjaga benteng hancur.
Saat itu, tidak diketahui jumlah korban, baik selamat atau meninggal dunia. Satu hal yang pasti proses rekonstruksi pasca-gempa memakan waktu sangat lama. Koran Bataviaasche Niewsblad (2 Februari 1911) menyebut proses pembangunan kembali infrastruktur kereta api memakan waktu 2 bulan lebih. Sebab, harus menggali kembali tanah longsor dan jalur kereta apinya.
Belakangan diketahui gempa tersebut berasal dari Sesar Cimandiri yang membentang panjang dari Sukabumi hingga Bandung Utara. Tentu saja, peristiwa ini menjadi pengingat jika guncangan serupa terjadi hari ini, dampaknya bisa jauh lebih besar. Bandung yang kini padat perlu terus waspada terhadap potensi bencana dan memperkuat mitigasi sejak dini.
(mfa/wur)