CNBC Insight

Dikejar Tentara AS, Pria Ini Lari ke Hutan-Ditemukan Setelah 28 Tahun

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Sabtu, 02/08/2025 19:15 WIB
Foto: Shoichi Yokoi. (Dok. Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Orang Jepang dikenal dengan loyalitasnya. Di dunia militer, mereka siap menjalankan apapun tugas dari atasan sekalipun taruhannya nyawa, contohnya Kamikaze atau serangan bunuh diri awak pesawat Jepang kepada militer musuh.

Dalam kasus lain, loyalitas serupa tercermin pada Shoici Yokoi. Dia adalah tentara Jepang yang tetap melakukan "petak umpet" dari lawan di hutan selama puluhan tahun meski perang telah usai.

Bagaimana kisahnya?

Shoici Yokoi awalnya seorang penjahit. Namun, pada usia 26, dia ikut wajib militer dan diterjunkan dalam Perang Dunia II. Dia awalnya ditugaskan di Manchuria lalu berpindah ke Guam pada 1944 hingga akhir tugas.


Seperti kita ketahui, posisi Yokoi di medan pertempuran awalnya berjaya. Jepang memang sukses menguasai berbagai wilayah. Namun, memasuki tahun 1944-1945, Jepang mulai kalang kabut. Begitu juga Yokoi.

Di Guam, dia yang awalnya berjaya akhirnya kalang kabut ketika pasukan Amerika Serikat (AS) menginjakkan kaki. Alhasil, Yokoi pun ke hutan dan beraksi layaknya bermain petak umpet. Dia kejar-kejaran dan keluar masuk hutan agar tak ditawan tentara AS. 

Selama masa pendidikan, Yokoi diajarkan untuk pantang ditawan pasukan negara lain. Tentara harus sebisa mungkin melarikan diri. Jika tertangkap, maka lebih baik bunuh diri.

Dalam aksi kejar-kejaran, pria kelahiran 1915 itu diketahui melubangi tanah sebagai tempat tinggal. Untuk makan, dia berburu ikan dan beragam hewan lain. Dan ini dia dilakukan selama berhari-hari hingga berganti tahun.

Dia tak tahu dunia sudah berubah. Pada Agustus 1945, Jepang sudah kalah perang. AS menjadi salah satu negara pemenangnya. Begitu juga dia melewatkan revolusi teknologi Jepang pasca-Perang Dunia II. 

Lewat memoar berjudul Private Yokoi's War and Life on Guam, 1944-72 (2009), dia bercerita awalnya hidup bersama dua rekan tentara Jepang. Namun, dua rekannya itu meninggal karena dilanda banjir pada 1964. Alhasil, dia hidup seorang diri tanpa tahu dunia sudah berubah.

Sampai akhirnya, setelah 28 tahun, tepat pada 24 Januari 1972, keberadaan Yokoi diketahui dua orang pemburu di Guam. Mengutip BBC International, ketika bertemu dua orang itu, Yokoi ketakutan. Sebab, menjadi tawanan perang adalah hal melakukan.

Yokoi lantas meminta dua orang itu segera membunuhnya. Namun, alih-alih menuruti permintaan tersebut, dua orang itu membawa Yokoi ke kantor polisi. Lagi-lagi dia sempat meminta agar dibunuh dibanding harus ditahan.

Dari sinilah dia bercerita soal bagaimana aksinya menjadi tentara Jepang. Kemudian, dia diterbangkan ke Jepang. Ketika kembali pulang, dia kaget Jepang sudah berubah. 

Negara tersebut sudah banyak gedung-gedung tinggi, mobil-motor lalu lalang, hingga beragam teknologi lain. Bahkan, dia kaget ada lapangan kosong yang tak ditanami tumbuhan. Dia tak tahu lapangan tersebut adalah lapangan golf. 

Atas dasar inilah, dia ingin kembali ke Guam untuk menjalani hidup seperti veteran. Baginya, Jepang sudah terlalu modern bagi dia yang mengalami culture shock. Cita-cita itu sempat terwujud pada 1980-an.

Namun, dia kembali lagi ke Jepang hingga akhir hayat pada 1997. 


(mfa/mfa)