Jakarta, CNBC Indonesia - Penanganan pandemi Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) di bawah komando Gubernur JabarĀ Ridwan Kamil terus menunjukkan tren positif. Bagi Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, semua itu tak lepas dari keberhasilan PPKM dan seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan tersebut.
"Yang pertama di Jawa Barat itu dari zona risiko itu sudah tidak ada zona merah, 100% wilayah Jawa Barat versi kategori risiko itu zona sedang. Kemudian juga PPKM itu mayoritas ada di PPKM level 3 dan ada empat (kabupaten/kota) sudah ada di PPKM level 2 bahkan. Sudah sangat-sangat membaik. Kira-kira begitu. Dan berita hari ini yang paling menggembirakan adalah keterisian RS tinggal 21% dari sebelumnya puncaknya kurang lebih 91%," katanya dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia dalam program Evening Up, Kamis (26/8/2021).
Penanganan pandemi Covid-19 yang membaik menghadirkan keyakinan Kang Emil kalau ke depan pemulihan ekonomi Jabar akan maksimal. Perlahan tapi pasti sektor-sektor ekonomi bakal segera membaik.
Dalam wawancara ini, Kang Emil juga membeberkan mimpi-mimpi besar Jabar, termasuk upayanya menggaet investor. Simak petikan lengkap wawancaranya berikut.
Bagaimana perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di Jawa Barat?Mayoritas berita baik ya alhamdulillah. Ini menunjukkan kinerja PPKM dan semua yang terlibat sungguh luar biasa.
Yang pertama di Jawa Barat itu dari zona risiko itu sudah tidak ada zona merah, 100% wilayah Jawa Barat versi kategori risiko itu zona sedang. Kemudian juga PPKM itu mayoritas ada di PPKM level 3 dan ada empat (kabupaten/kota) sudah ada di PPKM level 2 bahkan. Sudah sangat-sangat membaik. Kira-kira begitu.
Dan berita hari ini yang paling menggembirakan adalah keterisian RS tinggal 21% dari sebelumnya puncaknya kurang lebih 91%.
Nah ada peningkatan kasus kemarin itu karena ada kasus
delayed. Jadi diumumkan ada 5.000, diberitakan juga oleh CNBC Indonesia bahwa ada lonjakan, sebenarnya itu 4.000 itu kasus lama dari Depok yang baru diverifikasi karena ada perbedaan aplikasi pelaporan sehingga kasus riilnya hanya 1.000.
Bahkan kesembuhannya pun kan biasa 2.000 melonjak menjadi 14.000. Nah itu mungkin dalam dua hari, mohon pemirsa melihat kalau ada kasus ribu-ribu dari Jabar itu sebenarnya adalah kasus lama yang diverifikasi ulang. Kira-kira begitu.
Secara umum karena keterkendalian sekarang fokus kita ada dua, yaitu mengebut vaksinasi sampai Desember dan kedua pembukaan ekonomi. Nah ini pembukaan ekonomi ini menarik karena kita tidak mau euforia, kita lakukan gradual, perlahan-lahan, bertahap, tapi dengan kewaspadaan.
Di daerah yang vaksinasinya sudah tinggi seperti kota-kota besar wajib memang datang ke tempat mal atau restoran itu menggunakan aplikasi PeduliLindungi bagi mereka yang sudah divaksin atau menunjukkan bebas Covid-19 melalui hasil negatif tes antigen misalkan.
Kepada yang vaksinasinya belum 40%, kita akan perkuat prokesnya saja dan kita lakukan ada
random sampling. Jadi sudah diperintahkan, nanti berkeliling petugas mengecek mereka-mereka di tempat publik. Karena berhasil ditemukan, dari rapat dengan Pak Luhut (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan), orang yang sudah divaksin terus kita
random check itu ternyata ada yang kena Covid-19 juga.
Itu artinya terus kita waspada, jangan euforia atau jangan lengah. Nah harapannya ekonomi bisa bergerak perlahan kemudian kedaruratan sudah lewat, selanjutnya tinggal
move on, kita beradaptasi dengan prokes 5M. Itulah kehidupan baru kita setelah kedaruratan.
Selain 3T dan menunjukkan kartu vaksin, apa saja kesiapan yang dilakukan di tengah relaksasi PPKM ini dan juga apakah adakah wilayah kemungkinan bisa diturunkan levelnya?Jadi kita tidak pernah mengendorkan
tracing, bahkan kita naikkan. Dulu kita punya 17 ribu
tracer, sekarang 200 ribu malah karena 1 RT kita wajibkan punya 1
tracer.
