Special Interview

Tito Sulistio: Saya akan Kejar Perusahaan Besar untuk IPO

Tim CNBC, CNBC Indonesia
06 February 2018 13:45
Sebagai investor mau pun sebagai owner dari salah satu emiten yang tercatat di Bursa.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia mungkin salah satu orang yang kondang di pasar modal di era modern ini. Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Bursa, Tito sudah malang melintang di industri pasar modal domestik. Sebagai investor mau pun sebagai owner dari salah satu emiten yang tercatat di Bursa.

Tito resmi memegang nahkoda Bursa pada 2015. Selama Tito pegang kendali di bursa, aktivitas transaksi meningkat signifikan sebesar 56,25%, dari retata Rp 5,76 triliun pada 2015 hingga sekarang rerata nilai transaksi mencapai Rp 9 triliun per hari.

Sejumlah terobosan dilakukan oleh Tito untuk meningkatkan nilai transaksi saham dan program pengembangan pasar saham lainnya. Disisi lain, Bursa juga gencar menggalakkan kampanye Yuk Nabung Saham, bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).

Beberapa waktu lalu, Tim CNBC Indonesia berkesempatan bertemu dengan Tito dan berbincang banyak tentang perkembangan pasar modal Indonesia saat ini. Pada kesempatan tersebut Tito menyampaikan banyak hal terkait strategi-strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan pasar modal Indonesia.

Berikut ini petikkannya :

Menurut Anda seperti apa perkembangan pasar modal kita saat ini ?
Oke, basic-nya adalah tidak ada negara yang ekonominya maju tapi pasar modalnya tidak maju. Data (serta) informasi dari pasar modal biasanya naik mendahului naik turun perekonomian suatu negara. Jadi, ada dua fungsi utama pasar modal kalau dilihat secara keseluruhan. Pertama ini adalah tempat mobilisasi dana jangka panjang.

Waktu 10 Agustus 1977 ketika Presiden membuka kembali pasar modal Indonesia. Sebenarnya pasar modal kita dimulai tahun 1912, baru 1977 dibuka kembali ada satu pesan penting bahwa ini adalah alat mobilisasi dana jangka panjang. Bukan hanya untuk perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga perusahaan-perusahaan yang belum besar di Jakarta atau pun di seluruh Indonesia.

Selain mobilisasi, juga ini tempat sarana alternatif investasi. Ini fungsi pasar modal utama, kita bisa bicara kontribusinya pajak segala macam.

Kedua, pasar modal sebagai salah satu indikator tanda-tanda tumbuhnya ekonomi suatu negara. Sekarang secara total posisi di dunia, kalau dilihat dari return 10 tahun terakhir terbesar di dunia nomor satu. Kalau di ASEAN maka secara likuiditas empat kali Singapura dan dua kalinya Malaysia, number of trade, tapi tetap memang harga sahamnya masih gocapan.

Secara value memang, masih kecil juga sebenarnya enggak. Saat ini kita bicara pasar modal itu (rata-rata transaksi harian) Rp 7 triliun saham per hari dan Rp 15 triliun - Rp16 triliun (di pasar) obligasi per hari.

Kalau dibilang 20 triliun kayaknya besar gitu ya. Tapi kita lihat bagaimana jumlah duit tersebut di dunia. Pasar modal transaksinya hanya Rp 7,5 triliun, sementar market cap-nya Rp 7.000 triliun sudah hampir sama dengan total aset perbankan. APBN kita Rp 2.000 triliun. Kayaknya besar, cadangan devisa Rp 1.700 triliun.

Sementara, satu perusahaan namanya Blackrock di Amerika uang under management yang dikelola mencapai Rp 65.000 triliun Market cap nya Google itu US$ 750 miliar, kita total punya 563 perusahaan market cap-nya sekitar US$ 500 miliar.

Jadi, harus diakui secara market kita masih butuh eksplorasi. Tapi secara potensi kita salah satu yang terbesar. Jadi, secara potensi kita besar sekarang, tapi belum tereksplorasi secara maksimum.

