
Special Interview
BI Blak-blakan Soal Rupiah yang Tembus Rp 14.600/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 August 2018 08:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memberikan penjelasan soal nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis baru. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tertekan hingga Rp 14.600/US$.
Sejak awal tahun hingga saat ini, depresiasi nilai tukar rupiah hampir menembus 8%. Meski demikian, BI menegaskan akan tetap menjaga nilai tukar rupiah, dan tak segan melakukan intervensi bahkan melalui kenaikan suku bunga.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjabarkan hal tersebut saat berbincang dengan CNBC Indonesia. Berikut petikan wawancara BI mengenai kondisi nilai tukar yang menembus level Rp 14.600/US$.
Nilai tukar rupiah kembali menembus level psikologis baru. Apa yang sebenarnya terjadi?
Situasi Turki semoga terisolir hanya sebagai isu domestik yang tidak menimbulkan dampak yang serius ke negara lain. Selain isu tingginya CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan] dan inflasi, faktor non ekonomi terkait confidence market yang turun atas kepemimpinan Presiden Turki sangat dominan memengaruhi nilai tukar dan volatilitas di pasar keuangan Turki.
Saya melihat kondisi internal tersebut lebih utama dibandingkan faktor global khususnya uncertainty di AS. Bagi emerging market, justru faktor eksternal tersebut lebih utama mendorong tingginya volatilitas di perekonomian.
Apakah memang hanya faktor ketidakpastian global yang menyebabkan rupiah tembus Rp 14.600?
Faktor eksternal lebih dominan. Isu CAD ada, tapi dengan komunikasi BI yang intensif menjelaskan latar belakang dan outlook CAD yang tetap positif, termasuk solusi kebijakan pemerintah diharapkan sentimen ke pasar akan tetap baik.
Sentimen global besar ke seluruh emerging market. Semoga tidak berlarut dampaknya ke emerging market.
Apakah ada kemungkinan rupiah bisa mengalami nasib seperti Lira Turki? Mengingat sejak awal tahun sampai saat ini depresiasi rupiah sudah hampir 8%.
Rupiah lebih kuat secara fundamental dari Lira.
Bagi BI, apakah kondisi nilai tukar rupiah saat ini sudah 'murah'?
Rupiah sudah di luar fundamentalnya. Ini dampak yang sementara.
Apa yang akan dilakukan BI untuk tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah?
Apa yang disiapkan BI seandainya nilai tukar mengalami tekanan? Tentunya langkah-langkah stabilisasi nilai tukar yang dilakukan selama ini akan terus dilakukan.
Melalui kombinasi dual intervention di pasar valas dan pasar obligasi, kenaikan suku bunga kebijakan, dan gradual depreciation rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya.
BI selain menjaga stabilitas melalui kebijakan moneter, juga akan tetap berupaya mendukung momentum growth melalui relaksasi kebijakan makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, dan pengembangan ekonomi keuangan sharia.
(dru) Next Article BI & Upayanya Hadirkan Rupiah di Pelosok RI
Sejak awal tahun hingga saat ini, depresiasi nilai tukar rupiah hampir menembus 8%. Meski demikian, BI menegaskan akan tetap menjaga nilai tukar rupiah, dan tak segan melakukan intervensi bahkan melalui kenaikan suku bunga.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjabarkan hal tersebut saat berbincang dengan CNBC Indonesia. Berikut petikan wawancara BI mengenai kondisi nilai tukar yang menembus level Rp 14.600/US$.
Nilai tukar rupiah kembali menembus level psikologis baru. Apa yang sebenarnya terjadi?
Situasi Turki semoga terisolir hanya sebagai isu domestik yang tidak menimbulkan dampak yang serius ke negara lain. Selain isu tingginya CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan] dan inflasi, faktor non ekonomi terkait confidence market yang turun atas kepemimpinan Presiden Turki sangat dominan memengaruhi nilai tukar dan volatilitas di pasar keuangan Turki.
Saya melihat kondisi internal tersebut lebih utama dibandingkan faktor global khususnya uncertainty di AS. Bagi emerging market, justru faktor eksternal tersebut lebih utama mendorong tingginya volatilitas di perekonomian.
Apakah memang hanya faktor ketidakpastian global yang menyebabkan rupiah tembus Rp 14.600?
Faktor eksternal lebih dominan. Isu CAD ada, tapi dengan komunikasi BI yang intensif menjelaskan latar belakang dan outlook CAD yang tetap positif, termasuk solusi kebijakan pemerintah diharapkan sentimen ke pasar akan tetap baik.
Sentimen global besar ke seluruh emerging market. Semoga tidak berlarut dampaknya ke emerging market.
Apakah ada kemungkinan rupiah bisa mengalami nasib seperti Lira Turki? Mengingat sejak awal tahun sampai saat ini depresiasi rupiah sudah hampir 8%.
Rupiah lebih kuat secara fundamental dari Lira.
Bagi BI, apakah kondisi nilai tukar rupiah saat ini sudah 'murah'?
Rupiah sudah di luar fundamentalnya. Ini dampak yang sementara.
Apa yang akan dilakukan BI untuk tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah?
Apa yang disiapkan BI seandainya nilai tukar mengalami tekanan? Tentunya langkah-langkah stabilisasi nilai tukar yang dilakukan selama ini akan terus dilakukan.
Melalui kombinasi dual intervention di pasar valas dan pasar obligasi, kenaikan suku bunga kebijakan, dan gradual depreciation rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya.
BI selain menjaga stabilitas melalui kebijakan moneter, juga akan tetap berupaya mendukung momentum growth melalui relaksasi kebijakan makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, dan pengembangan ekonomi keuangan sharia.
(dru) Next Article BI & Upayanya Hadirkan Rupiah di Pelosok RI
Most Popular