Saham Telkom & BTN Diborong Asing, Jangan Ketinggalan Cuan

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 February 2021 10:09
Telkom

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski sempat di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meneruskan penguatan dengan naik 0,23% ke posisi Rp 6.269,48, pada awal perdagangan sesi I Selasa (23/2/2021), pukul 09.38 WIB.

Ada dua saham yang tercatat paling banyak dibeli oleh asing pada pagi ini, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Asing mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy) di saham TLKM sebanyak Rp 24,8 miliar. Aksi beli tersebut berhasil mendongkrak TLKM sebesar 1,89% ke posisi Rp 3.230/unit. Pada pagi ini saham emiten telekomunikasi pelat merah ini mencatatkan transaksi senilai Rp 40,9 miliar dan volume 12,7 juta saham.

Aksi beli asing ini seiring dengan adanya beberapa rencana strategis TLKM, termasuk akan dilakukannya initial public offering (IPO) dua anak usaha Telkom di bursa.

Dalam acara "Prospek Pasar Modal 2021" yang digelar CNBC Indonesia, Senin kemarin (22/2/2021), manajemen Telkom pun membeberkan beberapa rencana strategis yang bisa menjadi pertimbangan investor.

Dari sisi penawaran umum saham perdana (IPO), Direktur Strategic Portfolio Telkom Indonesia Budi Setyawan Wijaya mengatakan perseroan akan membawa dua anak usaha untuk IPO, satu di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan satu di bursa Asia tanpa menyebutkan nama bursa.

"Sebenarnya beberapa anak usaha kita sudah go public, ada di Jepang, di Australia," katanya dalam forum tersebut yang juga dihadiri Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dan Komisaris BEI Pandu Sjahrir.

"Tahun ini ada 2 [IPO], satu di Indonesia, satu lagi di Asia. Saya ga bisa naming [sebutkan nama] insya Allah tahun ini kejadian [realisasi]. Kalau dilihat kesiapan faktanya sudah beberapa go public," katanya lagi.

Sebelumnya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang sudah menyebutkan TLKM akan melakukan pemisahan (spin off) beberapa anak usahanya di bidang infrastruktur melalui pasar modal, yang merupakan bagian dari restrukturisasi korporasi.

Spin-off ini dilakukan dengan mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Anak usaha Telkom di bidang infrastruktur akan melakukan IPO dan akan ditawarkan kepada investor global melalui Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dibentuk pemerintahan Presiden Jokowi.

Adapun Telkom memang telah merencanakan untuk melepas anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) ke pasar modal. Ditargetkan eksekusinya akan dilakukan pada kuartal terakhir tahun ini, atau paling lambat pada kuartal pertama 2022.

Mitratel yang merupakan anak usaha Telkom yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi memiliki menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia dengan jumlah lebih dari 22.000 menara telekomunikasi.

Setelah IPO, Mitratel berpotensi menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah menara 34.025. Hasil penggabungan 18.000 menara dimiliki oleh Telkomsel dan 16.025 sisanya milik Mitratel.

Asing juga ramai-ramai memborong saham BBTN sebanyak Rp 14,9 miliar. Aksi borong saham tersebut membuat saham BBTN naik 1,81% ke Rp 1.965/unit pagi ini. Saham BBTN tercatat ditransaksikan sebesar Rp 40,5 miliar dengan volume 20 juta saham.

BBTN mencatatkan kinerja yang ciamik pada tahun lalu.

Pada Senin (15/2/2021), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melaporkan laba bersih Rp 1,6 triliun pada 2020. Angka tersebut melesat sekitar 700% dibandingkan perolehan laba bersih 2019 yang tercatat hanya Rp 200 miliar.

"Bisa dibilang, bukan hemat CKPN, tapi laba operasional pra-provisi atau sebelum pencadangan tumbuh, laba operasional tumbuh 400%. Non housing turun, tapi housing subsidi tumbuh 8,63%. KPR, sekarang sudah Rp 200 triliun, di mana subsidi Rp 120 T, non subsidi Rp 79 triliun - Rp 80 triliun," kata

Plt Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu, saat paparan kinerja, Senin (15/2/2021).

Nixon menambahkan KPR dan KPA mengalami penurunan, khusus untuk segmen rumah dan apartemen senilai Rp 1 miliar.
Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN pada 2020 mengalami kenaikan. Dengan demikian LDR turun ke 93%.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular