CNBC Insight

Soeharto Sampai SBY Gagal, Food Estate Dilanjutkan Jokowi

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
11 October 2023 11:17
Petani memetik jagung saat panen perdana di kawasan lumbung pangan (food estate) Kampung Wambes, Distrik Mannem, Keerom, Papua, Kamis (06/07/2023). Lumbung pangan tersebut merupakan lahan pertanian percontohan guna memenuhi kebutuhan jagung nasional khususnya di wilayah Indonesia Timur. ANTARA FOTO/Sakti Karuru/Spt.
Foto: ANTARA FOTO/Sakti Karuru

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah bakal meneruskan proyek food estate di Merauke, Papua. Proyek ini sempat digarap pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di 2010.

Nantinya, food estate di Merauke bakal dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam pekerjaannya, proyek tidak akan memakai uang negara sepenuhnya dan akan mencari investor dalam skema kerja sama pemerintah dan badan usaha swasta. 

"Diarahkan ke PPP, public private partnership," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto, Selasa (10/23).

Soal narasi sejarah proyek food estate pernah hadir di beberapa pemerintahan sebelumJokowi. Artinya, garapan ini bukan sesuatu yang baru. Sayangnya, sejarah juga telah membuktikan bahwa program tersebut berlangsung tak sesuai harapan. 

Food Estate Selalu Gagal

Program ketahanan pangan di Indonesia dapat ditarik mundur 30 tahun sebelumnya. Pada tahun 1990-an, Presiden Soeharto menjadi penguasa pertama yang mencanangkan program ini. Program ambisius ini bernama Mega Rice Project. Lewat kebijakan ini, Soeharto ingin mengubah rawa gambut di Kalimantan Tengah menjadi tempat pengembangan produksi beras. Diproyeksikan ada sejuta lahan gambut yang bakal disulap.

Menurut Jenny Goldstein dalam "Carbon Bomb: Indonesia's Failed Mega Rice Project" (2016), para ilmuwan sebetulnya sudah berpikir kalau Mega Rice Project bakal gagal. Faktor kondisi tanah menjadi penyebab utamanya. Namun mereka tak berdaya menahan ambisi Soeharto.

"Proyek ini dilakukan tanpa adanya konsultasi dan analisa sehingga berakhir dengan kegagalan besar. Setelah lahan dibuka dan padi ditanam baru diketahui kalau tanah gambut terlalu asam dan kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan padi," catat buku Menelan Hutan Indonesia

Alhasil, pemerintah menelan kerugian yang amat besar. Masyarakat lokal tersisih. Hutan dihabisi dan kemudian menjadi awal dari bencana lingkungan terbesar di akhir abad ke-20.

"Yang tersisa dari program ini adalah tanah gambut yang mengering. Alhasil, ketika musim kemarau tanah gambut ini terbakar. Kebakaran tanah gambut telah menyebabkan polusi udara yang parah dan krisis kesehatan masyarakat diseluruh Asia. Pada 1997 terjadi musim kebakaran selama enam bulan yang mengejutkan dunia dengan foto-foto hutan dan desa yang membara, termasuk orang utan terbakar," catat penulis riset Menelan Hutan Indonesia kolaborasi WALHI. 

Tak berhenti sampai di sini. Kegagalan ini rupanya tak dijadikan pembelajaran bagi pemerintahan selanjutnya. Pada 2010, Presiden SBY meluncurkan program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE). Tujuannya adalah menjamin swasembada Indonesia dalam hal pangan dan energi.

Pertentangan pun bermunculan. Argumentasinya berkutat pada program Jawasentris yang berupaya menciptakan lahan pertanian penghasil beras, tebu dan minyak sawit yang semuanya digunakan untuk penduduk Jawa, bukan rakyat Papua. Alhasil, masyarakat Papua yang sehari-hari makan sagu pun kehilangan sumber pangan utamanya karena ulah pemerintah. 

Pada akhirnya, seperti yang sudah ditebak, proyek ini juga gagal memproduksi tumbuhan pangan dalam jumlah besar.

"Sembilan tahun setelah peluncuran, proyek "MIFEE" hampir tidak menghasilkan pangan atau energi. Hal ini merupakan taktik dangkal yang telah merampas dan membuka lahan untuk penebangan, atau mengkonversi menjadi perkebunan sawit atau akasia serta mengakselerasi industri ekspor lainnya," tulis riset itu. 

Perlu dipahami, keberadaan hutan jangan dianggap kosong. Justru hutan adalah lahan yang paling berharga di dunia karena di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan makhluk hidup, termasuk juga kelompok masyarakat adat. Penduduk dan masyarakat adat setempat telah mengalami hilang dan musnahnya tanah tradisi mereka dan dibiarkan sendiri untuk menghadapi rasa lapar dan pudarnya budaya mereka.


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Harta Karun' Warisan Soeharto Ini Membentang dari DKI-Bogor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular