Cerita Om Liem 'Sulap' Sarimi Jadi Adik Supermi dan Indomie

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi mi instan di Indonesia salah satu yang tertinggi dunia, hanya di bawah China. Perjalanan mi instan di Indonesia cukup panjang, sudah setengah abad lebih.
Berkembangnya pasar mi instan di Indonesia tak terpisahkan dari peran pengusaha Liem Sioe Liong dan lainnya. Nama mi instan populer seperti Supermi, Indomie, dan Sarimi saling bersinggungan.
Perjalanan mi instan bisa dilihat dari kondisi 1978, saat itu pemerintah mengucurkan dana US$ 600 Juta untuk impor beras dan para abdi negara bahkan akan dapat jatah mi instan jika kondisi pangan Indonesia terancam.
Saat itu di Indonesia sudah punya pabrik tepung yang dikelola oleh Liem Sioe Liong dan kolega-koleganya, Bogasari sebagai bahan baku mi instan. Liem pada sekitar 1980-an mulai mendirikan pabrik mi instan dengan merek Sarimi, di bawah bendera PT Sarimi Asli Jaya. Pabrik ini jauh sesudah keberadaan Supermi dan Indomie.
Masalah kelangkaan beras kemudian berlalu. Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016:302) menyebut pemerintah Indonesia yang semula beli banyak mi instan kemudian batal membelinya.
Liem awalnya mendekati pengusaha mi instan yaitu Djajadi Djaja pemilik Indomie. Liem menawarkan kerja sama yang awalnya sulit diterima Djajadi Djaja. Liem kala itu sedang tak ingin bersaing dengan usaha Djajadi Djaja yang cukup kuat di pasar dengan produk Indomie-nya.
Setelah jalan buntu dengan Djajadi Djaja, terpaksa produk baru bernama Sarimi masuk pasaran dengan modal besar dari Liem dan harga Sarimi dibuat lebih murah daripada Indomie kala itu. Ini mau tak mau harus dilakukan karena Indomie bersama Supermi sudah memimpin pasar mie instan di Indonesia saat itu.
Meski awalnya tetap bersaing di pasaran dengan produk lawannya, Djajadi terus didekati oleh Liem. Namun, akhirnya Djajadi mau bekerjasama dengan Liem. Dengan Djajadi Djaja, usaha patungan dijalin Liem lewat PT Indofood Interna didirikan pada 1984. Setelah itu Indomie dan Sarimi jadi 'saudara'
Om Liem belum puas, ternyata selain Indomie, ada produk Supermi yang merupakan milik PT Lima Satu Sankyu, yang mempelopori mi instan di Indonesia kemudian juga didekati oleh Liem, dan berhasil merangkul kerja sama.
Indomie dan Supermi setelah 1970-an cukup menguasai pasar. Supermi laris dan terus diiklankan di TV dengan bintang iklan Ira Maya Sofa.
Setelah diperkuat Liem Sioe Liong, nama perusahaan penghasil Supermi itu menjadi PT Lambang Insan Makmur dengan 100% saham dimiliki PT Indofood International Corporation milik Liem Sioe Liong. Saat ini, Supermi diproduksi diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Sejarah tiga mi instan yang bersaing di pasaran itu, oleh tangan dingin Om Liem, akhirnya sukses disatukan dalam sebuah keluarga besar bernama Indofood. Dengan Supermi dan Indomie yang hadir lebih dulu menjadi kakak daripada Sarimi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)