Mitratel hingga Gojek, Telkom Buka-bukaan Rencana Bisnis 2021

Yuni Astuti, CNBC Indonesia
23 February 2021 11:14
Direktur Strategic Portfolio Telkom Indonesia Budi Setyawan Wijaya dalam acara Capital Market Outlook 2021 dengan tema
Foto: Direktur Strategic Portfolio Telkom Indonesia Budi Setyawan Wijaya dalam acara Capital Market Outlook 2021 dengan tema "Prospek Pasar Modal 2021"

Bagaimana target keuangan TLKM di 2021?
Tadi saya akan sampaikan, Mitratel ready IPO memang Q4-2021, listed akan lihat market. Readyness dari market penting. Bagian analisa kami menentukan jadwal listed.

Sementara target TLKM, kita melihat memang pandemi ini sangat berpengaruh. Cuma, TLKM merupakan industri quote unqote terpengaruhnya kecil. Termasuk ada farmasi kesehatan. Ini industri tak berpengaruh signifikan. Tahun 2021, kami masih target tumbuh positif dari sisi revenue, EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi] dan net income [laba bersih].

Berapa Angkanya?

Belum. Tapi berusaha untuk sesuai ekspektasi investor.

Semenarik apa perusahaan digital Indonesia di mata TLKM?

Banyak potensi yang bisa dilakukan dengan startup digital, di masa pandemi ini banyak kebutuhan masyarakat dengan servis yang di-delivered startup, kita punya MDI Ventures di mana dia mengelola dana investasi TLKM yang lumayan besar, kita sudah investasi 50-an perusahaan yang berpotensi ke depannya bisa menopang revenue driver TLKM seperti yang disampaikan Pak Pandu Sjahrir [Komisaris BEI].

[Sebagai informasi dalam acara ini juga hadir Pandu Sjahrir sebagai Komisaris BEI dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, Komisaris Utama PT Widodo Makmur Unggas Tbk/WMUU, Direktur Utama PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim, dan Direktur Utama PT Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya]

Bagaimana perusahaan yang sudah disuntik modal TLKM, apakah sudah siap layak go public?

Sebenarnya beberapa anak usaha kita sudah go public, ada di Jepang, di Australia. Tahun ini ada dua, satu di Indonesia satu lagi di Asia. Saya tidak bisa naming [sebutkan] Insya Allah tahun ini kejadian. Kalau dilihat kesiapan faktanya sudah beberapa go public.

Setelah go public bagaimana?

Perusahan yang go public memang fundamentalnya bagus, makanya market apresiasi mereka untuk go public dan responnya bagus. Respons pasar juga sangat bagus.

Bagaimana strategi TLKM invstasi ke perusahaan digital?

Tentu saja kita beda dengan venture capital biasa, kita ada Corporate Venture Capital (CVC) di mana pertama kali yang akan kita nilai ada lah aspek sinergi. Jadi sinergi produk grup dan lini bisnis grup yang pertama kali akan di matching kan. Lalu bagaimana startup dan unicorn memperkuat kami di ekosistem digital. Dua hal itu menjadi prasyarat dalam kita mencari aset-aset yang akan kita masuki. Tidak semata-mata hanya capital gain tapi juga dari sisi sinergi.

Sejauh ini seperti apa dana kelolaan MDI Ventures, portofolio seperti apa?

Dari sisi dana kelolaan internal US$ 600 juta [setara Rp 8,4 triliun, kurs Rp 14.000/US$], tapi kita kerjasama dengan pihak ketiga another US$ 230 juta, ada TMI, kita juga kerjasama Kookmin Bank Korea. Terakhir kemarin kerjasama dengan perusahaan investor di Belanda. Kita mengelola sejumlah dana fund. Total US$ 830 juta. Tersebar di berbagai digital sektor: healthcare, agriculture, fintech, logistik, area lain.

Target 2021?

Kalau kita lihat 2021 ini kita mungkin akan fokus di domestik. Karena market di domestik sangat besar untuk digital. Ekosistem berkembang bagus. Fintech, kesehatan tentu saja logistik juga. Ini area akan fokus di 2021.

Telkom suntik dana ke gojek, berdampak ke bisnis tidak, next siapa?

Ya, alhamdulillah Gojek bahwa semangat kita di drive tak semata-mata kita ingin gain capital. Sudah mulai muncul service hasil sinergi dengan gojek. Paket siap online agar diconvert jadi pelanggan TLKM. Akan ada lagi kerjasama di area lain seperti digital advertising.

Apakah kita akan masuk ke unicorn lain? Kita akan mendorong, industri merah putih untuk berkembang. Tentunya akan ikut berpartisipasi.

[Pada 16 November 2020, Telkom melakukan investasi di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek yang dilakukan untuk membangun ekosistem digital yang inklusif dan berkesinambungan. Nilai investasinya mencapai US$ 150 juta, setara Rp 2,17 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$]

Closing statement TLKM?

Kalau di Amerika unicorn sudah ordernya ratusan. Di kita market sebesar ini masih sangat kecil. Ini potensi besar, dengan market sebesar RI untuk arena pemain digital pemain unicorn baru.

(tas/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular