CNBC Insight

Cerita Sukses Bos Netflix, Kala Video Porno "Bawa Berkah"

Muhammad Fakhriansyah, CNBC Indonesia
20 September 2023 12:00
Infografis: Dari hobi rental DVD, ini kisah sukses bos NETFLIX
Foto: Infografis bos Netflix Reed Hasting (Aristya Rahadian Krisabella)

Jakarta, CNBC Indonesia - Netflix kini sukses menjadi raja streaming film di dunia. Total ada 201 juta orang di seluruh dunia yang berlangganan Netflix.

Meski begitu, tak banyak orang tahu kalau dulu di awal pendiriannya layanan streaming ini sempat mau bangkrut.  Beruntungnya, kebangkrutan itu tidak jadi karena Netflix terselamatkan akibat "ketidaksengajaan menyebar video porno".

Bagaimana ceritanya?

Berdiri & Bangkrut

Cerita bermula pada suatu hari di musim dingin 1997. Saat itu ahli informatika Reed Hasting hendak mengembalikan film sewaan berupa Video Home System (VHS) ke pusat penyewaan Blockbuster.

Namun, di loket pengembalian, dia tidak diperbolehkan pulang karena harus membayar denda keterlambatan sebesar US$ 40. Hasting pun terkejut dan tidak menyangka dendanya sangat besar.

Mau tidak mau, dia pun harus membayarnya agar tidak terhindar masalah. Meski begitu, peristiwa menyebalkan ini membuat Hasting punya ide bisnis menarik: rental film.

Bagi Hasting, bisnis seperti Blockbuster bisa membuatnya kaya karena ada dua keran pemasukan, yakni biaya sewa dan biaya denda. Singkat cerita, ide ini dibicarakan kepada teman seprofesinya, Marc Randolph.

Tak butuh waktu lama, keduanya sepakat menjalani bisnis startup rental dan jual-beli film. Nama bisnisnya adalah Netflix.com, berdiri pada 26 Agustus 1997.

Konsep Netflix tidak seperti Blockbuster. Dia tidak memiliki toko. Operasionalnya murni menggunakan internet. Dan bentuk penjualan filmnya adalah berupa DVD atau kepingan CD, alias bukan lagi VHS.

Pengguna hanya perlu mengunjungi situs Netflix.com dan memilih CD yang ingin disewa seharga US$ 4 atau membelinya senilai US$ 25, beserta ongkir. Setelah membayar, barulah perusahaan akan mengirimnya ke rumah pelanggan.

Di atas kertas memang praktis, tetapi realitasnya tidak. Marc Randolph dalam memoarnya That Will Never Work: The Birth of Netflix and the Amazing Life of an Idea (2019) menyebut, model bisnis yang ditawarkan Netflix sama sekali tidak dilirik orang-orang.

Alasannya karena ongkos kirim yang mahal dan mereka pun tidak familier dengan bentuk film DVD. Hal ini berimbas pada stagnan dan menurunnya pengunjung Netflix per hari, bahkan nyaris nol.

Video Porno "Bawa Berkah"

Randolph dan Hasting kasak-kusuk mencari cara agar Netflix tidak bangkrut. Dia berupaya menjalin kerjasama dengan Sony dan Amazon, tetapi gagal. Jumlah pelanggan sama sekali tidak naik.

Akibatnya, investor tak sanggup lagi memberi dana yang membuat sektor operasional dan pemasaran berhenti.

"Satu-satunya cara menyelamatkan Netflix adalah mengikuti isu viral. Masalahnya, isu apa yang bisa diikuti startup rental film?," pikir Randolph sembari kebingungan.

Beruntung, situasi politik AS menyelamatkan Netflix dari tepi jurang.

Sebagaimana dipaparkan Vice, kala itu Presiden Bill Clinton sedang menjalani persidangan atas skandal seks dengan Monica Lewinsky. Para hakim meminta transparansi media dengan menyiarkan langsung proses persidangan.

Pada titik inilah, pegawai bernama Mitch Lowe punya ide menarik.

"Yuk, kita buat rekaman CD persidangan Clinton. Dijamin laku. Pasti kita bisa viral karena bakal diliput The New York Times, The Washington Post, dan The Wall Street Journal," katanya, dikutip Vice.

Ide ini kemudian didengar dan disetujui oleh Hasting dan Randolph.

Netflix pun langsung membuat copy CD dan menjualnya sangat murah, yakni seharga US$ 0,2. Pemasaran pun dilakukan dengan mengusung Netflix sebagai sarana penyebaran transparansi dan demokrasi. Bagi Hasting, ini adalah upaya baik untuk membuat bisnisnya laku.

Tak disangka, strategi ini berhasil. Kurang dari sehari, CD Clinton laku terjual 5.000 keping. Bahkan dalam dua hari jumlahnya berlipat ganda. Dan seperti yang diduga, media nasional akan meliput Netflix, menjadikannya bahan obrolan banyak orang.

Alhasil, Hasting dan Randolph bisa lega karena Netflix tak jadi bangkrut. Perusahaan segera mendapat cuan banyak. Namun, itu semua bersifat fana. Sebab, perbincangan publik bukan hanya persoalan DVD Clinton, tetapi malah topik lain.

Rupanya kepingan CD produksi Netflix tidak hanya berisi persidangan, tetapi malah video porno. Jadi, Netflix tidak sengaja menyebarkan ribuan video seks berlabel persidangan Clinton.

Tidak diketahui siapa yang bikin ulah. Pastinya setelah kejadian itu, Netflix, selain menjadi objek puja-puji, juga jadi cacian masyarakat. Sebab, bisa-bisanya perusahaan rental film malah menyebarkan video porno ke seluruh AS.

Masyarakat seperti kena prank. Mereka ingin nonton video persidangan Clinton, tetapi kenyataannya malah nonton video porno.

Permintaan maaf dan kompensasi pun digulirkan perusahaan. Tapi, tak disangka, ternyata video porno itu malah dinikmati masyarakat. Hingga membuat Netflix dikenal sebagai perusahaan rental film porno.

Meski terkesan negatif, ini sesuai kemauan Randolph: mengikuti isu viral. Berkat peristiwa ini, apa yang dipikirkan manajemen berhasil. Netflix yang sempat diabaikan masyarakat, malah menjadi terkenal.

Akibatnya, manajemen semakin mudah untuk memasarkan produk yang hasilnya membuat Netflix kini dikenal sebagai raja dunia dengan pendapatan US$ 31,62 miliar atau Rp 486 T.

Pada akhirnya, kesuksesan Netflix berdampak ke bertambahnya harta pendirinya. Menurut Forbes, Marc Randolph kini berharta US$ 100 juta atau Rp 1,5 T. Sedangkan, Reed Hasting memiliki duit US$ 4 miliar atau Rp 61 triliun.


(mfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Farmasi RI Ini Ternyata Kurang Senang Minum Obat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular