
Bos Indomobil Pusing Gegara Industri Otomotif RI Megap-megap

Bagaimana harapan industri otomotif terkait wacana pajak 0% untuk mobil baru?
Pada saat ini sih sebetulnya memang karena kita sudah berjalan terlampau lama ya bahwa memang kebetulan industri yang kita geluti ini adalah menjadi the biggest revenue pemerintah. Kalau memang sekarang ada pemikiran katakanlah ini akan dinol kan ya pajak barang mewahnya itu baru sebagian saja. Yang saya katakan tadi, mungkin diantara 30%, 35% atau 40% itu baru 15% yang dihapuskan. Kalau mobil yang paling banyak ya 75% adalah kendaraan penumpang yang berbasis lokal 4x2 itu.
Kita melihat apakah 10% itu worth it atau nggak pastilah setiap penurunan akan tentunya ada nilainya. Ya tentu sangat menghargai tapi problematik itu. Ketika nanti keadaan normal lagi, mau dinaikkan lagi kan sama juga. This is the problem. Kembali lagi kita harus melihat itu sebagai kenyataan ya apa yang kita bisa lakukan.
Sampai Desember 2020 akankah kebijakan itu bisa membantu penjualan?
Saya masih belum bisa meliha. Begini, karena sekarang ini industrinya juga tertatih-tatih. Khususnya mid car yang dibuat di Indonesia itu kita juga masih tergantung dari pada komponen impor ya kan, komponen dari domestik supplier.
Itu banyak sekali yang terlibat jadi satu dengan yang lain itu juga sekarang ini nggak berjalan seiring. Ada yang punya problem. Ini yang menjadi masalah apakah rencana misalnya kita the next misal mau sampai akhir 2020 ya kita bicara kuartal IV, masuknya 3 bulan. Kemudian 3 bulan itu kalau kita bisa menjual seperti yang Januari, Februari, Maret penjualan 80.000 unit dan kekuatan yang kita katakan normal begitu, itu kan baru kita berbicara 240.000 lagi.
Nah ini yang tentunya masih big question. Tapi saya pribadi menghargai sekali kalau bapak menteri perindustrian bisa ikut membantu karena problematik sekarang ini semua pabrik rasanya pabrik otomotif, pabrik komponen yang terlibat, semuanya itu mengalami kerugian yang nggak kecil terus terang saja. Kami melibatkan kira-kira 12 komponen semuanya merugi. Pabrik komponen yang masih untung cuma pabrik ban karena pabrik ban itu membuat aftermarket.
Jadi kita mesti sadar memang ada 20 juta mobil di dalam yang berjalan di negara kita. Dia butuh ban misalnya. Jadi itu yang masih menjadi kekuatan tapi kalau pabrik ban men-supply kepada pabrik mobil dalam keadaan normal kan cuman satu juta mobil kali 5 ban ya 5 juta kan. Tapi kalau untuk membuatnya after market itu jauh lebih besar. Jadi memang semuanya sekarang ini sedang menghadapi masalah besar semua pabrik yang membuat komponen itu menghadapi masalah.
Bagaimana utilisasi pabrik otomotif sekarang?
Kita total market ya, sebetulnya punya rencana produksi kemampuannya 250.000. Kira-kira begitu. Kami sendiri Suzuki misalnya kita punya pabrik yang agak lama di Tambun Bekasi itu 130.000. Yang baru kita bangun lagi di Cikampek itu juga 130.000, jadi 260.000.
Sekarang itu kalau kita misalnya Suzuki bisa menjual 100.000 saja sudah bagus tuh keadaanya. Jadi bisa dibayangkan, apa yang terjadi dengan investasi yang baru kita lakukan itu. Karena pabrik yang baru di Cikarang itu ya robotik dan lain sebagainya yang kita siapkan untuk ekspor dan lain sebagainya itu sekarang berjalan tertatih-tatih gitu dan this is the big investment ya.
Karena kita investasi kira-kira hampir US$ 1 miliar tuh yang di Cikarang. Sekarang ini tertatih-tatih belum lagi sekarang ada pandemi segala macam merumahkan karyawan. This is the big-big problem yang kita harus hadapi.
Bagaimana tanggapan Anda dengan tingkat suku bunga saat ini?
Yang juga menjadi problematik itu adalah misalnya retail financing ya. Itu kan sekarang ini orang beli mobil, sepeda motor segala macam itu kebanyakan kan kredit. Malah ada kemudahan ada semacam relaksasi OJK memberikan kalau bisa down payment 0% itu diizinkan sekarang, dulu nggak boleh.
Dulu tuh paling enggak 30% down payment untuk penjualan kredit. Sekarang itu dikasih tapi problematiknya di negara kita ini kan juga ada banyak masalah. Yang namanya akhirnya menjadi non performing loan ya. Apalagi sekarang yang namanya kasih customer enggak bisa bayar ya kan.
Lalu seolah-olah ada izin pemerintah untuk relaksasi sampai dengan bulan Februari tahun depan ya kan. Jadi orang juga kalau ditagih kadang-kadang "lho katanya pemerintah boleh-boleh ditangguhkan dulu". Jangan dibayar gitu.
Ini juga ini banyak sekali statement-statement yang akhirnya terus terang saja membuat kita pusing. Kalau kita melihat apa yang terjadi sekarang ya laporan OJK itu yang namanya NPL daripada financial company yang khususnya di otomotif itu naik tinggi sekarang. Sudah berada di atas 5% berat buat kita.
Pandangan industri otomotif sampai akhir 2020 bagaimana?
Ya Insya Allah lah. Kita pikir kalau bulan lalu sudah naik ke 37.000, saya katakan tadi kan kalau bisa itu tiga bulan pertama tahun ini yang 80.000 Itu bisa kita capai, mudah-mudahan kuartal keempat ini bisa. Tetapi kalau melihat situasinya kaya begini, ada PSBB segala macam, ini kan susah. Showroom juga sekarang dijagain terus, kalau kelebihan ditangkap, nggak boleh jualan. Bengkel juga begitu. Kadi problematik buat kita.
Kita lihat situasinya kaya begini ya tentunya harapan kita ya mudah-mudahan pemerintah aware problematik yang terjadi. Karena terus terang di otomotif ini cukup banyak yang terlibat bukan cuma kita-kita yang di industri downstream akan tetapi upstream juga banyak, yaitu pabrik-pabrik. Belum lagi diler-diler. Itu total di Indonesia tuh mungkin hampir 2.000 showroom yang jualan mobil itu mati semua kalau begini keadaannya. This is problem.
[Gambas:Video CNBC]