Itu posisi kita pasar modal Indonesia.

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Dalam beberapa tahun terakhir yang paling signifikan dari perkembangan di pasar modal kita seperti apa ?
Pasar modal is a result of a mix. Memang perekonomian yang membaik, tata kelola fiskal yang membaik, terus ada potensi harga komoditas membaik, stabilitas currency, inflasi, suku buga ini satu hal. Selaian itu peraturan dan kekuatan pasar modal adalah produknya sendiri.

Bursanya bagus gak, jika ekonominya bagus perusahaannya bagus, maka pasti bergerak. Tapi kadang-kadang ekonomi jelek, perusahaan jelek, maka tidak ada yang masuk. Tapi kalau perusahaannya bagus, orang melakukan stock picking. Jadi dia tetap investasi masuk ke satu negara.

Yang menarik sekarang di Indonesia ekonomi kita relatif stabil di kisaran 5%, inflasi, tingkat bunga bank sentral bagus. Cadangan devisa terbaik, terbesar, stabilitas currency stabil di 0,05% di kisaran 13.000an tercapai. Jadi orang melihat stabil.

Performance perusahaan kita di ASEAN terbaik, 20% dari growth net income di kuartal II dan kuartal III. Karenanya pasar modal kita mengalami growth yang cukup baik, growth kita di kisaran 20% tahun depan secara yield. Ini yang situasi sekarang ini terjadi. Stop di 2017.

Pertanyaan di 2018 ini menjadi sangat challenging. Semua percaya ekonomi membaik, perusahaan harga komoditas mulai pick up, stabilitas currency, sehingga perusahaan tumbuh dengan baik. Dan new yang customer yang affluence di Indonesia baik. Orang percaya growth 20% daripada perusahaan-perusahaan di net income akan kejadian.

Apa yang menjadi challenge? Ada dua hal, pertama di luar negeri. Bobot investasi kita itu saingan berat sekali dengan China, Arab yang mulai masuk pasar.

Saat Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada 2004 memerintah, LDR itu 40% - 50% jadi selama 10 tahun perbankan itu ngeluarin kredit Rp 3500 triliun. (Saat itu) Harga komoditas lagi naik. Saat Presiden Jokowi memerintah pada 2014, perbankan ngasih kredit pas komoditas lagi turun, berat sekali 2014.

Tahun lalu, pada 2017 perbankan memberikan kredit terendah sejak 2006. Saya enggak tahu angka terakhir tapi kayaknya hanya sekitar Rp 150 triliun. Top nya itu tahun Rp 2013 kredit turun 530 triliun. Jadi perbankan ini memberi kreditnya mungkin tahun ini pun tidak bisa maksimum.

Pasar modal, tahun kemarin in total dana masuk Rp 802 triliun. Tapi tahun ini perbankan menjadi satu pertanyaan, tapi saya percaya bisa positif. Ada 171 pilkada, orang tanya, ada problem gak dengan pilkada? karena secara historis kita lihat pada 2004, 2009, Pilkada DKI Jakarta tidak mempengaruhi pasar modal.

Dari 171 pilkada kalau kita bicara cost, total kira-kira akan ada dana Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun ditarik dari perbankan. Jangan lupa juga akhir Mei akan ada beberapa ratusan triliun yang ditarik dari perbankan untuk membayar pajak. Ada lebaran, ada Asian Games, persiapan Pilpres, jangan lupa Piala Dunia ini semua akan menarik dana keluar. Saya tidak tahu buat apa, kalau Piala Dunia katanya buat judi.

Nah dana ditarik dari perbankan secara bersamaan, secara positif orang menganggap ini akan balik lagi ekonomi akan berbanding naik. Tapi ada yang bilang juga hati-hati, dana ditarik lagi, dana deposito tadinya jangka panjang menjadi jangka pendek.

Tadinya orang simpen di “bawah bantal” Rp 500.000 jadi Rp 1 juta. Berapa lama lagi ini balik ke keseimbangan? Nah ini challenge-nya karena kita enggak pernah, semoga berbuah positif. Inilah challenge 2018 yang kita hadapi.

