
Dari Hobi, Cuan Belasan Juta! Intip 5 Kisah UMKM Binaan SETC

Jakarta, CNBC Indonesia - PT HM Sampoerna Tbk melalui Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) senantiasa membina para pelaku UMKM untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan demi keberlanjutan usaha yang mumpuni.
Kepala Urusan Eksternal Sampoerna, Ishak Danuningrat menjelaskan SETC merupakan program pembinaan UMKM yang diresmikan pada 2007. Fasilitas pendukung untuk pelatihan kewirausahaan program SETC berdiri di atas lahan seluas 27 hektar (ha) di Sukorejo, Kabupaten Pasuruan.
"Hingga saat ini, SETC telah memberi keterampilan kewirausahaan kepada lebih dari 65.000 peserta dari seluruh Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/12/2022).
Adapun di SETC Pasuruan tersebut, lima perwakilan UMKM binaan SETC sempat membeberkan kisahnya memulai usaha mereka dari hobi yang kemudian berlanjut menjadi sumber cuan berkat dukungan SETC.
Yang pertama, ada pegiat eco printing untuk produk fesyen sekaligus pendiri Letes Craft, Ani Nurdiana. Dia mengaku sebelumnya hanya memiliki hobi mengumpulkan dedaunan unik untuk dicetak menjadi kain bermotif alami lewat teknik eco-print.
"Saya bergabung dengan SETC sudah lama, sejak 2010. Ketika itu, kemampuan eco-print saya masih sekadar hobi. Justru teman-teman SETC yang menyarankan saya supaya jadi serius. Kepercayaan diri pun muncul setelah dapat pelatihan bisnis, manajemen, dan pemasaran dari sini," jelasnya.
Ani resmi membawa hobi mencetaknya itu menjadi brand Letes Craft yang menjual dompet, tas, sampai sepatu bermotif dedaunan unik. Produknya ternyata bisa terjual sampai kisaran harga Rp 2 jutaan. Padahal, ketika memulai bisnis, Ani hanya mengeluarkan modal awal Rp 300.000 saja.
Saat ini, aset Letes Craft saat ini sudah mencapai Rp 200 jutaan, dengan omzet sekitar Rp 5 jutaan per bulan. Bahkan, kalau sedang ramai, omzet bisa sampai Rp 80 juta per bulan.
"Berkat ilmu dari SETC, saya jadi bisa bikin produk yang terjual sampai Hongkong dan bisa memberdayakan tetangga sebagai tenaga kerja," tambahnya.
Senada dengan Ani, pegiat fesyen lukis dengan brand N2N asal Malang, Lastri Suhartini juga mendapatkan kepercayaan diri untuk membuka usaha sampingan setelah bergabung dengan SETC. Usaha Lastri berupa jasa dan penyedia produk pakaian motif lukisan tangan.
"Sebenarnya basis keilmuan saya itu arsitektur, jadi memang hobi menggambar. Tadinya tidak terpikirkan untuk membuka usaha. Ternyata, sekarang aktivitas yang saya sukai ini bisa mendatangkan omzet Rp 8-10 juta per bulan," ungkapnya.
Lalu ada juga Eka Wahyu Setyowati, pegiat patchwork alias kerajinan perca dengan brand Decak Handmade yang mengaku melihat peran penting SETC dalam bisnisnya, seperti cara menghitung harga pokok penjualan (HPP), hingga pemasaran digital.
Selanjutnya, ada UMKM binaan SETC bernama Lilien Kecil besutan Trisakti Chandra Dewi yang mendapatkan berkah jejaring bisnis dari SETC, kemudian memanfaatkannya untuk memberdayakan para ibu-ibu PKK di wilayahnya.
Kemudian juga ada pelaku UMKM binaan SETC bernama Neneng Apriani yang membuat produk olahan bawang hitam menjadi cokelat, kue kering, sampai selai. Awalnya, Neneng mengonsumsi sendiri bawang hitam. Kemudian, ia mulai memproduksinya untuk kemudian dipasarkan, bahkan hingga ke luar Indonesia.
"Dari awalnya hanya konsumsi pribadi, saat ini bawang hitam olahan saya lewat brand N'Up Product bisa mendatangkan omzet bulanan di kisaran Rp 15 juta. Ada konsumen saya asal Australia dan Turki yang juga rutin membeli," imbuh Neneng.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Presiden Kunjungi Stan SETC di Festival UMKM Merdeka