Kemudian
testing juga kita tidak turunkan. Memang penurunannya itu karena orang sakitnya turun pas di-
tracing kontak eratnya juga jumlahnya makin sedikit. Sehingga kewajiban tes PCR juga makin sedikit. Tapi yang tes antigen itu tetap kita tinggikan sebagai
screening pertama untuk mencari potensi-potensi adanya kasus di masyarakat. Jadi prinsip tidak mengendurkan itu penting.
Kedua, kita masih ada PPM Level 4, tapi bukan di aglomerasi. Karena Jabodetabek PPKM Level 3, Bandung Raya Level 3. Yang PPKM Level 4 itu adalah di Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Cirebon. Nah ini yang minggu ini kita dampingi supaya bergabung dengan 80% mayoritas di Jabar yang sudah level 3 dan kalau bisa bergabung dengan Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan dua wilayah lagi sudah PPKM Level 2.
Kami sangat tersemangati karena sudah ada empat yang bisa PPKM Level 2 berarti saya sekarang mendorong seluruh yang level 3 bahkan level 4 untuk cepat-cepat bergabung di PPKM level 2. Itu harapan kita dalam 1-2 minggu ke depan.
Sehingga dengan begitu, ekonomi jalan, sekolah bisa dibuka dengan syarat guru dan murid divaksin misalkan, ekonomi juga perlahan 25% dulu. Nanti kita monitor 7 hari. Naik lagi nanti 50%. Kita monitor, kita
random sampling. Kalau ternyata di-
random sampling tidak banyak yang kena Covid-19, protokol kesehatan disiplin, itulah mimpi Jabar dalam pengendalian Covid-19 sehingga kita fokus pada pemulihan ekonomi.
Strategi Pemprov Jabar dalam meredam penambahan kasus harian Covid-19?Ya jadi kesimpulannya mayoritas pasien Covid-19 di Jabar itu gejala ringan dan sedang. Karena yang sedang dan beratnya kan yang di RS turun drastis dari 91% ke 21%. Mayoritas itu ada di rumah-rumah.
Nah sehingga di rumah-rumah itu curhatnya dua. Ingin menghubungi dokter, dokternya sering sibuk, ingin cari obat, obatnya sering habis. Makanya strategi kita adalah kemarin dalam sebulan terakhir membuat telemedicine. 13 dokter kita siagakan dan alhamdulillah 50.000 pertanyaan dari orang-orang yang bingung selama isoman dijawab 100%. Kemudian obat dikirim tipe a, b, c, d, dan e. Dari mulai tipe a suplemen saja sampai tipe e yang dengan obat keras itu kita kirimkan
door to door gratis ke pasien isoman.
Harapannya adalah tadi yang di rumah jangan terlalu lama, sembuhnya lebih cepat. Makanya tingkat kesembuhan Jawa Barat di atas 90%. Dan alhamdulillah walaupun kematian secara jumlah itu sangat kita sesali, tapi jumlah kematian Jabar dibanding provinsi-provinsi se-Jawa kita termasuk rendah, kita ada di 1,8% dibanding rata-rata kematian nasional di atas 2,7%.
Nah kemudian oksigen sudah surplus karena Jawa Barat proaktif mencari sumber-sumber oksigen, meminjamkan tabung oksigen, membeli alat-alat yang berhubungan dengan tabung oksigen sampai luar negeri. Posisi hari ini sekarang sudah surplus, kita bantu beberapa ke Kalimantan, Sumatra, beberapa wilayah di Jawa juga kita dukung.
Tapi kita juga sedang menyiapkan agar jangan sampai diserang lagi oleh kedaruratan ketiga. Maka manajemen RS, oksigen, obat gratis,
telemedicine, ruang isolasi di desa, hotel, apartemen itu tetap kita siapkan walaupun kondisi sekarang makin kosong. Sehingga Insya Allah belajar dari pengalaman kedaruratan akibat varian delta, Jabar Insya Allah lebih siap hadapi menghadapi disrupsi lagi.
Makanya sekarang yang sehat-sehat kita bentengi dengan vaksin yang hari ini kita sudah tertinggi se Indonesia rata-rata dosis hariannya sudah di atas 200.000. Tapi karena penduduknya juga besar 50 Juta jiwa maka 200 ribu yang tertinggi itu pun tidak cukup.
Maka 28 Agustus ini kita akan kejar dosis kita. Mudah-mudahan bisa menembus 400 ribu dengan catatan suplai vaksin dari pemerintah pusat juga lancar karena kami butuh 15 juta dosis per bulan sampai bulan Desember. Saya kira itu persiapan-persiapan, pengalaman-pengalaman dalam mengendalikan Covid-19 khususnya di Jabar.
Seiring dengan adanya percepatan dan kemajuan signifikan dari vaksinasi, apakah dari pelonggaran PPKM itu berarti dunia usaha bisa berangsur bergeliat kembali?
Ya pada dasarnya kan PPKM itu dihadirkan karena ada pergerakan yang normal pada ke sana sini, pergi ke sana sini, berbarengan dengan kasus yang makin hari makin tidak terkendali. Karena Covid-19 ini kan bersembunyi di kepadatan dan kerumunan. Kira-kira begitu. Maka PPKM ini membatasi pergerakan, kerumunan, kepadatan.
Setelah angka-angkanya menunjukkan penurunan, maka kita ingin normal lagi tapi jangan buru-buru alias euforia. Kan begitu. Maka dibikinlah bertahap. Minggu ini mal tapi wajib pakai vaksin dengan PeduliLindungi. Restoran masih take away.
Minggu kedua mal naik dari 25% ke 50%, ini masih take away. Dan terus diatur termasuk nanti sore (25 Agustus 2021 sore saat wawancara dilakukan) kita merapatkan bagaimana kantor yang nonesensial, yang segala jenis bisnis itu pelan-pelan lagi bisa kembali ke kantor yang selama ini masih WFH. Kira-kira begitu. Yang WFO hanya esensial dan kritikal. Itu contoh.
Pada saat kasus turun, itu nggak semua kantor boleh. Baru hari ini akan dirapatkan gimana mengatur kantor-kantor lain yang nonesensial. Sampai suatu hari kita bisa waspadanya tetap, 3T, kemudian ekonomi juga dimonitor sampai akhirnya kita hidup hidup berdampingan dengan damai sampai pandemi dinyatakan endemi, yaitu tidak lagi menjadi global spread tapi lebih kepada kasus yang seperti penyakit lain.
Pak Luhut juga menyampaikan data di AS itu sampai 200 ribu per hari sekarang. Kenapa? Pelajaran dari Amerika, pada saat dianggap terkendali langsung buka masker, di Piala Eropa, tapi ternyata kan diserang lagi.
Nah kita Indonesia bersepakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat, kita tidak mau euforia. Buru-buru buka masker. Pelan-pelan sampai tadi vaksinasi kita tercapai, kemudian hidup belum bisa nyaman, tetapi ekonomi bisa dibuka dengan kewaspadaan. Saya kira urutan-urutan kehati-hatiannya itu sambil kita berkaca kepada negara-negara lain. Nah itu yang membuat rada tenang. Jadi masyarakat yuk tetap prokes 5M agar hidup produktif tetap dengan kewaspadaan kesehatan.
Terkait penerapan rencana WFO 100% yang sedang dikaji, untuk antisipasi Pemprov Jabar untuk menghindari klaster industri?
Industri ini menyumbang ekonomi terbesar. Jabar kan tumbuh 6,13% dari kuartal sebelumnya minus itu disumbangkan oleh investasi dan ekspor. Jadi industri di Jabar itu punya peranan penting sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi Jabar.
Oleh karena itu, pembukaan industri-industri ini dibarengi dengan vaksinasi. Jadi kita akan mengatur agar vaksinasi di sektor industri itu dimaksimalkan. Kan ada vaksin gotong royong juga yang bisa dikerjakan mandiri, ada vaksin dari pemerintah, TNI-Polri, karena mayoritas ekonomi Jabar ada di sana. Sehingga kita berharap aman melalui vaksinasi. Kemudian ekonomi skala industri bekerja normal yang mayoritasnya memang yang ada di Jabar.
Kemarin ekses-ekses industri sudah kita perbaiki. Ada industri-industri yang tidak melaporkan sudah kita tegur. Kita bikin aturan, kemudian kalau ada kasus tolong ditangani jangan sampai kenanya di pabrik, tapi menginfeksinya justru di rumah-rumah. Itu pernah kejadian di bulan-bulan lalu. Itu yang terus kita perbaiki.
Menurut saya, kita monitor makin ke sini sudah makin baik. Karena sudah ada 100-an perusahaan yang kita cabut izin operasi selama PPKM oleh Kemenperin. Jadi artinya reward punishment berlaku dan sudah kita buktikan juga.
 Foto: Ridwan Kamil (Dokumentasi Humas Jabar) |
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mencapai 6,13% secara year on year. Apa resep dan bagaimana ekonomi Jabar terbilang tumbuh baik?
Ada dua prestasi yang kami banggakan dan kami ingin pertahankan. Jadi ekonomi kita dari kuartal sebelumnya 7,7% year on year jadi 6,13%. Investasi kita itu nomor satu, Rp 70 triliun sudah masuk menghasilkan 60 ribu lapangan pekerjaan. Berita baiknya tingkat pengangguran juga membaik persentasenya. Sempat tertekan tahun lalu ke 10% pengangguran terbuka, sekarang sudah mendekati sebelum Covid-19 di delapan koma sekian berkat triliunan investasi.
Saya selalu survei, kenapa (investor) suka investasi di Jabar, jawabannya tiga. Pertama, karena infrastruktur kita dianggap lebih baik. Kita ada Pelabuhan Patimban, Bandara Kertajati, jalan tol, kereta api cepat juga akan hadir di Jakarta-Bandung, dan lain-lain. Kedua, SDM-nya dianggap produktif tertinggi se-Indonesia hasil survei BI. Ketiga, kita dapat reward juga dari KPK sebagai perizinan yang bersih dan melayani. Jadi tiga poin tadi alasan kita kuat. Infrastruktur, kualitas SDM, dan kualitas pelayanan itu yang kami coba tingkatkan.
Makanya ekspor juga juara 1 se-Indonesia hampir 16% ekspor Indonesia hari ini datang dari Jabar. Makanya kalau global commerce-nya sudah buka secara normal, ekspor kita terus meningkat.
Ada dua faktor lagi yang sedang kami tingkatkan, yaitu daya beli masyarakat dan government spending. Karena ekonomi kan empat, investasi, ekspor, daya beli masyarakat, dan government spending. Nah dua yang terakhir masih ada tekanan. Makanya kita kasih bansos, kita kasih keringanan pembayaran, kita kasih insentif, pinjaman, dll.
Belanja pemerintah juga kita refocusing semua untuk cepat dibelanjakan khususnya ke belanja Covid-19. Itu strategi-strategi Jawa Barat kenapa tumbuh bagus, makro juga bagus, citra dari investor, kita coba pertahankan berita baik ini dengan sukses vaksinasi. Sehingga kepercayaan diri market juga naik.
Pascacovid-19, apa rencana Pemprov Jabar dalam menyambut momentum itu?
Kita jangan hanya jaga gawang. Itu poin saya. Urusin supaya tidak diserang tapi kita juga harus ofensif juga. Ini pasca Covid-19 ekonomi kita masih sama atau tidak. Itu pertanyaan. Maka Jawa Barat melakukan kajian global dan lahirlah 7 ekonomi baru Jawa Barat.
Pertama, investasi. Tadi kita tidak ingin hanya juara Indonesia, karena sudah beberapa kali, kita ingin level ASEAN. Kedua ketahanan kesehatan. Makanya Rp 14 triliun bisa kami dapatkan dari Australia untuk membangun puskesmas, rumah sakit, agar kalau ada disrupsi kesehatan kita kuat.
Ketiga, ekonomi pangan, kedaulatan pangan. Kita ada program petani milenial, digitalisasi pertanian, dan lain-lain. Keempat, ekonomi 4.0. Jangan kaget nanti ada SMK Kurikulum Shopee, SMK Kurikulum Samsung, SMK Kurikulum Astra itu cara kita merespons 4.0 di masa depan.
Kemudian ekonomi digital. Jangan kaget juga nanti di desa-desa balai desanya itu dilengkapi komputer. Sehingga orang desa bisa jualan di Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan lain-lain, dengan ekonomi digital yang inklusif dan merata.
Keenam, ekonomi hijau. Terbesar di ASEAN nanti di Jawa Barat, listrik solar cell dibangun di atas danau misalkan. Saya sudah pakai mobil listrik juga sebagai simbol energi terbarukan. Lelang sampah kota menjadi listrik sudah mulai lelang dan seterusnya.
Terakhir, pariwisata regional. Jadi kita Jabar bersepakat bahwa kita nggak akan fokus ke internasional cukup regional saja ternyata Jabar lebih dari cukup jadi provinsi yang tangguh. Karena pengujung regionalnya saja sebelum Covid-19 50 juta. Dan kita tidak mengandalkan pesawat yang ada syarat PCR sehingga orang dengan mudah naik motor, naik mobil, naik kereta bisa berwisata, spending.
Nah itulah 7 ekonomi Jabar dan kami yakin jadi provinsi paling adaptif pascacovid.
Pemprov Jabar akan menggelar West Java Investment Summit jelang akhir tahun ini. Apakah sudah ada calon investor yang berminat?
Sudah, waktu West Java Investment Summit itu kan komitmen Rp 300 triliun. Per semester ini sudah Rp 70 triliun. Intinya bergerak. Jadi Rp 70 triliun per Rp 300 triliun kurang lebih 1/4 sudah konkret membawa lowongan 60 ribu pekerjaan baru. Nah mudah-mudahan 3/4-nya bisa kita bereskan sampai akhir masa jabatan saya di 2023. Harapannya tadi komitmen West Java Investment Summit mewujud di akhir jabatan saya. Insya Allah.