Secara ekonomi kita membaik secara makro, secara mata urang stabil, perusahaan pun baik. Tantangannya adalah bagaimana perputaran dananya, moga-moga menjadi baik.

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Berarti akan ada peningkatan konsumsi dan belanja?
Secara teori, tapi ada juga yang bilang uang ketarik, uang ketahan dulu nih. Berapa lama? Ini tantangannya. Sekarang kebetulan sekaligus tuh semuanya, 171 pilkada, persiapan pilpres, dana pajak ditarik, asian games, piala dunia, lebaran. Semoga menjadi positif.

Tapi kita enggak ada pengalaman barengan semua seperti ini.

Antisipasinya kemudian pak?
Antisipasinya kita harus meningkatkan kapitalisasi di pasar modal. Pasarnya dibesarkan supaya dana asing masuk lebih banyak, itu antisipasi yang bisa kita lakukan.

Bagaimana memperdalam pasar modal?
Memperbesar pasar, menaikan market cap bursa. Pembenahan infrastruktur, number of trade, kapitalisasi, menambah produk itu tugas bursa utama, lalu efisiensi informasi.

Nah yang paling menjadi perhatian adalah bagaimana mengembangkan pasar ini. Jadi kalau ditanya, To (Tito Sulistio) target lu Rp 10.000 triliun kayak mimpi aja. No...no...no, itu mimpi besar mengejar ketinggalan.

Kenapa? Kita sekarang Rp 7.100 triliun, market cap dibanding GDP secara umum itu Cuma 47%-50%, Singapura sudah 200%, Malaysia udah 120%, Thailand mencapai di atas 90%. Kalau market cap kita mencapai Rp 10.000 triliun, maka dibanding GDP baru 64 65%. Itulah mimpi besar mengejar ketinggalan. Jadi kalau market cap kita besar, bobot investor asing bisa masuk ke kita juga besar.

Apa breakthrough untuk mencapai mimpi itu?
Pertama, membenahi beberapa regulasi dasar. Bagaimana kalau evaluasi bisa dikapitalisasi, terlalu teknis mungkin, tapi sekarang itu secara evaluasi aset tidak bisa dikapitalisasi, kalau ini bisa dilakukan maka ini bisa.

Kedua, Pak Wimboh (Wimboh Santoso, Ketua OJK) punya ide yang sangat menarik dan semoga ini bisa berjalan. Para investor asing takut berinvestasi ke indonesia karena takut stabilitas rupiah, untuk itu akan disediakan (instrumen) hedging. Kemudian, bagaiamana piranti dana pensiun dan asuransi? Sekarang itu di luar negari 40% hingg 60% dana pensiun dan asuransi masuknya ke saham.

Dulu orang nabung itu di bank atau di bawah bantal. Sekarang secara enggak sadar orang itu nabung di asuransi dan dana pensiun. Mereka cari tempat investasi ke mana supaya dapet yield? Ke saham. Tapi ada beberapa peraturan yang membatasi investasi di pasar saham. Moga-moga ini bisa dicabut.

Selain itu, Ada beberapa perusahaan, ada 52 perusahaan yang aset serta ekuitasnya serta revenuenya lebih dari setengahnya dari Indonesia, tapi listed-nya di luar negeri. Saya kejar 52 perusahaan ini.

Ada 124 perusahaan yang ngutang ke bank lebih dari Rp 1 triliun. Kalau utang ke bank lebih dari Rp 1 triliun, itu uang masyarakat kan. Pasti perusahaan udah rapi dong, kalo enggak rapi jangan lu kasih hutang.

Ada sektiar 20 konglomerat lebih yang besar-besar sedang saya bujuk untuk listing. Tapi mereka bilang untungnya apa? Saya bilang ini bukan soal untung, lu udah 15 tahun ambil uang rakyat Indonesia, eksploitasi orang indonesia berikan kesempatan rakyat untuk ikut meningkmati dong. Itu namanya penyerataan pendapatan melalui pemilikian, ini sudah waktunya lah.

