
'Harta Karun' Warisan Soeharto Ini Membentang dari DKI-Bogor

Jakarta, CNBC Indonesia - Jalan tol merupakan proyek infrastruktur strategis di Indonesia. Perannya sangat penting sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi.
Kini, di Indonesia sudah ada 2.578 km jalan tol. Dari angka tersebut, 1.713 km di antaranya dibangun di era pemerintahan Jokowi. Atau secara persentase, 64,74% jalan tol beroperasi di masa kepemimpinan Jokowi.
Meski begitu, dari panjangnya ruas tol di Indonesia, tetap saja tidak boleh melupakan 'nenek moyang' jalan tol di Indonesia, yakni Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Tol 'harta karun' warisan Presiden Soeharto ini menjadi ruas tol pertama di Indonesia yang dibangun pada 1979.
Apabila mengacu pada sejarahnya, pembangunan Jagorawi tidak terlepas dari semakin padatnya Jakarta dan kota-kota di sekitarnya. Saat tahun 1970-an, di Jakarta saja sudah ada 4,5 juta penduduk dan 540 ribu di antaranya memiliki kendaraan pribadi.
![]() Jelang Libur Nataru, Tarif Tol Jagorawi Naik. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
Artinya, jalanan pun semakin padat, termasuk jalan penghubung antarkota dan salah satunya jalan raya Jakarta-Bogor.
Kepadatan jalan yang menghubungkan 2 kota besar itu bukan hanya disebabkan oleh kendaraan pribadi, tetapi oleh keberadaan pabrik semen. Di Cibinong ada pabrik semen asal Amerika Serikat, yakni Kaisar Cement, yang bisa memproduksi semen 1,2 juta ton per tahun. Artinya ada ratusan kilogram semen yang diangkut setiap harinya.
Akibatnya, seluruh pengguna jalan Jakarta-Bogor itu mengeluh karena tidak lagi efektif saat dilintasi. Atas dasar inilah, Menteri Pekerjaan Umum dan Kelistrikan, Sutami, mencetuskan megaproyek jalan raya berbayar atau jalan tol antara Jakarta-Bogor.
Menurut Iryan Ali Herdiansyah dalam "Dinamika Pembangunan Tol Jagorawi 1978-1979" (Jurnal Ilmu Sejarah, 2022), Sutami memandang skema ini sangat menguntungkan karena pemerintah akan mendapat cuan besar dari pengguna.
Seandainya tarif yang diberlakukan sekitar Rp 300 - Rp 500, maka diproyeksikan akan terdapat keuntungan Rp 100 juta per bulan. Biaya operasionalnya pun akan diambil dari keuntungan, sehingga tidak ada lagi pengeluaran pemerintah dan lebih hemat.
Atas dasar ini, usulan Sutami diterima Soeharto. Dalam Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978 (2003), tepat pada 1973 megaproyek tol pun dimulai dengan menggunakan anggaran Rp 2 miliar. Uang yang sangat besar di masanya itu berasal dari APBN dan 40% utang luar negeri, tepatnya dari AS yang harus dibayar selama 20 tahun.
Pemerintah menunjuk kontraktor asal Korea Selatan, yakni Hyundai untuk mengerjakan proyek dan meminta perusahaan AS, Amman-Whitney & Trans Asia Engineering, sebagai pengawas. Tercatat ada 30 ribu pekerja yang terlibat untuk membangun jalan tol sepanjang 56 km dan lebar 3,75 meter ini.
Selama proses pengerjaan, setiap jengkal ruas jalan tol digarap dan diawasi secara ketat. Para insinyur selalu berhati-hati dan sabar saat membangunnya. Butuh waktu 6 tahun untuk membangunnya.
Akhirnya, tepat pada 9 Maret 1978, jalan tol Jagorawi resmi beroperasi sebagai yang pertama di Indonesia.
"Jalan Tol Jagorawi merupakan jalan terbaik yang kita miliki," ucap Presiden Soeharto dalam upacara peresmian pada 9 Maret 1978, dikutip dari Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978 (2003).
Barangkali, ucapan Soeharto itu benar. Jagorawi masih jadi yang terbaik. Jasa Marga selaku BUMN pengelola tol pun mengakui Jagorawi sebagai masterpiece.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harta Karun Warisan Soeharto Ini Disulap Jokowi Jadi Kinclong
