Raja Gula RI: Pahitnya Bisnis Gula Om Liem, Munculnya Gulaku!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis gula selalu menggiurkan sepanjang masa. Harganya yang terus naik dan permintaan makin pesat membuat Indonesia harus bergantung dengan gula impor.
Pada masa Orde Baru sempat ada upaya peningkatan produksi pabrik gula, yang digarap oleh BUMN maupun swasta. Pengusaha Liem Sioe Liong, termasuk yang terlibat dalam bisnis gula sejak awal sejarah bisnisnya. Awalnya tentu kecil-kecilan, setidaknya di zaman revolusi kemerdekaan Indonesia.
"Liem menjual kebutuhan pokok seperti sabun, kopi, gula, beras dan tembakau," tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016:43). Liem pernah dianggap terlibat dalam penyelundupan senjata untuk Indonesia, namun dia membantahnya. Liem lebih berdagang barang macam gula.
Waktu itu Liem merasa dia lebih nyaman berdagang dengan orang Indonesia daripada orang Belanda. Dia masih tinggal di Kudus ketika pernag Indonesia-Belanda. Pada era 1950-an perdagangan hasil bumi dilakukan para pengusaha yang belakangan menjadi konglomerat, termasuk Liem Sioe Liong juga. Liem pernah berdagang cengkeh dalam PT Mega bersama mertua dari Presiden Sukarno Hasan Din.
Pada 1959, waktu Kolonel Soeharto masih menjadi Panglima Tentara dan Teritorium Jawa Tengah Diponegoro dikasuskan karena penyelundupan gula dan barang lainnya, nama Bob Hasan dan Liem Sioe Liong termasuk yang disebut-sebut. Setelahnya Soeharto disekolahkan ke Seskoad Bandung dan Liem Sioe Liong terus berbisnis.
Setelah Soeharto menjadi Presiden, Liem menjadi pengusaha penting dalam dunia bisnis Indonesia. Liem mula-mula sukses bermain tepung. pelan-pelan Liem masuk bisnis-bisnis lain yang terkait dengan hajat hidup pembangunan nasional. Seperti semen atau mi instan. Selain itu, Liem dilibatkan dalam pengadaan bahan kebutuhan pokok untuk Badan Urusan Logistik (Bulog).
"Pada 1970-an, melalui bantuan Liem Sioe Liong, Kuok (Robert Kuok Raja Gula Asia Tenggara) bisa dekat dan mendapat lisensi dari Bulog-pengelola sembilan bahan pokok di Indonesia-untuk memasok kebutuhan gula bagi Indonesia," tulis Rhenald Kasali dalam Sembilan Fenomena Bisnis (1997:91).
Liem tentu saja kecipratan manisnya bisnis gula. Menurut Sterling Seagrave dalam Sepak Terjang Para Taipan (2015:331) Liem·dianggap sebagai agen tunggal Bulog untuk impor gula. Kuok disebut Joe Studwell dalam Asian Godfathers: Menguak Takbir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa (2017:97) adalah mitra Liem dalam bisnis tepung dan gula.
Tak hanya sebagai pengimpor, Liem Sioe Liong kemudian juga berniat menjadi produsen gula. Seperti Oei Tiong Ham dulu di Semarang yang jadi juragan gula legendaris. Liem disebut Tempo (02/03/2003) terlibat dalam pengelolaan lahan tebu sebesar 61 ribu hektare untuk gula di Lampung. produksi gula milik PT Sugar Group Companies itu mencapai 450 ribu ton tiap tahun. Itu 30 persen produksi gula nasional pada 1997.
Liem Sioe Liong terkait namanya dengan PT. Sugar Group Companies yang berdiri sejak 1975. Robert Kuok juga ada dalam bisnis gula di Lampung. Pada 1997, Salim Group milik Liem Sioe Liong berusaha memperluas produksinya. Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam berita: 1997 (2008:320) mencatat Salim Group merencanakan membuka perkebunan tebu dan membangun pabrik gula lagi di Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan total investasi Rp350 miliar. Industri itu akan menyerap tenaga kerja sedikitnya 10.000 orang.
Bisnis gula Salim Group kemudian menjadi pahit setelah 1998, ketika Soeharto runtuh dari kekuasaannya. Sugar Group sebagai aset Salim Group, yang terkait dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kemudian dimasukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sekitar 1999. Pada 29 November 2001 saham Sugar Group dibeli PT Garuda Panca Arta milik Gunawan Yusuf. Sugar Group pun lepas dari Salim Group.
Gunawan Yusuf mengelolanya di bawah PT Sugar Group Companies, yang memproduksi gula tebu dan Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula terbesar di Indonesia, dengan luas kebun lebih dari 62.000 ha di Lampung.
Produk utama perusahaan Sugar Group adalah Gula Kristal Putih. PT Sugar Group Companies memiliki 4 anak perusahaan, yaitu, PT Gula Putih Mataram (GPM), PT Sweet Indolampung (SIL), PT Indolampung Perkasa (ILP), dan PT Indolampung Distillery (ILD).
Ketiga anak perusahaan bergerak dalam produksi gula, sementara PT Indolampung Distillery memproduksi Etanol. Produk Gula Kristal Putih yang dihasilkan antara lain merek Gulaku.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Gula RI: Orang Super Kaya Raya Berkat Gula, Ini Orangnya