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki


52 perusahaan besar siapa saja?
Saya gak boleh bilang, ada 9 anak usaha BUMN tahun ini akan listing macem2

Benarkah pasar saham kita dikuasai asing?
Ada yang bilang to investor asing menguasai indonesia nih. Sekarang kan lokal lebih banyak, lalu muncul pertanyaan To lu gak berhasil ya ngundang asing? Jadi yang mana maunya? Saya kalo ditanya maunya asing banyak masuk ke indonesia, tapi ada satu rule di dunia (investasi) di mana untuk emerging market ada pembatasan dana yang harus masuk. Porsinya 2,2% (untuk) kita.

Nah, untuk mencari jalan keluar produk kita bagus, kita sedang mencari cara bagaimana kita bisa dual listing dengan negara lain. Jadi selain dicatatkan di Indonesia kita kasih kesempatan untuk mencatatkan diri di negara lain. 
Dunia ini ada satu perubahan mendasar, dari perubahan itu saya sih merekomendasikan satu stock exchange tertentu. 

Soal start up bagaimana?
Gini, anak-anak muda kalau bikin program bikin aja dulu nih. Begitu jadi baru bikin PT, modalnya berapa Rp 50 juta atau Rp10 juta? Padahal program mereka ini harta mereka terbesar. Di beberapa negara dunia ini bisa dikapitalisasi dinilai, lalu sisanya masuk modal listing. Nah ini kita lagi nunggu.
Aturannya sudah bicara setahun, mungkin akan keluar secepatnya.

Apa terobosan untuk meningkatka efisiensi emiten terutama transparansi laporan keuangan yang harus cetak, itu kan mahal?
Informasi kepada investor dengan iklan di koran. Iklan itu memang harganya Rp 10 juta- Rp 15 juta investor bisa baca, kalau digital ga semua investor bisa baca. Saya berpendapat kalau bisa tetap di cetak. dan kedua bisa disimpan, ketiga untuk bahan edukasi. Ga ada ruginya kok pasang iklan buat mereka.

Per kuartal, kadang cuma seperempat lembar, ga per kuartal, enam bulan sekali. Menurut saya sih masih engga, itu menurut saya ga terlalu ya. Karena begitu kalau masuk digital ga semua bisa liat. Karena saya mementingkan informasi ga semua pake tablet.

Nanti ada upaya bursa meningkatkan kualitas permodalan AB?
Ga bisa bursa, itu aturan OJK. Kita bicara MKBD, kita bicara fasilitas. Kita mengengcourage itu. Nah, kita sedang mengusulkan kan kita 115 AB trus tidak semua mungkin siap naikin modal mungkin kita usulkan kalau perlu bursa buyback sahamnya.

Bagaimana mengajak millenials untuk investasi saham?
Kita membangun kantor perwakilan dan galeri hampir 340 di 310 universitas. Stengahnya dari ini itu punya fungsi tiga yaitu edukasi, menaikkan litersi dan investasi. Kenapa di universitas ? Kita tahu kan ada 1000 orang masuk 1000 orang keluar, yang keluar itu nanti bukan hanya jadi investor, jadi emiten jadi regulator jadi player.

Itu kunci utama development kita, dan sekarang tiba-tiba ada 368 komunitas saham, membernya dari 50 sampai 5000 dan betul mereka rata-rata anak muda. Saya pernah datang ke ulang tahun salah satu club dan mereka punya member di daerah dan mereka beri nama ambasador saham. Ini kunci utamanya.

Yuk Nabung Saham sebagai salah satu program utama, bukan berarti cuma menabung tapi begitu orang denger yuk nabung saham ini orang bilang ini waktunya gue invest, gila orang udah nabung saham gue go public ah. Yuk Nabung Saham tuh cuma satu ujung tombak konsep sebagai family planning tapi distribusinya melalui galeri investasi dan tv bursa.

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki



(hps/hps) Next Article Problem Fluktuasi Rupiah Berhulu hingga Manufaktur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular